Quantcast
Channel: DEFENSE STUDIES
Viewing all 14817 articles
Browse latest View live

RAAF Tests New External Tanks for C-130J Hercules

$
0
0
21 November 2018


External fuel tank for C-130J (photo : RAAF)

New tanks add to C-130J Hercules' fuel capacity

External fuel tanks will be installed on a pair of Royal Australian Air Force C-130J Hercules transport aircraft, boosting the Air Mobility Group workhorse’s ability to perform a range of missions.

The first aircraft to receive these tanks – serial A97-440 – was handed over to No. 37 Squadron (37SQN) at RAAF Base Richmond in November, after routine scheduled maintenance from Airbus Group Australia Pacific.

The fuel tanks increase the fuel capacity of a Hercules from 19 tonnes to 27 tonnes.

Air Commodore William Kourelakos, Commander Air Mobility Group, said the utility of these fuel tanks would be explored in a variety of missions.

“Extra fuel is useful during Forward Arming and Refuelling Point operations, where the crew land and offload fuel to another aircraft, vehicle or storage tank,” Air Commodore Kourelakos said.

“The fuel tanks can also extend range or endurance during certain missions, allowing us to be more persistent in an area such as during Search and Rescue missions.

“Carrying that extra fuel brings weight and drag considerations, so fitting these two aircraft will determine how these tanks might benefit our future airlift operations.”

Previous models of the Hercules were equipped with external fuel tanks but the tanks fitted to these two aircraft have been newly constructed.

The C-130J was introduced to RAAF service in 1999 without external fuel tanks due to its engines being more efficient and powerful than those that powered earlier generations of Hercules.

The utility of these fuel tanks will be explored this December, with A97-440 expected to support Operation Christmas Drop in Guam.

Hosted by the United States Pacific Air Forces, Operation Christmas Drop involves the delivery of donated gifts including food, clothing and toys to remote island communities in the West Pacific.

“Some of these missions are to islands more than 2000km from Guam, where there’s very limited options to divert in the event of an emergency,” Air Commodore Kourelakos said.

“Carrying that extra fuel would make some aspects of mission planning easier, allow crews to deliver to more island communities, or increase the amount of time loitering at a Drop Zone.”

(RAAF)

Spike-ER Missile Live-Fire Exercise 'Impressive': DND Chief

$
0
0
21 November 2018

MPAC with Spike ER missile (photo : PNA)

ON BOARD THE BRP DAVAO DEL SUR -- Department of National Defense (DND) Secretary Delfin Lorenzana described as "impressive" the Philippine Navy’s (PN) newly-acquired and installed Rafael Advanced Defense, Ltd. Spike-ER (extended range) surface-to-surface missile system, whose capabilities were successfully demonstrated during a live-fire exercise off Lamao Point, Limay, Bataan on Wednesday morning.

"Impressive. Not one (missile) round was wasted," Lorenzana said in Filipino.

In the exercise, the Spike-ER-armed multi-purpose assault craft (MPAC) engaged three surface targets -- a remote-controlled .50-caliber machinegun fire, and two missile rounds, sinking them in the maneuvers. 

The defense chief said this is no mean feat, considering that the seas were quite rough at the time.

An AgustaWestland AW-109 attack helicopter armed with 2.75-inch high-explosive rockets also participated in the exercise by firing its weapons. 

"(Modern) technology has come to the Navy and we will use this technology to protect our seas," Lorenzana said, adding that accuracy is needed, considering that Spike-ER missiles and other sophisticated weapons are "quite expensive."

A single Spike-ER missile round costs about PHP10 million.

Spike ER missile (photo : PNA)

PN flag officer-in-command, Vice Admiral Robert Empedrad, said use of the MPACs is under their "swarming doctrine", under which they will be utilized to engage larger and more capable ships posing a threat to the country's waters.

He also clarified that the Spike-ER-armed MPACs are defense systems and not meant for offense.

The first test-firing of the Spike-ER missile took place in the same location last August 9.

The weapon was fired from one of the Navy's three Spike-ER-armed MPACs. The MPACs were constructed by the Subic-based Propmech Corp. and activated on May 22, 2017.

The PN MPAC Acquisition Project entered into a contract with Rafael, through SIBAT of Israel’s Ministry of Defense, for the supply and integration of the weapons systems to three Mark III MPACs.

On April 15, 2017, Lorenzana approved the Notice to Proceed. The Spike-ER system, which arrived in the country last April, is the Navy's first missile weapon capable of penetrating 1,000-mm (39-inch) rolled homogeneous armor and has a range of 8 km. 

(PNA)

Latma Safkar Indopura Resmi Ditutup

$
0
0
21 November 2018

Latihan Safkar Indopura 2018 (all photos : Antara)

NUSANTARANEWS.CO, Situbondo – Setelah resmi berjalan selama kurang lebih satu pekan, akhirnya pelaksanaan Latihan Bersama (Latma) Safkar Indopura ke-30 antara TNI AD dan Singapores Armed Force (SAF) secara resmi ditutup oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono.

Latihan bersama ini, peserta latihan tidak hanya melaksanakan latihan tempur saja. Guna menyamakan persepsi antara kedua Angkatan Darat dan meningkatkan persahabatan, beberapa kegiatan juga turut digelar. Selain olahraga bersama, penampilan budaya dan pengenalan tempat wisata yang berada di wilayah Kabupaten Situbondo, juga dilaksanakan.

Dalam latihan bersama ini, materi -materi prosedur tehnis dan taktis tempur telah ditampilkan oleh kedua Angkatan Darat selama berlangsungnya kegiatan yang dilaksanakan di Dodiklatpur Rindam V/Brawijaya, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Pasukan Angkatan Darat dalam latihan ini di bawah komando Danbrigif 16/Wira Yudha, Kolonel Inf Slamet Riadi.Sedangkan Angkatan Darat Singapura /SAF yang mengirimkan Brigade 3 SAF di bawah komando Colonel Goh Pei Ming.


Dalam Latihan bersama ini TNI AD dan SAF melatihkan materi latihan Command Post Exercise (CPX/Latihan Posko 1) dan Field Training Exercise (FTX/Latihan Lapangan), juga dilaksanakan Latihan Taktis dengan Pasukan Infanteri Mekanis dalam Operasi Lawan Insurjensi (OLI).

Dalam latihan Pos Komando (CPX/ Latihan Posko 1) merupakan latihan di mana pasukan disimulasikan. Latihan ini diikuti Komandan, Staf dan prosedur komunikasi diantara para pejabat markas komando.

Sedangkan dalam Latihan FTX, yang merupakan Latihan Lapangan, dilaksanakan dalam skala penuh, dengan menggunakan skenario rencana operasi yang melibatkan tim fungsional dan tim yang ada lapangan. Hal itu, bertujuan untuk melakukan koordinasi, komando dan kontrol pasukan. Di sini materi tehnis dan taktis tempur dilatihkan secara bertahap.

Latihan lapangan ini dilaksanakan dengan metode latihan Drill Teknis, Drill Taktis dan Drill Tempur. Drill Teknis merupakan suatu metode latihan untuk membiasakan dan mempermahir kemampuan teknis perorangan dalam satuan untuk melakukan suatu kegiatan tempur, atau dalam hal menggunakan, melayani dan mengerahkan alat, maupun perlengkapan lainnya untuk melakukan suatu tugas.


Sedangkan, Drill Taktis merupakan suatu metode latihan yang dilakukan oleh satuan untuk membiasakan dan mempermahir suatu kegiatan menurut urutan tertentu yang sudah ditetapkan secara baku dilakukan pada medan simulasi/medan yang mempunyai nilai taktis.

Selanjutnya peserta latihan melaksanakan Drill taktis, yang dilaksanakan sampai pelaku mahir melaksanakan berbagai prosedur taktis.Metode ini melatih personel TNI AD dan SAF dalam melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan aspek taktis di medan.

Setelah mahir dalam Drill tehnis dan Taktis, Angkatan Darat kedua negara masuk dalam tahapan berikutnya yaitu pelaksanaan Drill Tempur.

Latihan tersebut bertujuan untuk membiasakan dan mempermahir kemampuan tempur satuan, baik aspek taktis maupun aspek teknisnya, dilakukan di medan sebenarnya yaitu Puslatpur 5 Marinir Baluran, Kecamatan Banyu Putih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.


Drill Tempur yang dilaksanakan dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan yang utuh, dimana selain melibatkan satuan Infanteri Mekanis,dalam latihan ini juga dikerahkan satuan Kavaleri dengan alutsista Tank Leopard dari Batalyon Kavaleri 8/2 Kostrad.

Selama berlangsungnya proses latihan tersebut, TNI AD menerjunkan 290 personel. Ratusan personel itu, terdiri dari 27 prajurit Markas Brigif 16/Wira Yudha, 117 prajurit Yonmek 521/QY, 116 prajurit Yonmek 516/CY, dan 30 personel dari Yonkav 8/2-Kostrad. Sedangkan, dari pihak SAF sendiri, melibatkan 170 prajurit yang berasal dari Batalyon 3 Singapores Army.

Latihan bersama kedua negara sudah dimulai sejak tahun 1989. Selama kurun waktu 30 tahun tersebut tercapai banyak kemajuan dalam kerjasama kedua Angkatan Darat. Latihan bersama ini merupakan salah satu upaya dalam membina hubungan kerjasama dan meningkatkan kesepahaman berbagai prosedur taktis antara kedua Angkatan Darat, serta mempererat hubungan kedua negara, Indonesia dengan Singapura.

Bahkan, keberadaan latihan bersama tersebut juga dinilai memiliki dampak yang sangat positif dalam mengantisipasi timbulnya suatu potensi konflik yang timbul di wilayah regional di masa mendatang.


Latihan tersebut juga dapat menjadi sebuah ajang kesempatan yang baik untuk dapat berbagi pengetahuan serta pengalaman yang akan berguna bagi para personelnya di masa depan.

Dalam sambutannya sebagai inspektur upacara penutupan Latma Safkar Indopura, KASAD mengatakan bahwa penyelenggaraan Latma Safkar Indopura berangkat dari kesamaan perspektif TNI AD dan AD Singapura tentang pentingnya kualitas sumber daya manusia dalam organisasi kedua Angkatan Darat.

Disadari bahwa pusat kekuatan (center of gravity) militer terletak pada para personel yang dimilikinya. Untuk itu, agar Angkatan Darat mampu menghadapi ancaman dan tantangan terkini yang semakin kompleks dan dinamis, diperlukan personel-personel yang berkemampuan tinggi dan profesional di bidangnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah dengan melaksanakan latihan bersama, khususnya dengan Angkatan Darat negara sahabat.


Melalui Latma Safkar Indopura, prajurit-prajurit TNI AD dan AD Singapura dapat meningkatkan kemampuan individu dan satuan melalui interaksi yang erat, sembari bertukar pandangan, pengalaman serta keterampilan. Dengan intensitas interaksi yang berkualitas di dalam lingkup latihan yang menantang, kita akan mampu mewujudkan interoperabilitas di segala aspek sebagai kunci sinergi kerja sama operasional kedua Angkatan Darat di masa depan.

Berkaca dari pencapaian selama ini, kasad menilai bahwa kedua Angkatan Darat telah melangkah di jalur yang tepat untuk meningkatkan kemampuan masing-masing. Selama 30 tahun perjalanannya, Latma Safkar Indopura telah berkembang dan meningkat dengan pesat, mulai dari sisi materi, operasional latihan dan tujuan yang akan dicapai.

Materi latihan yang melibatkan satuan infanteri mekanis dan MBT Leopard merupakan salah satu contoh terobosan penting untuk mewujudkan kolaborasi dalam taktik perang modern. Dalam pelaksanaan latihan tahun ini, Kasad merasa bangga menyaksikan para prajurit kedua Angkatan Darat yang cakap mengolah taktik dan strategi, terampil mengoperasikan berbagai Alutsista canggih, serta tidak gagap menghadapi skenario latihan yang berkembang, dinamis dan penuh tantangan.

Selanjutnya Kasad juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh peserta yang terlibat atas semangat, dedikasi, dan kesungguhan dalam mengikuti latihan bersama ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada seluruh panitia penyelenggara serta para pendukung yang terlibat, sehingga latihan dapat berjalan dengan baik serta sesuai dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.

(NusantaraNews)

Vietnam Equipped Petya Class Frigates with Igla Air Defense Missile

$
0
0
22 November 2018


Igla missile onboard Petya class frigates (photo : QPVN)

Vietnam successfully integrates Igla MANPADS missile launchers into the Petya submarine hunting ship.

In the story of the recent Black Sabbath brigade, the QPVN channel broadcast images showing the presence of anti-aircraft missile launchers on the Petya anti submarine ship.

From these images shows that Vietnam has improved itself to install missiles to strengthen the defensive fire for the Petya hunting ship in order to meet the task of protecting the islands of the island.

The missile system is essentially a rocket launcher that uses a separate infrared detector. So basically, they are not dependent on the radar of the warships, but on their own, they detect the target, destroy it themselves.

The launching of the Petya launcher, however, was not announced, but the launching rocket could be mounted on a room rate of 9K32 Strela-2 or Igla. Currently, Vietnam has produced both types of anti-aircraft missiles.


Petya II frigates of the Vietnamese Navy (photo : Wiki)

Igla or the full name is 9K38 Igla is a NATO-designated low-air missile defense missile (SA-18 Grouse) designated by the Soviet Union's KBM design department in the early 1980s.

This missile was officially accepted into the Soviet Union armed forces in 1983. And it has been exported to around 20-30 countries around the world and is highly effective in some armed conflicts. .
The entire Igla Combat Combat Battalion weighs in at about 17.9kg, with a 10.8kg missile shell (fitted with a 1.17kg explosive warhead) equipped with an infrared detector that improves response. with the jamming measures of the enemy fighters.

In particular, the Igla probe increases the target's ability to intercept the forward hemisphere in addition to the ability to trap the later hemisphere - or the most powerful engine-emitting position. Combustion missiles Igla can lower the target range of up to 5.2km, 3.5-4km.

Along with the upgrade package with anti-aircraft missiles, Vietnam is also believed to have successfully implemented a series of new upgrades with the Petya, including replacing the older radar display with pure screen liquid.

According to the Daily News in mid-2016, Vietnam has partnered with India to replace the sonar system to strengthen its anti-submarine warfare capabilities for the new non-combat class.

(BaoDatViet)

Surprise, Indonesia Dapat Memproduksi Sendiri Kendaraan Lapis Baja : Media Vietnam

$
0
0
22 November 2018


Kendaraan lapis baja produksi Indonesia dalam pameran IndoDefence 2018 (all photos : DatViet/BMPD)

Kendaraan lapis baja yang diproduksi oleh Indonesia, meskipun menggunakan teknologi asing, memiliki desain modern, daya tembak yang kuat dan dipromosikan tidak kalah dengan produk-produk Barat.



Dalam pameran Indo Defence 2018, industri pertahanan Indonesia terkesan dengan banyak produk pertahanan yang diproduksi di dalam negeri. Dalam gambar, kendaraan lapis baja ringan Komodo diproduksi oleh PT Pindad Group, kontraktor pertahanan terkemuka di Indonesia.



Kendaraan lapis baja Komodo dikembangkan berdasarkan kendaraan lapis baja Perancis Sherpa 2. Kendaraan itu dipasangi dengan turret M252 25 mm American Bushmaster, 7,62 mm coaxial machine gun, dan dua rudal anti-tank Alcotan 100 Spanyol. Kendaraan dapat mencapai kecepatan hingga 80 km/jam.



Kendaraan tempur infanteri Badak, konfigurasi 6×6 roda. Badak memiliki berat tempur sekitar 15 ton. Bodinya dilapisi oleh Stanag 4569, NATO level 3, yang dapat menahan amunisi 7,62 mm munisi penembus armor pada jarak 30 m, dengan tahan-ledakan setara dengan 8 kg TNT.



Badak dilengkapi dengan turret Belgia CMI Defense CSE 90LP, kaliber 90 mm, dan senapan mesin koaksial 7,62 mm. Kanon memiliki kecepatan tembak maksimum 20 putaran per menit, jarak efektif 6 km. Kendaraan infanteri Badak sangat dihargai karena daya tembak mereka.



Panser Infantry Fighting Vehicle roda 8×8 diproduksi bersama dengan Steyr-Daimler-Puch Spezialfahrzeuge dari Austria. Kendaraan memiliki bobot tempur 22 ton, kecepatan maksimum 80 km/jam, kecepatan 8 km/jam saat amfibi, dan jangkauan operasional 600 km.



Panser dilengkapi dengan turret 30 mm UOC30MК II, dan senapan koaksial 7,62 mm yang diproduksi oleh Elbit Systems, Israel. Turret ini dilengkapi dengan sensor optik state-of-the-art untuk kinerja tempur unggul.



Komodo Self-propelled Mortar dikembangkan berdasarkan pada Komodo Panser. Versi ini diproduksi bersama antara PT Pindad, Indonesia dan Ares dari Brasil. Kendaraan dilengkapi dengan sistem mortir 81mm atau 120mm RMS yang diproduksi oleh Ares.



Sistem mortar RMS dipasang pada turret yang mampu berputar 360 derajat, bersama dengan sistem kontrol tembakan modern. Dapat mencapai kisaran 7 km dengan mortir 120 mm. Mortar adalah senjata dengan daya tembak yang kuat, biaya rendah, efektivitas tempur yang tinggi. Mortar parasut telah digunakan di militer selama lebih dari 100 tahun tetapi masih sangat berguna dan hampir tidak usang.



Kendaraan lapis baja multi-guna Turranga diproduksi oleh PT Karya Tugas Anda, Indonesia. Dibangun pada chassis Ford F550. Kendaraan lapis baja ini telah dipilih untuk pasukan Paskhas Angkatan Udara Indonesia.



Turranga memiliki turret yang dipasang di atap yang dapat dilengkapi dengan berbagai senjata tergantung pada persyaratan misi. Kendaraan dapat membawa 12 orang, termasuk 2 driver. Turranga dilengkapi dengan mesin 400 tenaga kuda, kecepatan maksimum hingga 110 km/jam.



Kendaraan lapis baja yang diproduksi oleh Indonesia bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan pertahanan utama di dunia, sehingga mereka mewarisi teknologi modern dari mereka. Ini membantu Indonesia menciptakan produk berkualitas, kurang berisiko karena teknologi asing telah terbukti efektif. Analis mengatakan ini adalah langkah yang bijaksana bagi mereka untuk mengejar ketinggalan dengan beberapa teknologi canggih di Barat.

(DatViet)

PH Navy on the Uptick with Spike-ER Missile Integration

$
0
0
22 November 2018


MPAC with Spike ER Missile (photo : Maxdefense)

ON BOARD THE BRP DAVAO DEL SUR -- The Philippine Navy (PN) is now on the upgrade with the successful capability demonstration of its newly-acquired and installed Rafael Advanced Defense Ltd. Spike-ER (extended range) surface-to-surface missile system during a live-fire exercise off Lamao Point in Limay, Bataan on Wednesday morning.

This was the message highlighted by the event's successful conclusion, Defense Secretary Delfin Lorenzana told reporters during a press conference aboard the BRP Davao Del Sur (LD-602).

"(The) message to our people (is) that our Navy is also improving, at par with what’s happening in the neighborhood. Kung tignan natin sa mga kapitbahay natin, tayo na lang nahuhuli talaga (If we are to be compared with our neighbors, we are lagging behind). The message to Filipino people, is itong inyong Navy nag-iimprove na (that your Navy is improving), acquiring more equipment and other assets so that we will have (the) capability to control our maritime territory," he added.

Lorenzana also emphasized that the Spike-ER armed multi-purpose assault craft (MPAC) will also deter poachers from encroaching in Philippine territorial waters due to its deterrence capabilities.


Spike ER missile (photo : RP Defense)

In the exercise, three Spike-ER armed multi-purpose assault craft (MPACs) engaged three surface targets first with remote-controlled .50-caliber machinegun fire and two missile rounds, sinking them in the maneuvers.

An AgustaWestland AW-109 attack helicopter armed with 2.75-inch high-explosive rockets also participated in the exercise by firing its weapons.

"(Modern) technology has come to the Navy and we will use this technology to protect our seas," the DND chief emphasized. And accuracy is needed considering that Spike-ER missiles and other sophisticated weapons are "quite expensive".

A single Spike-ER missile round costs an estimated PHP10 million.

The first test-firing of the Spike-ER missile took place last Aug. 9 in the same location.


MPAC with Spike ER Missile (photo : Inquirer)

The weapon was fired from one of the PN's three Spike-ER armed MPACs.

The MPACs were constructed by the Subic-based Propmech Corporation and activated on May 22, 2017.

The PN MPAC Acquisition Project entered into a contract with Rafael, through SIBAT of Israel Ministry of Defense, for the supply and integration of the weapons systems to three Mark III MPACs.

On April 15, 2017, Lorenzana approved the Notice to Proceed.

The Spike-ER system, which arrived in the country last April, is the PN's first missile weapon capable of penetrating 1,000-mm (39 inches) of rolled homogeneous armor and has a range of eight kilometers.

(PNA)

France and Germany Agree Next-Gen Fighter Design Studies

$
0
0
22 November 2018


The Airbus Next-Generation Fighter concept shown in Berlin in November. Along with concepts from Dassault, this design will help inform the development of demonstrator platforms for the future France–Germany combat aircraft. (image : Airbus)

France and Germany have agreed to progress development of a next-generation combat aircraft, with an announcement on 20 November that both countries are to launch demonstrator design studies next year.

The announcement was made on Twitter by French defence minister Florence Parly, who said the agreement she signed in June with her German counterpart, Ursula von der Leyen, to approve the next-generation combat aircraft project had now been firmed up with a commitment to begin the formal design of aircraft and powerplant demonstrators in 2019.

"In June, France and Germany decided to develop, together, the combat aircraft of the future. [There was a] decisive step today with the agreement to begin the studies of architecture and design and the launch of demonstrators (aircraft and engine) by mid-2019. It's moving!", Parly tweeted.

The June agreement came two months after the project was given the formal go-ahead at the ILA Berlin Airshow in April. Referred to as the New Fighter (NF) or Next-Generation Fighter (NGF), the manned combat aircraft is to be developed to operate in conjunction with a swarm of unmanned 'wingmen' as a next-generation weapon system (NGWS).

This NGWS will form part of a wider future combat air system (FCAS, or Système de Combat Aérien Futur [SCAF]) that will include the European medium-altitude long-endurance (MALE) remotely piloted aircraft system (RPAS); an ultra-low observable (LO) unmanned combat aerial vehicle (UCAV); future cruise missiles; and other legacy airborne platforms operating in the future battlespace.

When the project was approved, it was decided that France and Dassault should be the lead nation for the NF/NGF component, with Germany and Airbus taking charge of the other FCAS systems. According to Reuters, French engine manufacturer Safran is to announce a joint venture with Germany's MTU to develop the aircraft's powerplant.

Speaking at the IQPC International Fighter conference in Berlin the week prior to Parly's pronouncement, senior military sources from both countries as well as Spain, which is set to join the effort later this year, said that they are currently engaged in their own national studies, and that these studies will be coalesced into a single solution over the coming years.

(Jane's)

Panglima TNI Minta 3 Kapal Rumah Sakit

$
0
0
20 November 2018


Kapal rumah sakit KRI dr Soeharso 990 (photo : TNI AL)

Belajar dari Bencana Lombok dan Palu, Panglima TNI Minta Tambahan 3 Kapal Rumah Sakit

Belajar dari bencana alam gempa bumi di Lombok dan Palu baru lalu, sangat terasa betapa keberadaan rumah sakit terapung sangatlah efektif dan efisien.

Karena terapung di tengah laut, kapal yang difungsikan sebagai rumah sakit relatif aman dari ancaman gempa susulan.

Gempa susulan menimbulkan trauma mendalam bagi warga yang mengalaminya, sehingga menghindari berada di dalam rumah termasuk di dalam rumah sakit. Karena itu fungsi rumah sakit pun lumpuh. Baik karena kerusakan yang terjadi maupun trauma berada di dalam ruangan.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengakui, keberadaan Kapal Perang TNI AL yang difungsikan sebagai rumah sakit terapung yaitu KRI dr. Soeharso-990, sangat membantu mempercepat pertolongan terhadap warga korban gempa.

Seperti saat gempa di Lombok, banyak korban patah tulang yang awalnya terlantar karena tidak bisa dioperasi. Baik warga maupun petugas medis, enggan melakukan operasi di dalam ruangan.

Melihat situasi seperti itu, Panglima TNI langsung memerintahkan KRI dr. Soeharso untuk lego jangkar di Lombok Utara.


KRI Semarang 594 (photo : detik)

Menyusul gempa dan tsunami serta likuifaksi di Palu, Marsekal Hadi kembali memerintahkan KRI dr. Soeharso-990 mengarah ke Palu.

“Sehingga semua korban bencana bisa diselesaikan dan saya mengucapkan teirma kasih kepada seluruh anggota TNI AL yang sudah mendarmabaktikan dirinya kepada ibu pertiwi,” ungkap Panglima TNI.

Ungkapan terima kasih ini disampaikan Marsekal Hadi di hadapan keluarga besar alumni Akabri Delapan Enam (Adem) 86 Akademi Angkatan Laut (AAL) yang melaksanakan reuni 32 tahun di Mako AAL Bumimoro, Surabaya, Minggu (11/11/2018).

Dengan keberadaan KRI dr. Soeharso-990 pulalah Marsekal Hadi berani menolak tawaran Amerika Serikat untuk mengirimkan kapal rumah sakit USNS Mercy (T-AH-19).

Melalui kontak diplomatik, AS ketika itu ingin mengirimkan rumah sakit terapung seukuran kapal induk ini ke Palu. USNS Mercy adalah kapal rumah sakit yang tidak membawa senjata ofensif, kecuali senjata pertahanan saja.

Karena fungsi sosialnya itu, menembak USNS Mercy akan dianggap sebagai kejahatan perang.

“USNS Mercy akan dikirim dari Hawaii. Lalu saya sampaikan kepada Pak Wiranto bahwa kita hanya menerima bantuan angkutan udara dari Balikpapan ke Palu, sedangkan Mercy saya sampaikan terima kasih karena saya punya kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso,” tutur Marsekal Hadi.


Rancangan baru kapal rumah sakit PT PAL (photo : bmpd)

Tiga kapal Rumah Sakit

Kejadian beruntun di Lombok dan Palu ini menjadi perhatian bagi Hadi. Namun dengan hanya satu kapal rumah sakit yang dimiliki TNI, tentu akan kewalahan menghadapi situasi dengan eskalasi lebih tinggi.

“Apalagi negara kita berada di lingkaran cincin api, ring of fire, gempa bumi menjadi ancaman nyata,” kata Hadi lagi.

Untuk itulah Hadi merasa sudah seharusnya TNI AL mengoperasikan lebih banyak kapal LPD (landing platform dock) seperti KRI dr. Soeharso.

“Saya perintahkan KSAL, saya minta pada Renstra 2 dan 3 ini untuk menambah tiga kapal rumah sakit sekelas Soeharso,” ujar Hadi yang diapresiasi hadirin Adem 86 Laut.

Saat ini TNI AL mengoperasikan lima kapal LPD. Yaitu KRI dr. Soeharso, KRI Surabaya, KRI Banjarmasin, KRI Banda Aceh, dan KRI Makassar.

KRI dr. Soeharso-990 sebelumnya diberi nama KRI Tanjung Dalpele-972 sebagai kapal bantu angkut personel. Kemudian pada 2008 diubah fungsi sebagai kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) sampai sekarang.

(MyLesat)

FNSS to Show Marine Assault Vehicle in 2019

$
0
0
20 November 2018


The MAV is fitted with a stabilised RCT armed with a 40 mm automatic grenade launcher and a 12.7 mm machine gun. Source: FNSS

The first examples of the Turkish Marine Assault Vehicle (MAV) - called the Zaha project - are to be unveiled at the IDEF Defence Exhibition to be held in Istanbul, Turkey, in May 2019, Jane's has learnt.

FNSS Savunma Sistemleri and the Undersecretariat of Defence Industries (SSM) signed a contract in March 2017, to design, develop, and manufacture 27 MAVs for the Turkish Naval Forces Command's new landing helicopter dock (LHD). Four vehicles will be command post (CP) and armoured recovery vehicle (ARV) configurations - two of each - and the remainder will be configured as armoured personnel carriers.

The MAV hull is a sealed, hydrodynamic design made of all-welded aluminium armour that can be bolstered with appliqué armour kits and boasts a self-righting capability. It has a combat weight of 30 tonnes and a maximum road speed of 70 km/h and 7 kt in water.


MAV at Indodefence 2018 (photo : bmpd)

The diesel powerpack is mounted at the front right of the vehicle, driving the tracks and a pair of rear-mounted waterjets through an automatic gearbox. Each side has six dual rubber-tyred road wheels, with the drive sprocket at the front and the idler at the rear. The upper part of the torsion bar suspension is covered with a skirt to reduce water resistance while afloat.

The driver is seated front left with the commander to the immediate rear, each position having a rearward-opening hatch and day periscopes.

An FNSS-developed remote-controlled turret (RCT) - armed with a stabilised .50-calibre M2 HB machine gun and a 40 mm automatic grenade launcher - is mounted on the right-hand side of the hull behind the powerpack.

The rear compartment has seating for 21 dismounts and can be accessed by roof hatches - which open towards the nearest flank, offering a modicum of protection - a powered ramp, or an emergency door.

(Jane's)

PT Pindad Incar Tender Tank Filipina

$
0
0
23 November 2018


Tank Medium Pindad "Harimau" (all photos : BMPD)

TEMPO.CO, Bandung - Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, Pindad tengah mengikuti lelang terbuka pengadaan tank negara Filipina. “Kebutuhan mereka 44 unit, tender terbuka. Mudah-mudahan kita bisa masuk ke sana,” kata dia di Bandung, Rabu, 21 November 2018.

Abraham mengatakan, Pindad menawarkan Tank Medium hasil kerjasama dengan FNSS Turki, yang belum lama ini telah mengantungi sertifikasi dari Kementerian Pertahanan. Tank Medium tersebut misalnya dalam waktu dekat akan menjalani uji tembak disaksikan Kementerian Pertahanan Filipina. “Itu satu bagian dari persyaratan. Mereka datang melihat uji tembak di Cipatat,” kata dia.

Lebih jauh Abraham mengatakan, ada tiga negara yang menjadi pesaing Tank Medium dalam tender yang digelar Kementerian Pertahanan Filipina. “Pesaingnya itu dari Cekoslovakia dan Israel. Mudah-mudahan kita yang memenangkan karena sesama negara Asean,” tuturnya.

Menurut Abraham, Tank Medium baru secara resmi mengikuti tender di Filipina. “Sementara baru Filipina,” kata dia.

Abraham mengatakan, Pindad juga menerima permintaan untuk memasok kebutuhan alutsista dalam negeri untuk produk Tank Medium produksi Pindad tersebut. “Sudah ada di rencana kebutuhan TNI mulai tahun 2020. Cukup banyak, ada 50 unit tahu 2020, 50 unit tahun 2021. Tapi itu dinamis, bisa saja berubah menjadi tahun 2019. Tapi paling tidak dari plot rencana kebutuhan mereka mulai 2020,” ucapnya.

Pindad, kata Abraham, sudah menyiapkan lin produksi khusus untuk Tank Medium tersebut. “Kapasitas produksi sekarang 1 tahun kurang lebih 80 unit. Ngejar lah".



Tak hanya itu, Pindad juga telah memperbaharui kerjasama dengan CMI Deffense. “Next Pindad akan menajdi hub untuk (produk) turet (meriam) 90 milimeter, dan 105 milimeter untuk Asia Tenggara,” ucap Abraham.

Di lini industri, Pindad juga tengah menunggu realisasi pemesanan ekskavator amfibi (Excava Amphibious 200) dari Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Harus masuk ke program 2019. Pak Menteri hanya bilang butuh banyak, tapi berapa banyaknya belum tahu. Paling tidak kalau banyak itu 50 unit ke atas, bisa saja sampai 100 unit,” kata Abraham.

Ekskavator amfibi yang diklaim memiliki kandungan lokal 55 persen ini juga tengah ditawarkan ke pemerintah daerah. Salah satunya pemerintah Jawa Barat tertarik dengan produk terbaru Pindad tersebut. “Pak Gubernur (Ridwan Kamil) sudah menanyakan berapa kapasitas produksi kita. Kita sudah jawab sebulan bisa 2 unit. Kebutuhannya cukup banyak di Jawa Barat. Minggu depan kita uji coba lagi di Sungai Citarum selama seminggu,” kata Abraham.

Abraham mengatakan, proyeksi pendapatan dari lini industri tahun ini diperkirakan masih memegang porsi 40 persen dari keseluruhan pendapatan. Mayoritas masih di sektor industri pertahanan 60 persen.

Lebih jauh Abraham menyatakan pendapatan Pindad dari industri pertahanan itu kurang lebih Rp 1,3 triliun. "Hampir 40 persen menyumbang untuk posisi tahun 2018. Tahun 2019 mungkin masih sekitar itu Rp 1,8 trilin atau Rp 1,7 triliun dari Rp 5 triliun, sekitar 40 persenan,” kata dia.

(Tempo)

Vietnamese Missiles will be Guided by GLONASS

$
0
0
23 November 2018


Glonass positioning system (image : Glonass)

To increase the accuracy of cruise missiles, the upcoming Vietnam-based KCT-15 will be led by the Russian GLONASS system.

According to Roskosmos agency head Yuri Urlichich, starting in 2023, GLONASS's orbit system will provide high-precision navigation services with six new high-elliptical orbiting satellites.

"The orbital group of the GLONASS high-altitude orbital space complex, which consists of six spacecraft, divided into pairs on three orbital planes, will form two routes on the Earth's surface. Absolute precision will begin to be provided from 2023, "the leader introduced.

Currently, there are 4 global positioning systems through popular satellites such as US GPS, European Galileo, Russia's GLONASS and China's Big Dipper. In that they provide extensive civilian channels and only to military channels for close allies use.

In the military field, satellite positioning plays a very important role. This is the main reference channel for land-cruising missiles and is an important tool for long-range anti-ship missiles, as it will be based on satellites to more accurately determine their flight path in the next phase. Targeted in inertial mode.



Currently, Vietnam has been equipped with the 3M-14TE Kalibr anti-flagship cruise missile version and is preparing to build the KCT 15 anti-ship missile, which is expected to feature the 3M-24UE. Shoot up to 260 km. Therefore, the use of satellite military channels is very necessary.

Recently, the vice-president of the Russian Federation, Yevgeny Bushmin, said Moscow was very supportive of concluding an intergovernmental agreement with Vietnam on the development and use of navigation systems. GLONASS satellite.

"We support the early conclusion of an intergovernmental cooperation agreement on the use and development of the GLONASS satellite navigation system," Bushmin told a meeting with delegation from Vietnam.

This is paving the way for Vietnam to have extensive access to satellite navigation services from Russia's GLONASS network, including applications in the military field, in addition to traditional civil applications.



The foundation of the GLONASS system consists of 24 satellites, which travel on the surface of the Earth in three orbits with an inclination of 64.8 °, and an altitude of 19,100 km. The first satellite of the GLONASS was put into orbit on October 12, 1982, on September 24, 1993 the official system was put into use.

The GLONASS satellites continually emit positioning signals in two forms: the standard positioning accuracy (Ch) at L1 (1.6 GHz) and the high positioning (C) At frequencies L1 and L2 (1.2 GHz). The information, provided by the location signal Сh, is open to all users on a global and continuous basis and is guaranteed when using the GLONASS receiver.

They are capable of identifying horizontal coordinates with a precision of 50-70 m (99.7% confidence); vertical coordinates with 70 m accuracy (99.7% confidence); component velocity vector with accuracy of 15 cm / s (99.7% confidence); Accurate time accuracy with 0.7 mcs (99.7% reliability).

Accuracy can be increased significantly, using special positioning and / or supplementary measurement methods. C signal is basically assigned to the needs of the Russian Ministry of Defense, and can not be used without permission.

(BaoDatViet)

F-35A Deployable Cabins Ready for Joint Strike Fighter Operations

$
0
0
23 November 2018


One of the Varley deployable cabins being used by the RAAF for in-field operation of the Joint Strike Fighter (photo : Aus DoD)

The Minister of Defence, the Hon Christopher Pyne MP, and the Minister for Defence Industry, the Hon Steven Ciobo MP have welcomed the Department of Defence’s acceptance of the first two (of 15) F-35A deployable cabins from Lockheed Martin Australia.

Minister Pyne said the Commonwealth’s formal acceptance of the deployable facilities was an important milestone for the full operation of Air Force’s F-35A aircraft.

“The deployable cabins are a critical part of operating and maintaining the Air Force’s new fighter aircraft, whenever they are deployed away from their future homes at RAAF Bases Williamtown and Tindal,” Minister Pyne said.

“All 15 deployable cabins will provide transportable, secure workspaces for Australian Defence Force (ADF) personnel to support operations and maintenance activities as part of the future networked ADF.

Minister Ciobo said this was another strong example of opportunities in Australia’s expanding defence industry being taken up by companies in regional areas.

“The deployable cabins were built by Varley Group in Newcastle, NSW using Australian steel, creating 20 jobs at Varley and another 50 local jobs in the Hunter region supply chain,” Minister Ciobo said.

“The F-35 Program has had a positive impact on Australia’s growing defence industry, which has collectively been awarded in excess of $1 billion in production contracts as part of the global program. This will support up to 5000 Australian jobs by 2023.

Lockheed Martin Australia, with headquarters in Canberra, employs more than 1000 people in Australia working on a wide range of major programs spanning the aerospace, defence and civil sectors.

(Aus DoD)

Many Countries Want to Sell Submarines to PH: Lorenzana

$
0
0
23 November 2018


A26 submarine from Sweden (image : Saab)

MANILA -- A lot of submarine-producing countries have expressed interest to sell their submarines to the Philippines.

This was bared by Defense Secretary Delfin Lorenzana in a press conference on Wednesday, shortly after the successful capability demonstration of the Philippine Navy's newly-acquired and installed Rafael Advanced Defense Ltd. Spike-ER (extended range) surface-to-surface missile system off Lamao Point, Limay, Bataan.

"Marami (a lot of nations like) Russia, Sweden, France, (South) Korea, Japan, everybody that has capabilities (in producing submarines) (are) interested in selling (submarines) to us, even the US (United States)," he added.

Lorenzana emphasized that they are still looking at, and studying the offers to determine which is the best one for the country.

The DND chief also stressed that it is high time for the Philippines to acquire submarines as it is the only country in ASEAN, aside from landlocked countries in the region, which do not operate the specialized submersible watercraft.

He, however, admitted that submarines are expensive pieces of equipment that require infrastructures like basing and intense training for the crew to become truly effective.

"Submarines are a very expensive equipment (to maintain and operate), lahat ng mga bansa diyan sinasabi na mahal, very expensive (all countries operating such craft say that they are expensive) and bago ka makabili ng submarines (before you can buy) submarines, (you must think first about building a base to house them) and you also have to train people," Lorenzana added. 

(PNA)

Ekspor Industri Pertahanan Capai 284,1 juta Dolar AS

$
0
0
24 November 2018

Ekspor pesawat PTDI dalam kurun 2016-2018 (image : PTDI)

Surabaya (Antaranews Jatim) - Kementerian Pertahanan menyampaikan rekapitulasi penjualan produk industri pertahanan atau ekspor ke sejumlah negara mencapai 284,1 juta dolar AS selama periode 2015 hingga 2018.

"Untuk penjualan dalam negeri di kurun waktu yang sama mencapai Rp4,5 triliun," ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laskda Agus Setyadi di sela menjadi pembicara diskusi yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Gubernur Jawa Timur Jalan Pahlawan Surabaya, Kamis.

Ia merinci, untuk ekspor angka penjualan sebesar 161 juta dolar AS dilakukan PT Dirgantara Indonesia dengan produk CN-235 sebanyak dua unit ke Senegal, tiga unit NC-212 ke Vietnam, dua unit NC-212 ke Thailand.

Kemudian, melalui PT PAL sebesar 86,9 juta dolar AS ke Filipina dengan produk berupa dua unit kapal "Strategic Sealift Vessel" (SSV).

Selain itu, ekspor PT Pindad dengan produk panser Anoa, kendaraan tempur, senjata dan amunisi untuk memenuhi kebutuhan sejumlah negara di Asia Tenggara, Afrika, UAE, Korea Selatan, Nigeria serta Timor Leste.

"Ekspor yang dilakukan PT Pindad angkanya mencapai 32,6 juta dolar AS," ucapnya.

Tak itu saja, PT Lundin juga melakukan ekspor ke Rusia dan Swedia dengan produk berupa kapal "Sea Rider" senilai 3,6 juta dolar AS.

Sedangkan, kata dia, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri pertahanan menjual ke TNI AU senilai Rp1,83 triliun, TNI AL Rp1,29 triliun, TNI AD sebesar Rp1,19 triliun, serta Markas Besar TNI yang mencapai Rp180,4 miliar.

Menurut dia, penjualan produk industri pertahanan Indonesia merupakan satu hal membanggakan karena sudah layak dianggap sebagai pesaing sejumlah negara lain di dunia.

"Melihat penjualan tersebut, saat ini industri pertahanan Indonesia sudah menjadi pesaing bagi industri pertahanan negara lain," katanya. 

(Antara)

PH Navy Needs 42 Multi-Purpose Assault Craft: Empedrad

$
0
0
24 November 2018


PN MPAC (photo : defensePH)

MANILA -- The Philippine Navy (PN) needs 42 multi-purpose assault craft (MPAC) in its fleet to further enhance its capabilities to defend the country's waters.

PN flag-officer-in-command Vice Admiral Robert Empedrad made this statement Wednesday shortly after the successful capability demonstration of its newly-acquired and installed Rafael Advanced Defense Ltd. Spike-ER (extended range) surface-to-surface missile system off Lamao Point, Limay, Bataan.

"Based on our matrix, dapat magkaroon tayo ng (we should have) 42 of these type of vessels, (the) MPACs. (We only have) nine, (with another) three coming over next year with the same missile capability. So kung sabay-sabay gumalaw yan (If these ships will operate simultaneously), when we are under siege, I think this will do harm to any threat whether internal or external," Empedrad said during the press conference aboard the strategic sealift vessel BRP Davao Del Sur.

MPACs are high-speed naval craft capable of speeds in excess of 40 knots and can be utilized for a variety of naval missions like patrol and fire support missions for troops. It can also be armed with machine guns, missiles and a variety of other weapons.


PN MPAC (photo : PNA)

Meanwhile, Defense Secretary Delfin Lorenzana said the Spike-ER missile system acquisition will be followed by big-ticket items like frigates and corvettes, which will also be armed with missiles.

He added that the Spike-ER acquisition is an indication that the PN is now being upgraded and modernized to be at par with its neighbors.

The first test-firing of the Spike-ER missile took place last Aug. 9 in the same location.

The weapon was fired from one of the PN's three Spike-ER armed MPACs. The MPACs were constructed by the Subic-based Propmech Corporation and activated on May 22, 2017.

The PN MPAC Acquisition Project entered into a contract with Rafael, through SIBAT of Israel Ministry of Defense, for the supply and integration of the weapons systems to three Mark III MPACs. On April 15, 2017, Lorenzana approved the Notice to Proceed.

The Spike-ER system, which arrived in the country last April, is the PN's first missile weapon capable of penetrating 1,000-mm (39 inches) of rolled homogeneous armor and has a range of eight kilometers.

(PNA)

Armada II Bentuk Satuan Udara Koarmada II

$
0
0
24 November 2018


Wilayah kerja yang luas menjadi latar belakang pembentukan Satuan Udara ini (photo : Tempo)

Pangkoarmada II Resmikan Satuan Udara Koarmada II

Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II, Laksamana Muda TNI Mintoro Yulianto, S.Sos., M.Si., meresmikan Satuan Udara Koarmada II (Satudkoarmada II) dan melantik Komandan Satuan Udara Koarmada II (Dansatudkoarmada II) Letkol Laut (P) Henoch Nasarius V., S.E., M. Tr (Han), dalam suatu upacara Militer, bertempat di Dermaga Madura, Mako Koarmada II. Surabaya. Jum’at (23/11/2018).

Dalam amanatnya Pangkoarmada II menyampaikan upacara peresmian satuan udara koarmada II merupakan realisasi dari kebijakan pemimpin TNI tentang gelar satuan, sebagai bagian dari upaya pembangunan dan pembinaan kemampuan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam gelar kekuatan TNI Angkatan Laut secara keseluruhan.

Pembentukan Satuan Udara Koarmada II, didasarkan kepada analisa kebutuhan pelaksanaan tugas pokok Koarmada dengan beban wilayah kerja yang luas ditinjau dari pelaksanaan fungsi pertahanan yang menyangkut aspek penegakan kedaulatan dan hukum di laut, maupun dalam rangka beradaptasi dengan perkembangan lingkungan strategis.

Lebih jelas Pangkoarmada II menjelaskan ada dua pertimbangan pokok yang mendasari terbentuknya Satuan Udara Koarmada II, yaitu pertama, perkembangan lingkungan strategis dan wilayah tugas Koarmada yang sangat luas serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi perlu diantisipasi dengan baik.

Kedua, dinamika perkembangan organisasi dan tuntutan reformasi birokrasi pemerintah serta untuk mewujudkan visi pemerintah Indonesia sebagai poros maritim dunia, dirasakan perlu adanya validasi organisasi sebagai salah satu mekanisme untuk melakukan revitalisasi kedudukan, tugas dan fungsi yang disesuaikan dengan tuntutan tugas, dimana pembentukan satuan udara yang dimaksud bukan semata- mata sebagai pengembangan kekuatan, akan tetapi sebagai upaya untuk meningkatkan peran komando dan pengendalian sehingga satuan gelar ke depan dapat melaksanakan tugas secara optimal.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pembentukan satuan udara Koarmada II merupakan kebutuhan yang diharapkan mampu menunjang kepentingan pertahanan di laut.

Tak lupa pula Pangkoarmada II mengucapkan  selamat atas kepercayaan pemimpin TNI Angkatan Laut sebagai Komandan Satuan Udara Koarmada II kepada Letkol Laut (P) Henoch Nasarius V., S.E., M. Tr (Han).

Pangkoarmada II berharap kepada Komandan Satuan Udara Koarmada II pengamanan dan latihan di wilayah kerja Koarmada II akan lebih optimal, sehingga dapat menjamin penggunaan laut untuk kepentingan sendiri dan mencegah penggunaan laut oleh lawan atau untuk kepentingan lawan, serta dapat menegakkan kedaulatan dan hukum di laut.

Tugas satuan udara Koarmada II diharapkan untuk mampu mengkoordinasikan, menyiapkan dan mengendalikan kesiapsiagaan tempur pesawat udara (Pesud) TNI Angkatan Laut yang di BKO kan dalam fungsi peperangan intai taktis, anti kapal selam (AKS), anti kapal permukaan (AKPS), pasukan pendarat (Pasrat) lintas helikopter, dukungan logistik cepat, dan pengamanan laut wilayah Koarmada II sebagai komponen sistem senjata armada terpadu (SSAT) dalam rangka mendukung tugas Koarmada II.

Hadir dalam acara tersebut Danpuspenerbal,  Asisten Pangkoarmada II, Pater Sahli Pangkoarmada II, Kasatker Mako Koarmada II, Komandan Unsur pangkat Kolonel yang berada di Pangkalan Surabaya.

(Armada II)

BAE Systems Selected for Future Frigate Combat System Integrator

$
0
0
24 November 2018


RAN Hunter class frigate (image : ABC)

Future Frigate combat system integrator announced

In another major milestone for the Government’s Naval Shipbuilding Plan, BAE Systems Australia today announced its preferred Combat System Integration partners for the Hunter class frigate program.

Minister for Defence, the Hon Christopher Pyne MP, said the $35 billion frigate program would provide the Navy with the highest levels of lethality and deterrence that our major surface combatants need in periods of global uncertainty.

“The nine anti-submarine warfare frigates are a new generation of major surface combatants which will replace the current eight ANZAC class frigates,” Minister Pyne said.

“I would like to congratulate Lockheed Martin Australia and Saab Australia for being named the preferred tenderers to partner with BAE Systems Australia to deliver the Combat System Integration on the Hunter class frigates.”

The decision is expected to create up to 200 jobs and supports the development of an Australian industry which will underpin the Government’s continuous Naval Shipbuilding Plan.

Minister Pyne said the Hunter class combat system is the eyes and ears of the warship, able to detect and identify aircraft, submarines and ships at great distance to offer the frigate’s command team maximum situational awareness and the capability to defend the ship and fight an enemy.

“The frigates will not only help secure Australia’s interests through enhanced capability but the program will also be delivered by Australian workers, with unprecedented levels of Australian industry opportunities in the global supply chain.”

“The Combat Management System for the new Hunter class frigate fleet will be the Aegis System, together with an Australian tactical interface to be developed by Saab Australia.”

Construction will begin at Adelaide’s Osborne Shipyard in 2020 and the program will employ around 4000 workers.

 (Aus DoD)

Kemhan Akan Penuhi Kapal Selam dari Produk Dalam Negeri

$
0
0
24 November 2018


Proses finishing kapal selam di PT PAL Surabaya (photo : saididu)

SURABAYA - Menyusul proyek bersama RI-Korea Sela­tan dalam pembuatan tiga kapal selam, Kementerian Per­tahanan (Kemhan) berencana melanjutkan pemenuhan kebutuhan minimal 12 kapal selam sepenuhnya dari da­lam negeri. Kemhan telah menjajaki dengan PT PAL selaku pelaksana proyek pembuatan tiga kapal selam sebelumnya, untuk mewujudkan rencana itu.

“Kami dalam negosiasi dengan PT PAL untuk memba­ngun kapal selam sendiri,” kata Kepala Badan Sarana Per­tahanan Kemhan, Laksda TNI Agus Setiadji dalam diskusi dengan tema Membangun Indonesia dalam Perspektif Pen­ingkatan Daya Saing Daerah, di Gedung Sekretariat Dae­rah Provinsi Jawa Timur, Surabaya, Kamis (21/11).

Agus menegaskan meski beberapa tahun sebelumnya Kemhan sempat menjajaki untuk membeli kapal selam kelas ‘Kilo’ dari Russia yang dikenal dengan sebutan "Project 636", namun pemerintah bertekad akan memenuhi se­luruh kebutuhan kapal selam TNI AL dari produksi dalam negeri.

“Sampai saat ini kami belum berpikiran untuk turut da­lam Project 636. Kami tetap fokus pada pembuatan di da­lam negeri. Project 636 hanya kami gunakan sebagai pem­banding. Karena untuk membuat kapal selam dibutuhkan infrastruktur dan anggaran pendahuluan yang cukup besar. Sehingga kalau kami beralih ke tempat (negara) lain, maka biaya yang kami keluarkan sebelumnya akan sia-sia,” kata Agus.

(Koran Jakarta)

TLDM Lakukan Pelancaran Program UAS

$
0
0
25 November 2018


UAV Camar TLDM buatan Universiti Teknologi Malaysia (photos : TLDM)

Unmanned Aerial Systems (UAS) TLDM, Program Terbaru TLDM dalam Usaha PertingkatT #Keselamatan Maritim

Lumut – Warga Navy People di Pangkalan TLDM Lumut pada tanggal 21 Oktober 2018 menyaksikan Pelancaran Program UAS TLDM dan pelantikan rasmi Tim Nukleus yang akan mengkoordinasikan program ini. Majlis telah disempurnakan oleh Yang Berbahagia, Panglima Tentera Laut, Laksamana Tan Sri Ahmad Kamarulzaman Haji Ahmad Badaruddin disaksikan oleh Jawatankuasa Laksamana Lumut, Pegawai-pegawai Kanan dan warga Navy People yang berkhidmat di bawah naungan Markas Udara TLDM.

Selari Pelan Transformasi 15to5 yang diilhamkan oleh Yang Berbahagia Panglima Tentera Laut, TLDM bakal memiliki keupayaan Unmanned Aerial Systems (UAS) sebagai Maritime Force Multiplier bagi memperkasakan kesiagaan pertahanan maritim negara khususnya di Zon Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan kawasan berkepentingan negara. Berdasarkan rancangan program Maritime Security Initiative (MSI) tajaan kerajaan Amerika Syarikat (AS) bagi meningkatkan tahap keselamatan maritim dan interoperability negara serantau di perairan Laut China Selatan dan Lautan Sulu, TLDM telah ditawarkan 2 set sistem UAS yang dijangka dibekalkan pada suku kedua tahun 2019.


TLDM juga akan menerima sejumlah UAV ScanEagle 2 hibah dari AS dalam program Maritime Security Initiative (photo : MalaysianDefence)

Panglima Tentera Laut berbesar hati melancarkan Program UAS TLDM ini disamping turut menyempurnakan penyerahan Sijil Pelantikan kepada Tim Nukleus yang dipertanggungjawabkan bagi menyelia dan menentukan pengoperasian UAS ini. Tim Nukleus terdiri daripada tiga orang dan diketuai oleh Lt Kdr Mohamad Nizam bin Mohamad Said TLDM yang berkepakaran Juruterbang TLDM. Tim Nukleus UAS ini akan melaksanakan segala aktiviti dan keperluan yang menjurus kepada penubuhan Skuadron UAS TLDM dan bertanggungjawab membangunkan konsep operasi UAS di bawah seliaan Bahagian Operasi dan Eksesais Markas Tentera Laut.

Dalam ucapan beliau, Panglima Tentera Laut berkata Perolehan UAS ke dalam sistem pertahanan TLDM mampu meningkatkan keupayaan pemantauan sedia ada dengan ketara. Beliau turut menjelaskan keyakinan terhadap sistem UAS ini dalam mempertingkat kemampuan TLDM dalam menjaga kedaulatan dan keselamatan perairan maritim negara. Dengan teknologi ini juga, pertahanan maritim negara adalah setaraf dan mampu berdiri seiring negara lain.

Mengambil kira faktor geopolitik dan geostrategik semasa, TLDM sentiasa optimis dalam mempertingkat pengukuhan kedaulatan maritim dan pemerkasaan Maritime Domain Awareness (MDA) secara optimum. Penggunaan UAS ini dilihat sebagai inisiatif dan pendekatan yang strategik bagi memenuhi keperluan semasa dalam menangani cabaran yang kian mencabar terutama di Laut China Selatan.

(TLDM)

Melihat Latihan Antar Kecabangan TNI AD 2018

$
0
0
25 November 2018


Latihan Antar Kecabangan TNI AD 2018 (all photos : Kostrad, TNI Masa Kini)

KSAD: Latihan Ancab TNI AD 2018 Akumulasi Kemampuan Tempur

NUSANTARANEWS.CO, Baturaja – Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Mulyono menyaksikan langsung Latihan Antar Kecabangan (Latancab) TNI AD TA 2018 di daerah latihan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur), Kodiklatad, Baturaja, Sumatera Selatan (Sumsel), Kamis (15/11/2018).

Pada Latancab tahun ini, jajaran Brigade Infanteri (Brigif) 13/Galuh Kostrad dan satuan perkuatannya yang merupakan bagian dari Divisi Infanteri (Divif) 1/Kostrad yang ditunjuk sebagai pelaku latihan.



Pada latihan tersebut, TNI AD menunjukkan kekuatan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang dimiliki, guna mengetahui kemampuan serta kolaborasi taktik antar kecabangan dalam wadah Brigade Tim Pertempuran (BTP).

Alutsista modern dan terbaru yang dimiliki TNI AD yang dilibatkan dalam Latancab 2018 ini meliputi pesawat Heli Mi-35, Heli Bell 412, Tank Leopard, Meriam 155 mm Caesar, Roket Astros, serta Rudal Mistral.


Dalam pelaksanaannya, seluruh Alutsista tersebut saling unjuk kemampuan dalam bermanuver maupun menembakan amunisinya ke sasaran yang diskenariokan sebagai musuh.

Kali ini, Latancab tidak lagi menggelar demo pertempuran seperti waktu-waktu sebelumnya, tetapi murni melaksanakan latihan pertempuran. Pada kesempatan itu, KSAD, Jenderal TNI Mulyono mengungkapkan bahwa Latancab diselenggarakan TNI AD untuk meningkatkan akumulasi kemampuan tempur tingkat perorangan hingga satuan setingkat Brigade, yang dilakukan baik secara teknis maupun taktis, melalui penyelenggaraan operasi tempur (Opspur), yang didukung oleh operasi intelijen (Opsintel) dan operasi teritorial (Opster).


“Tujuan dari diselenggarakannya latihan ini, agar seluruh prajurit bisa merasakan seperti apa bergerak dalam hubungan Brigade, serta mengerahkan Alutsista yang canggih, sehingga kita dapat mengevaluasi seperti apa manuver Brigade itu,” ungkap KSAD.

KSAD juga mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena latihan dapat berjalan dengan lancar dan aman, sekaligus berterima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah hadir dan mendukung suksesnya acara.


Menurutnya, latihan tersebut merupakan bentuk pertanggung jawaban TNI AD kepada rakyat. “Apa yang telah kita saksikan tadi merupakan bentuk pertanggung jawaban TNI AD kepada rakyat. Ini semua merupakan hasil karya anak bangsa. Rakyat adalah ibu kandung TNI,” ujarnya.

Usai menyaksikan jalannya latihan hingga selesai, KSAD Jenderal TNI Mulyono dalam pengarahannya dihadapan seluruh pelaku (lebih dari 2.500 orang prajurit) dan penyelenggara latihan (sekitar 1.500) mengungkapkan rasa bangganya terhadap seluruh prajurit yang terlibat, karena latihan dapat berjalan aman dan lancar.


Lebih lanjut KSAD juga menyampaikan kepada seluruh prajurit untuk mencegah adanya manajemen yang dapat memunculkan rasa ketakutan antara atasan dan bawahan. Dengan kata lain, rasa ketakutan yang timbul pada manajemen kepemimpinan seperti itu dapat mengganggu pelaksanaan tugas.

“Untuk menjadi profesional, prajurit tidak boleh dipimpin dengan manajemen ketakutan, namun dengan hubungan kedekatan yang lekat dan erat, antara yang dipimpin dan yang memimpin, tanpa mengabaikan hierarki dan norma-norma dasar keprajuritan,” ujar KSAD, Jenderal TNI Mulyono.


Pada kunjungannya menyaksikan secara lamgsung jalannya Latancab di Puslatpur Baturaja tersebut, KSAD didampingi Pangkostrad Letjen TNI Andika Perkasa, Dankodiklatad Letjen TNI AM Putranto, Irjenad, para Asisten KSAD, para Pangkotama, para Kabalakpus serta pejabat TNI AD lainnya.

Sebelum menyaksikan latihan tempur tingkat Brigade tersebut, KSAD beserta rombongan terlebih dahulu menerima paparan mengenai mekanisme jalannya latihan oleh Komandan Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklatad) Letjen TNI AM Putranto, selaku Komandan Latihan (Danlat) pada Latancab TNI AD Tahun 2018 ini.

(NusantaraNews)
Viewing all 14817 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>