Quantcast
Channel: DEFENSE STUDIES
Viewing all 14804 articles
Browse latest View live

Pangkalan Udara TNI AU di Maluku Tenggara Diaktifkan Kembali

$
0
0
11 November 2016


Pangkalan Udara di Langgur dan Kei Kecil, Maluku Tenggara (image : GoogleMaps)


Kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun Langgur memprihatinkan

Langgur, Maluku (ANTARA News) - Panglima Komando Operasi TNI AU II, Marsekal Muda TNI Umar Sugeng Haryono, menilai kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dominicus Dumatubun, Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, sangat memprihatinkan.

"Sangat memprihatinkan sekali, tetapi masih bisa digunakan untuk kepentingan-kepentingan TNI AU," kata Haryono saat meninjau pangkalan udara itu, Rabu.

Walau memprihatinkan, namun keberadaan pangkalan udara TNI AU tipe D itu, penting untuk mendukung operasionalisasi Komando Operasi TNI AU.

Selain itu, dengan panjang landasan 1.300 meter dan lebar 30 meter, pangkalan udara TNI AU yang juga dioperasikan untuk kepentingan sipil juga dirasakan penting untuk menjaga potensi dirgantara di wilayah Maluku Tenggara, Kota Tual, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.

Karena itu, dia telah memerintahkan Komandan Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun, Letnan Kolonel Penerbang Hantarno Sasmoyo, menjaga aset yang dibangun Jepang sejak 1942 itu. Pangkalan udara itu pernah berperan penting saat operasi pembebasan Irian Barat pada 1961-1962, dan Haryono pernah bertugas di sana 15 tahun lalu.

Selain Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun, dia juga meninjau Bandara Karel Sasuit Tubun, di Desa Ibra, Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, yang merupakan bandara baru pengganti Bandara Dumatubun. Panjang landasan pacu Bandara Karel Sasuit Tubun itu 1.600 meter dan lebar 30 meter.

Haryono dan rombongan tiba di Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun memakai Boeing B-737-300 dari Skuadron Udara 5 TNI AU yang sehari-hari berpangkalan di Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin, Makassar. 

Ini juga ujicoba pendaratan dengan pesawat berbadan lebar. Sebelum dia, uji coba memakai Boeing B-737-300 Surveillance TNI AU itu juga dilakukan di Bandara Karel Sasuit Tubun, dengan pilot-in-command Kolonel Penerbang Benny Arfan, yang juga menjabat kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Utama TNI AU Hasanuddin. 

Arfan mengoperasikan pesawat terbang militer itu bersama Komandan Skuadron Udara 5, Letnan Kolonel Penerbang Akal Juang, pada 4 November 2016.

"Dengan uji coba pendaratan dua pesawat Boeing TNI AU ini, tentu akan menarik perhatian maskapai penerbangan untuk mengoperasikan pesawat berbadan lebar, termasuk untuk melakukan penerbangan langsung dari Maluku Tenggara menuju Makassar," katanya.

Menurutnya, kondisi bandara Ibra dengan berbagai fasilitas penerbangan lengkap sangat memungkinkan untuk melayani penerbangan langsung Langgur-Makassar, tanpa perlu melalui Kota Ambon sebagai ibu kota provinsi Maluku.


Honeywell Cari Rekanan Lokal untuk "Upgrade" C-130 Hercules TNI AU

$
0
0
11 November 2016

C-130 Hercules TNI AU (photo : Kompas) 

JAKARTA, KOMPAS.com — Pabrikan penyedia solusi kedirgantaraan asal Amerika Serikat (AS), Honeywell Aerospace, sedang mencari rekanan pabrik di Indonesia. Kerja sama dengan pabrikan lokal itu dibutuhkan agar Honeywell bisa menawarkan solusi upgrade pesawat angkut C-130 Hercules kepada TNI AU.

Saat ini, menurut pihak Honeywell, mereka tengah berbicara dengan beberapa pabrikan lokal untuk menjajaki kerja sama ini. Honeywell juga mengaku sudah mengajukan penawaran upgrade C-130 Hercules kepada TNI AU.

Hal itu disampaikan oleh Derek Lockett, Director Sales Asia Pacific Honeywell Aerospace, saat dijumpai KompasTekno dalam ajang pameran persenjataan Indodefence 2016 di JI Expo Kemayoran, Jumat (4/11/2016) pekan lalu.

"Untuk program C-130, kami memiliki sejumlah solusi, seperti upgrade pesawat, avionik, sehingga membuatnya modern dan reliable. Kami butuh partner lokal untuk aktivitas integrasi, engineering, dan sebagainya," ujarnya.

"Pendekatan yang kami lakukan adalah kami ingin menggandeng industri lokal dan Honeywell bisa mendukungnya. PT DI hanya satu dari sekian banyak perusahaan yang ingin kami gandeng. Masih banyak lagi yang lainnya sedang dalam pembicaraan," kata Lockett.

"Semoga prosesnya berjalan lancar baik dari sisi tim yang kami siapkan, maupun juga peraturannya di Indonesia," imbuhnya.

Dari hidung hingga ke ekor

Honeywell sendiri menawarkan beragam solusi upgrade untuk C-130 Hercules. Solusi-solusi tersebut mencakup upgrade hardware dari hidung hingga ke ekor, seperti enhanced ground proximity warning system (EGPWS), radar cuaca, VXP HUMS untuk maintenance, air turbine starter, anti-ice valve, dan auxiliary power unit (APU).

Dari sekian banyak pilihan tersebut, Lockett menggarisbawahi beberapa solusi saat berbincang dengan KompasTekno, seperti solusi EGPWS, radar cuaca, dan HUMS.

C-130 Hercules TNI AU (photo : Kaskus Militer) 

EGPWS yang ditawarkan Honeywell menawarkan sistem yang compact dan mudah dibongkar pasang dengan biaya perawatan yang rendah. 

Fungsinya adalah untuk meningkatkan kru pesawat akan kondisi sekitar pesawat saat mereka memiliki beban kerja tinggi atau jarak pandang yang pendek. EGPWS diharapkan bisa mengurangi risiko pesawat menabrak tebing atau gunung saat masih dalam kendali atau controlled flight into terrain (CFIT).

Untuk radar cuaca (weather radar), komponen ini menurut Honeywell telah diproduksi di pabrik Honeywell di Bintan. Radar cuaca yang dibuatnya memiliki daya jangkau lebih jauh sehingga bisa mendeteksi awan badai lebih dini, dan diklaim bisa mengurangi diversi jalur penerbangan hingga 25 persen sehingga bisa menghemat bahan bakar.

Sementara itu, health and usage monitoring systems (HUMS) adalah sensor yang dipasang di bagian-bagian mesin yang bergerak atau berotasi, seperti rotor, generator, dan bearing.

"Sensor HUMS dipakai untuk memonitor bagian di pesawat yang berotasi, saat (pesawat) kembali ke base, mekanik bisa mengunduh datanya dan mendeteksi lebih dini komponen mana yang aus dan harus diganti," terang Lockett.

Dengan mendeteksi keausan komponen lebih dini, diharapkan permasalahan di pesawat lebih dini ditangani juga sehingga permasalahannya tidak merembet ke komponen lain yang ujungnya membuat bengkak biaya perawatan.

C-130 Hercules TNI AU (photo : TNI AU) 

Solusi ini bisa digabungkan dengan layanan satelit Honeywell sehingga mekanik di darat bisa memantau kondisi pesawat di udara secara real time. Dengan deteksi kerusakan lebih dini, mekanik bisa menyiapkan komponen pengganti secepat mungkin.

Dengan demikian, pesawat segera bisa diperbaiki begitu mendarat, dan bisa terbang kembali dalam waktu yang lebih singkat.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang solusi-solusi Honeywell untuk C-130 Hercules, kunjungi tautan berikut ini.

Masih dalam tahap pembicaraan

Lockett juga mengaku sudah bertemu dengan pihak TNI AU membicarakan tawaran upgrade C-130 Hercules ini, dan mengatakan, mereka sangat tertarik dengan apa yang Honeywell tawarkan.

"Namun, kembali lagi ke persoalan berapa bujet yang TNI AU punya," imbuhnya.

TNI AU sendiri saat ini memiliki beragam varian C-130 Hercules yang dioperasikan, seperti C-130B, C-130H, C-130H-30, KC-130B (varian tanker), dan L-100-30 (varian penumpang). Tidak semuanya akan di-upgrade. Kemungkinan, hal tersebut hanya dilakukan untuk varian H, termasuk unit hibah yang didapat dari Australia.

(Kompas)

DCNS Proposes Corvette, frigate Designs for Indonesian Navy Requirements

$
0
0
12 November 2016

 
DCNS has proposed OPV-90 and Gowind 2500 surface vessel designs for ongoing requirements in Indonesia. Proposals come with offers to transfer technology and technical know-how to local industry (photo : meretmarine)

DCNS is positioning its OPV 90 and Gowind 2500 designs for the Indonesian Navy's (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL's) requirements for two 80 m offshore patrol vessels (OPVs) and two possible follow-on frigates to the SIGMA 10514 platforms, respectively.

Speaking to IHS Jane's at the Indo Defence 2016 exhibition in Jakarta, DCNS officials confirmed that the shipbuilder will be participating in these competitions. Formal tenders for the projects are largely expected to be issued in 2017.

The OPV 90 design is being offered through Kership, a subsidiary of DCNS and another French shipbuilder, Piriou.

DCNS Gowind 2500 (image : DCNS)

According to specifications provided by the company, the OPV 90 design features an overall length of 87 m, an overall beam of 13.6 m, and a design draught of 3.2 m. The platform can accommodate about 60, including crew and special mission personnel, and one 10-tonne helicopter on its flight deck.

The OPV has a top speed of 21 kt and a range of 8,000 n miles at 12 kt on an endurance of 21 days. According to DCNS, the OPV 90 design is operational with the French Navy as the Gowind corvette, L'Adroit (P 275).

Meanwhile, the Gowind 2500 design features an overall length of more than 100 m, an overall beam of 16 m, and a design draught of 5.4 m. The platform can be equipped with a 16-cell vertical launch system (VLS), hull-mounted and variable-depth sonars, launchers for torpedoes and anti-ship missiles, and a main gun of up to 76 mm in calibre.

"One of our strong credentials when entering these projects, is that we have a good track record of partnering with local industries to deliver the vessels," said Fabrice Honore, director of DCNS Indonesia.

(Jane's)

ST Marine Lays Keel for Singapore's Fifth Littoral Mission Vessel

$
0
0
12 November 2016


Computer image of the Singapore Navy’s future Littoral Mission Vessel (LMV). Displacing 1,250 tonnes, they have a top speed of over 27 kts and are similar in concept and design to the DCNS L’Adroit (OPV-90). (image : armscom)

Shipbuilder ST Marine has laid down the fifth Littoral Mission Vessel (LMV) on order for the Republic of Singapore Navy (RSN).

The 1,250-tonne platform, which will be the future RSS Indomitable, was laid down on 11 November at the shipyard's facilities in Jurong.

Indomitable is part of a contract for eight LMVs acquired by the Singapore government to replace the RSN's 11 Fearless-class patrol boats, a number of which have been in service for more than 20 years.

First-of-class Independence was launched in July 2015, while third-of-class Unity was launched in October 2016. The fourth vessel, Justice, is currently under construction at ST Marine's facilities in Benoi, having been laid down in May 2016.

The LMV platform features a length of 80 m, a beam of 12 m, and a draught of 3 m. Powered by two MTU 20V 4000 M93 engines each, the platform can reach top speeds in excess of 27 kt, and a standard range of 3,500 n miles at 15 kt.

The LMV's suite of weapons include a 12-cell vertical launching system (VLS) in the forward section that can launch MBDA's VL Mica anti-air missiles, and one Oto Melara 76/62 Super Rapid main gun.

All eight LMVs are expected to be operational by 2020.

(Jane's)

TNI Bangun Batalyon Artileri Pertahanan Udara di Kupang

$
0
0
12 November 2016


Artileri pertahanan udara TNI AD (photo : Kaskus Militer)

Kupang, (ANTARA Sumsel) - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Heri Wiranto mengatakan pada 2017 Mabes TNI akan membangun Markas Batalyon Artileri Pertahanan Udara di wilayah Camplong, Kabupaten Kupang, NTT.

"Itu merupakan salah satu rencana strategis TNI untuk membangun satu batalyon di Kupang dalam rangka mengamankan wilayah perbatasan ini," katanya kepada wartawan di Kupang, Jumat.

Pembangunan artileri pertahanan udara tersebut, menurutnya, merupakan sebuah langkah dari pemerintah untuk mengamankan wilayah pertahanan udara sudah juga menjadi perhatian dari pemerintah pusat.

Pembangunan artileri pertahanan udara tersebut, menurutnya,  sangat diperlukan mengingat NTT berbatasan dengan wilayah udaranya Timor Leste serta Australia.

"Alutista yang akan ditaruh di Camplong juga adalah alutista yang sudah sangat moderen, yang tentunya yang mampu untuk menjatuhkan pesawat-pesawat musuh jika terbang di atas wilayah Indonesia," tambahnya.

Pembangunan artileri pertahanan udara di Camplong tersebut juga bukan berarti bahwa saat ini Indonesia, khususnya wilayah Indonesia Timur sedang dalam ancaman dari musuh, namun sebagai bagian dari kesiapan TNI dalam menjaga wilayah Indonesia.

"Kita harus siapkan payung sebelum hujan. Artinya pertahanan udara harus disiapkan terlebih dahulu, agar nanti kalau ada apa-apa kita kelabakan," ujar komandan berbintang satu itu.

TNI pada 2017 juga akan membangun markas kavaleri yang kekuatannya mencapai satu setingkat kompi di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste.

"Untuk komando kavaleri nantinya alutista yang disiapkan berupa tank-tank yang memang disiapkan untuk pertempuran darat," kata Heri Wiranto.

(Antara)

Latihan Bersama "Cope West 2016" Angkatan Udara Indonesia-AS Ditutup

$
0
0
12 November 2016

Latihan bersama Cope West 2016 antara TNI AU dan US Marine Corps melibatkan enam pesawat F/A-18D USMC dan enam pesawat F-16C/D TNI AU (all photos : USAF) 

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Latihan bersama Angkatan Udara Indonesia dan Amerika Serikat, dengan sandi Cope West, di Manado, Sulawesi Utara, ditutup.

Penutupan itu dilakukan Asisten Operasi Kasau Marsekal Muda TNI Barhim, dalam suatu upacara di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sam Ratulangi (Lanudsri) Manado, Jumat (12/11).

"Latihan bersama Cope West dinyatakan ditutup," kata Bachim didampingi Mayor Jenderal Michael Compton dari Air National Guard Asistent to Compacaf.



Pada upacara penutupan tersebut Marsekal Muda TNI Barhim didampingi Mayor Jenderal Michael Compton melakukan pemeriksaan pasukan serta pelepasan tanda peserta kepada salah seorang anggota dari Indonesia dan Amerika Serikat.

Marsekal Muda TNI Bachim mengatakan latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para penerbang serta crew pendukung dalam mengembangkan praktik dan teori dalam operasi udara. "Hal terpenting latihan ini merupakan ajang yang baik guna mempererat persahabatan dan memperkuat hubungan kedua angkatan bersenjata," katanya.



Ia mengatakan sikap profesionalisme dan komitmen yang tinggi dari seluruh peserta latihan dalam tugas yang diberikan telah menghasilkan dampak yang sangat baik pada keamanan selama latihan tanpa adanya insiden .

Di samping itu suasana yang akrab selama latihan ini, menimbulkan interaksi dan keterlibatan yang baik antar seluruh peserta telah memberikan hasil positif bagi kedua belah pibak.



Hari ini telah menyelesaikan semua program latihan yang telah direncanakan bersama. "Saya ucapkan selamat kepada seluruh peserta latihan atas kerja kerasnya telah melaksanakan latihan ini dengan baik," katanya.

Pada latihan bersama yang berlangsung dari 1-11 Novembsr 2016, melibatkan antara lain enam pesawat jet tempur F-18 milik Korps Marinir AS dan enam pesawat jet tempur F-16 TNI AU. Hadir dalam penutupan itu Sekretaris Daerah Provinsi Sulut Edwin Silangen, serta pejabat TNI, Polri dan sipil di provinsi itu.

(Republika)

PT KAS Serahkan 2 Kapal Patroli Baru Kepada TNI AL

$
0
0
12 November 2016


Kapal Patroli kelas PC-40 KRI Torani 860 dan KRI Lepu 861 (all photos : defence.pk)

Lihat Nih, Kapal Baru TNI AL Berkelas Dunia


BATAM - Galangan kapal di Batam, Kepulauan Riau kembali meluncurkan kapal tercanggih yang tak kalah dengan buatan asing.

Kali ini, perusahaan lokal, PT Karimun Anugerah Sejati (KAS) tersebut meluncurkan dua kapal sekaligus, Senin (31/10).

Kapal patroli cepat tersebut merupakan pesanan TNI AL.

Dua kapal dengan nama KRI Torani 860 dan KRI Lepu 861 secara resmi diluncurkan oleh Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut (Aslog Kasal) Laksamana Muda TNI Mulyadi bersama jajarannya. 

Mulyadi mengatakan, dua kapal patroli tersebut rencananya akan diserahterimakan secara resmi kepada TNI AL pada Desember mendatang.



Kabarnya kapal ini untuk memperkuat sistem pertahanan TNI AL di wilayah Armada Barat tepatnya di sepanjang Selat Melaka. 

"Sekarang baru peluncuran dan serah terimanya Desember nanti," kata Mulyadi, seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini.

Pembangunan dua kapal ini, kata Mulyadi, merupakan tindak lanjut pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan TNI AL.

Kata Muladi, dua kapal patroli cepat ini dilengkapi dengan persenjataan yang modern. 

Direktur PT KAS Jacky Sucipto berharap dke depannya TNI AL tetap mempercayai PT KAS untuk membangun kapal TNI AL yang lebih hebat lagi.

”Ke depannya jangan bosan-bosan untuk terus mempercayai kami," pinta Jacky

(JPNN)

RTN Held a Ceremony to Take Delivery of Five New Helicopter into the Naval Aviation

$
0
0
12 November 2016


Five Airbus Helicopters EC645T2 of the Royal Thai Navy (all photos : Royal Thai Navy) 

On November 10, 2016 at 13:20 am, Air Naval Commander,  presided over the ceremony of five new air transport helicopter (transport helicopter model EC645 T2) active in Navy Helicopter Squadron.




The Navy signed a contract with Airbus Helicopters Ltd of France to supply 5 EC645 T2 helicopters for use in air transport missions and naval support ship operations,  including search and rescue of victims at sea and on land. A device for moving patients and victims in the sea as well as moving patients from the ship to land.

The EC645 T2 helicopter is features two 1788-horsepower engine with a width of 7.86 meters, in length 13.63 meters, high, 3.1 meters,  empty weight 2.385 kg maximum payload of 3,700 kg, a top speed of 150 knots (270 km/hour), maximum altitude of 20,000 feet, max range 648 km. The helicopter installed with 7.62mm machine gun, helicopters can carry up to eight people.



The helicopter model EC645 T2 represents a light helicopter which has been upgraded in transmission (gear) and the rotor, tail-coated (fenestron) to increase the safety of landing and in flight and reduce noise and vibration. For the cockpit all in digital formats, Night Vision Goggle compatible with camera systems can operate at night, with computer-controlled positioning systems - a target with a laser pointer. display and infrared - electrolyte optics, and notification system for pilots it can operate in sea.

The five all weather helicopters are service in 202 Squadron Royal Flying Squadron, 2nd Division of Naval Aviation Fleet.

(Royal Thai Navy)

Indonesia Interested in Ukrainian Air-to-Air Missiles

$
0
0
12 November 2016

Artem air-to-air missiles (photo : green stone 13)

Indonesia Takes an Interest in Ukrainian Radar Systems, Air-to-Air Missiles and Antonov Aircraft

In the framework of international exhibition Indo Defence-2016 – held in Indonesian capital city Jakarta – the talks between UKROBORONPROM leadership and representatives of the Armed Forces of Indonesia were held.

During the meeting, Assistant Commander-in-Chief Bonar Hutagaol and Deputy Commander of the Air Force of Indonesia showed strong interest in new radar systems, manufactured by UOP enterprises-participants. Air-to -air missiles, produced by JSHC “Artem,” and military transport aircraft of “Antonov” production were also discussed among other UOP products during the talks.

At Indo Defence-2016 expo the State Concern represented 37 exhibits from 16 UOP enterprisers-participants. In addition to new partners search, UOP aims for active dialogue with representatives of other countries, experience and technology exchange, import substitution program speed up.

Indo Defence-2016 covers a whole range of armament and military equipment used by the Army, Air and Navy of Southeast Asia. The exhibition is supported by the Ministry of Defence of Indonesia and is recognized in the industry as a place for presentations, training, communication and business, where there are more than 20,000 professional visitors and more than 670 companies from 49 countries, demonstrating the latest military equipment and systems.

During military exercises “Rubizh-2016” radio-technical battalion of the radio-technical troops successfully tested 3-D surveillance radar “Pelican”. Specialists of UOP SE “Scientific and Production Complex Iskra” were engaged in development and production of the new military equipment.

(Ukroboronprom)

TNI AU Kepincut UAV IPCD M.A.L.E Untuk Mengawasi Perbatasan

$
0
0
14 November 2016


IPCD MALE pada Indodefence 2016. Pesawat ini pertama kali diperkenalkan pada TNI saat berlangsungnya Rapim TNI 2016 pada bulan Desember 2015 (photo : Angkasa)

Dalam perhelatan salah satu pameran industri pertahanan strategis terbesar di dunia, Indo Defence 2016 Expo & Forum yang diselenggarakan pada 2 hingga 5 November 2016 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, sebanyak 844 perusahaan dari 28 negara sahabat menampilkan produk unggulan mereka.

Dalam kesempatan pagelaran Indo Defence 2016 itu, TNI Angkatan Udara (AU) tengah melirik sebuah UAV anyar yang dibuat PT IPCD (Indo Pacific Communication & Defence). Pesawat tanpa awak yang berbahan 100% karbon komposit itu bernama  IPCD M.A.L.E (Medium Altitude Long Endurance). Penggunaan komposit pada desain struktur menjadikan UAV ini tidak mudah terdeteksi radar.


Basis dari IPCD M.AL.E. adalah LH-10 Guardian dari LH Aviation (photo : Stu Carr)

“Kita kerja sama dengan Perancis, cuma ini versi yang manned, sebenarnya yang kita pasarin itu versi drone (unmanned). Yang versi  unmanned kita pasarin ke Angkatan Udara akhir tahun ini, untuk pengawasan perbatasan,” terang seorang narasumber dari IPCD usai dibukanya Indo Defence 2016 Wilkie Hilman kepada Angkasa.


Lanjut ia mengatakan, bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Perancis ini sistemnya transfer teknologi, dan sudah dibuat di Indonesia kompositnya. “Kalau pemesanan lagi berjalan tapi saya belum bisa menyebutkan berapa yang akan dibeli oleh TNI AU, ini kebijakan perusahaan,” ungkapnya.


Versi unmanned dari LH-10 (photo : AIN)

IPCD M.A.L.E memiliki kemampuan jelajah yang tinggi dan rasio tenaga yang maksimal. UAV ini dilengkapi dengan peralatan elektronik dan payload system generasi terbaru yang menjadikan perpaduan sempurna antara teknologi tinggi dengan efesiensi operasional. Untuk payload UAV ini mampu mengangkut bobot hingga 250 kilogram.

UAV ini dapat diaplikasikan untuk misi pengawasan zona udara dan lingkungan; pemantauan aktivitas maritim; pengawasan perbatasan, perkotaan dan lalulintas; serta dapat pula melaksanakan misi pasukan khusus. Sebagai opsional, UAV hasil kerja sama IPCD dengan perusahaan asal Perancis, LH Aviation ini mengeluarkan versi yang dapat dipiloti (manned version) dengan kapasitas dua orang awak.



UAV ini sengaja dikonfigurasikan dengan sensor ISR (manned version) dan dapat pula dikonfigurasikan sebagai pesawat serang ringan jika dibutuhkan. Untuk perakitan, IPCD M.A.L.E  hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dirakit karena menerapkan sistem modular yang sederhana. Selain itu, UAV ini juga dapat dimobilisir melalui jalur darat, laut dan udara dengan menggunakan kontainer 20 feet yang dirancang khusus.

IPCD M.A.L.E memungkinkan untuk dioperasikan pada un-prepared runway hanya dengan tiga orang kru. Untuk take off, Wilkie mengatakan bahwa UAV ini mampu menanjak hanya dengan landasan sepanjang 750 meter. Sementara untuk landing, IPCD M.A.L.E mampu mendarati landasan hanya sepanjang 650 meter.

(Angkasa)

Dr Ng: Runway Exercise Demonstrates the RSAF's Air Power Generation Capabilities

$
0
0
14 November 2016


Exercise Torrent 2016 (mage : Sing Mindef)

Minister for Defence Dr Ng Eng Hen visited Exercise Torrent 2016 this morning, and witnessed the successful conduct of aircraft launch and recovery operations, where 12 Republic of Singapore Air Force (RSAF) fighter aircraft - four F-15SGs, four F-16C/Ds and four F-16D+s - used both Lim Chu Kang (LCK) Road and the Tengah Air Base runway for simultaneous take-offs and landings.

Exercise Torrent 2016 is the RSAF's alternate runway exercise, which saw LCK Road converted into a runway for RSAF operations. This year's exercise involved nearly 1000 RSAF servicemen, approximately half of whom are Operationally-Ready National Servicemen (NSmen). This is the seventh time the exercise has been conducted since 1986, and marks the inaugural participation of the F-15SG.

The exercise demonstrated the RSAF's ability to convert a public road into an operational runway in times of contingency, as well as its operational capability and readiness to operate from a public road to deliver air power. It also validated the effective coordination between the RSAF and other national agencies such as the Land Transport Authority of Singapore and the Singapore Police Force to convert LCK Road into a runway.

Speaking after the exercise, Dr Ng highlighted the importance of Exercise Torrent. He said, "Singapore is a small country, we must always protect our airspace and this capability to be able to launch today 12 fighter jets - F-16s, and F-15s for the first time off Lim Chu Kang Road - shows that we can convert a highway into an airstrip, and it gives us a lot of confidence that we will be able to protect our skies under all conditions."


F-15SG landing on road (photo : Alert5)

Also present to witness the exercise were Second Minister for Defence Mr Ong Ye Kung, Senior Minister of State for Defence Dr Mohamad Maliki Bin Osman, members of the Government Parliamentary Committee for Defence and Foreign Affairs (GPC-DFA), Members of Parliament, members of the Advisory Council on Community Relations in Defence (ACCORD), community leaders, as well as senior officials from the Ministry of Defence and the Singapore Armed Forces.

(Sing Mindef)

See Also :

Factsheet: RSAF Exercise Torrent 2016

The Republic of Singapore Air Force (RSAF) will be conducting Exercise Torrent, also known as the Alternate Runway Exercise, from 10 to 14 November 2016. This is the seventh Exercise Torrent. The first exercise was conducted on 17 Apr 1986 with the participation of the A-4 and F-5 fighter aircraft. The previous exercise was conducted in 2008.

The conversion of LCK Road, which measures 2,500m in length and 24m in width, into a runway will take about 48 hours and involves 110 RSAF servicemen. In the 48 hours, public road fixtures such as lamp posts, traffic lights, bus stops, road signs and guard rails are removed with assistance from agencies such as the Land Transport Authority of Singapore (LTA). In addition, the setting up of airfield equipment and fixtures such as the Mobile Arrestor Gear (MAG), Solar Portable Airfield Lights (SPAL), and Precision Approach Path Indicators (PAPIs) are also accomplished. The remaining RSAF servicemen are involved in other critical tasks to support the exercise, such as engineering and logistical support for the aircraft and airfield systems, as well as runway and air base security.


F-16D Blk 52 landing on a road (photo : Alert5)

Air Power Generation Command (APGC)

The Air Power Generation Command (APGC) is one of the six operational commands under the RSAF. It is responsible for maintaining and preparing RSAF aircraft for daily missions, and for ensuring that the RSAF air bases are operationally ready. The key squadrons participating in this exercise are:

a. The Control Squadron, 205 Squadron, controls air traffic operating in the vicinity of the air base. It also undertakes meteorological monitoring and provides relevant flight information to aircraft to ensure smooth aircraft launch and recovery operations. For this exercise, they will deploy the following equipment:

 i.    Mobile Air Traffic Control (MATC) Tower. The MATC Tower enables air traffic controllers to control the landings and take-offs of aircraft on the runway. It comprises an Air Traffic Control cabin, a hydraulic lifting system, generators and trailers. The control cabin can accommodate up to six people and can be raised to four metres above ground level - high enough for the controllers to have a good view of the runway. It is also equipped with meteorological, atmospheric pressure and temperature sensors. In Jan 2005, the RSAF had deployed the MATC Tower to the Banda Aceh Airport in Indonesia in the wake of the Indian Ocean earthquake and tsunami, where the airport’s air traffic control tower had been damaged by the earthquake.


The Mobile Air Traffic Control Tower. (photo : Alert5)

 b.    The Air Base Civil Engineering Squadron, 505 Squadron, converts the public road into a runway. They work closely with agencies such as LTA to remove public road fixtures such as lamp posts, traffic lights, bus stops, road signs, and guard rails. They also deploy and set up the following airfield equipment and fixtures along the road.

i.    Mobile Arrestor Gear (MAG). The RSAF uses the MAG system which is equipped with a hookwire for aircraft arrestment operations. The MAG is a mechanical system that rapidly decelerates an aircraft after it touches down. The system can be used for short or temporary runways or in the unlikely scenario where the aircraft has difficulty stopping on its own due to aircraft fault.

During operations, the aircraft tailhook will engage the hookwire that is laid across the runway (see Fig 4). The kinetic energy of the aircraft will be transferred to the brake pistons within the MAG, slowing the aircraft to a complete stop. Upon a successful arrestment, the aircraft will be disengaged from the hookwire, and the MAG will be reset for subsequent engagement, if required. The RSAF has also deployed the MAG at overseas airfields in support of RSAF training as required.

ii.    Solar Portable Airfield Lights (SPAL). The SPAL, is a self-sustaining solar-powered runway lighting system used to guide the pilots in poor visibility conditions. They are positioned about 60 metres apart along LCK Road. The SPAL system is convenient, easy to transport and can be deployed quickly to support temporary or long-term operations in airfields.


Mobile Arrestor Gear deployed next to the runway. (photo : Sing Mindef)

 iii.   Precision Approach Path Indicators (PAPIs). The Precision Approach Path Indicators (PAPIs) is an unmanned system that provides visual glide path guidance for an aircraft approaching its landing. The pilot relies on the PAPIs to provide guided visual information to seek and maintain the correct approach to the runway. In this exercise, the PAPIs are positioned at the northern and southern most end of the runway, at both sides of the road.

 iv.   Distance-to-Go Markers (DTGMs). The DTGMs are placed along the sides of the runway to inform pilots of the distance remaining, in thousands of feet, to the end of the runway.

 c.    The Force Protection Squadron, 605 Squadron, is responsible for the overall security of the air base. For this exercise, where a public road is converted into an operational runway, the squadron also provides security for the area of operations and the vicinity of LCK Road to ensure uninterrupted launch and recovery operations. The squadron also works closely with LTA and the Singapore Police Force for road closures and traffic diversions to facilitate the exercise.

(Sing Mindef)

Viper dan Super Hercules, Kuda Hitam untuk TNI AU

$
0
0
14 November 2016


Randall L. Howard (kiri) dan Richard Johnston (kanan) menjelaskan keunggulan-keunggulan F-16V dan C-130J Super Hercules. (photo : Angkasa)

Kompetisi jet tempur dan pesawat angkut militer untuk TNI Angkatan Udara, diprediksi akan makin ketat mengingat sejumlah negara memberikan tawaran menarik kepada Pemerintah Indonesia terkait performa pesawat, transfer teknologi, dan ofset yang menjadi syarat pembelian alutsista dari luar negeri.

Untuk pesawat tempur, selain pengganti F-5 peluang masih terbuka lebar dalam dekade ini mengingat dua skadron Hawk 100/200 yang ada di Pekanbaru dan Pontianak pada 2026 sudah harus punya pengganti karena pada masa itu Hawk 100/200 telah mengabdi 30 tahun di TNI AU. Itu artinya, dalam sepuluh tahun mulai dari sekarang TNI AU sudah harus mengkaji jet tempur mana yang paling cocok untuk menggantikan Hawk 100/200.

Wakil Asisten Perencanaan (Waasrena) KSAU, Marsma TNI Arif Mustofa, memberikan sedikit bocoran kepada Angkasa. Dikatakan, untuk pengganti Hawk 100/200 saat ini ada tiga pesawat yang sedang dikaji. Ketiganya adalah jet tempur mesin tunggal, yakni Saab Gripen, Lockheed Martin F-16 Viper, dan KAI FA-50 Golden Eagle. “Ketiga pesawat ini berpeluang, terutama Gripen dan Viper silakan bertarung,” ujar Arif di Jakarta, 1 November 2016.

Randall L. Howard, Pengembangan Bisnis F-16 Lockheed Martin, dalam ajang Indo Defence 2016 di Jakarta mengatakan, Pemerintah Indonesia tahun lalu telah menanyakan kemungkinan Indonesia membeli F-16V dan meminta penjelasan kepada Lockheed Martin mengenai performa dan harga F-16 Viper. Pemerintah AS pun telah memberikan respons pada awal 2016 dan menyatakan bahwa Indonesia bisa membeli F-16V berikut segala persenjataannya. “Ya, Pemerintah AS telah mengatakan bahwa Indonesia boleh membeli F-16V berikut segala persenjataannya,” papar Howard kepada beberapa jurnalis termasuk Angkasa.

Dijelaskan Howard, F-16V merupakan produk F-16 termutakhir dengan teknologi terkini dari seluruh keluarga F-16 yang telah diproduksi sebanyak 4.500 unit di mana 3.300 unit di antaranya saat ini masih dioperasikan di 24 negara (27 operator).


Model F-16 block 70 Viper untuk TNI AU dipamerkan oleh Lockheed Martin di Indo Defence 2016. (photo : Defense Studies)

“Viper dilengkapi beragam avionik canggih dan radar terbaru AESA. Lockheed Martin bukan pertama kali mengintegrasikan radar AESA, melainkan sudah punya pengalaman seperti pada F-22 Raptor, F-16 Block 60, dan F-35 Lightning II. Radar AESA yang digunakan Viper, punya komunalitas 85% dengan radar yang digunakan pada F-35,” ujar Randy panggilan Randall.

Radar AESA yang dimaksud, tidak lain adalah AN/APG-83 SABR (Scalable Agile Beam Radar) buatan Northrop Grumman yang mulai digunakan sejak 2008. Radar AESA ini merupakan turunan dari radar AESA AN/APG-77 (F-22), AN/APG-80 (F-16 Block 60), dan AN/APG-81 (F-35). SABR terpilih menjadi platform radar Viper karena kemampuannya yang terdepan dan biaya perawatannya yang paling efisien.

Efisiensi dan penghematan lainnya, akan didapat oleh operator Viper karena F-16V memiliki umur penggunaan yang panjang, yakni 12.000 jam terbang, meningkat dari umur rata-rata F-16 yang 8.000 jam terbang.

Randall menambahkan, keuntungan lain bila Indonesia mengoperasikan Viper adalah ketersediaan dukungan F-16 yang sangat luas di seluruh dunia. Dengan produksi yang sangat banyak, 3.300 unit saat ini beroperasi, tidak ada kekhawatiran Indonesia untuk tidak mendapatkan suku cadang F-16. Demikian jua dengan syarat ofset atau transfer teknologi, Lockheed Martin akan memberikannya kepada Indonesia.

“Perlu Anda ketahui, untuk ofset dan transfer teknologi, Lockheed Martin adalah yang terbesar melakukan hal itu dengan nilai mencapai 45 miliar dolar AS di seluruh dunia. Tidak ada perusahaan lain yang bisa menandingi,” tambah Howard.

Artinya, mengenai ofset, hal itu dipandang bukan sesuatu yang baru bagi Lockheed Martin. “Contohnya kami membuat F-16 di Korea, Turki, Belgia, dan negara lainnya. Dengan Indonesia pun sama. Hal yang bisa dilakukan misalnya produksi bersama komponen F-16,” tandasnya.

Randall berpromosi, dibandingkan pesawat tempur mesin tunggal sekelasnya, F-16V adalah yang terunggul. Pesawat ini terbang lebih cepat, membawa persenjataan lebih banyak, dan radius tempurnya paling jauh. Soal sebutan F-16 Viper dengan Block 70, hal itu dibenarkan oleh Howard. “Ya betul, F-16 Block 70 adalah Viper yang menggunakan mesin buatan General Electric, sementara Block 72 adalah yang menggunakan mesin Pratt & Whitney,” ujarnya.

C-130J Super Hercules


Model C-130J untuk TNI AU dipamerkan oleh Lockheed Martin di Indo Defence 2016. (photo : Angkasa)

Bersamaan dengan penawaran F-16 Viper, pihak Lockheed Martin juga memberikan penawaran untuk pesawat angkut militer C-130J Super Hercules yang di Indonesia masuk katagori angkut berat. Pesawat ini merupakan varian terbaru dari keluarga Putra Dewa yang telah menjadi legenda hidup hingga saat ini sejak diproduksi tahun 1954.

Richard Johnston, Wakil Presiden Internasional Pengembagnan Bisnis Mobilitas Udara dan Misi Maritim Lockheed Martin, menyatakan, hingga saat ini total C-130 Hercules yang telah diproduksi di dunia mencapai 2.500 unit. Pesawat ini digunakan di 60 negara dengan pencapaian total 30 juta jam terbang hingga saat ini.

Lockheed Martin menawarkan C-130J kepada Indonesia sebagai penambah kekuatan armada C-130 B/H/HS/L-100-30 yang sejak 1960 (varian B dan KC-130B) mengabdi di TNI AU serta terbukti kehandalannya. “C-130J punya kemampuan multiperan, baik sebagai pesawat angkut militer, pesawat maritime, tanker, medevac, pemadaman api, dan sebagainya,” ujar Johnston.

Dari sisi kapasitas, C-130J dengan mesin baru, propeler baru, dan bahan material baru, mampu mengangkut kargo hingga 20 ton dengan tingkat efisiensi 47% lebih murah dari pengoperasian C-130 sebelumnya. “Pesawat ini hanya butuh satu pilot, satu kopilot, dan satu load master. Prinsipnya hanya itu karena pesawat telah dilengkapi beragam avionik digital (termasuk HUD) yang menunjang kerja pilot. Pesawat ini tidak membutuhkan lagi navigator dan flight engineer,” papar Johnston.

Ditambahkan, keuntungan lain menggunakan C-130J bagi operator Hercules adalah karena adanya banyak kesinambungan. “Hanggar, fasilitas, dan alat kerja tidak perlu baru lagi. Demikian juga dengan operator dan teknisi, amat mudah menyesuaikan,” tekan Johsnton yang penerbang C-130 (termasuk C-130J) dengan akumulasi 4.000 jam terbang ini. “Pelatihan di pesawat hanya butuh tiga hari dan satu minggu di simulator. Itu sudah cukup,” jelasnya.

TNI AU saat ini memang baru tahap memulai pengkajian baik untuk pengganti pesawat Hawk 100/200 maupun kebutuhan untuk pesawat angkut berat melengkapi sejumlah armada C-130.

Yang jelas, baik F-16 maupun C-130 keduanya punya sejarah paling panjang penggunaannya di TNI AU. F-16 sendiri telah digunakan sejak 1989 yang artinya telah 27 tahun dioperasikan TNI AU.

Apakah dengan demikian, kedua pesawat akan menjadi kuda hitam dalam kompetisi dan akhirnya dipilih oleh TNI AU sebagai rekomendasi kepada Kementerian Pertahanan? Belum bisa dikatakan demikian secepat itu.

(Angkasa)

New Stealth Corvette of the Myanmar Navy

$
0
0
14 November 2016


UMS Tabinshwehti 773 (photo : AAG)

UMS Tabinshwehti 773 Stealth Corvette of the Myanmar Navy 

Kim Min Seok, senior researcher of South Korea from the Korea Defense and Security Forum (KODEF) said that the new ship of North Korea's West Fleet has linked some resemblance to the stealth ship of Myanmar Navy's UMS Tabinshwehti 773.

The ship was developed from the Anawratha class (so far reported 2 ships were built named UMS Anawratha 771 and UMS Bayinnaung 772). Further reports that the Myanmar Navy is currently building new stealth corvette Tabinshwehti class, this add another one.

While the stealth frigate of Myanmar has entered into service in the Navy,  there were 2 frigate Kyansittha class named is F12 UMS Kyansittha and F14 UMS Sinbyushin.

The installation of weapons and equipment of UMS Tabinshwehti 773 from a variety of sources, such as cannon Oto Melara 76/62, Myanmar get it from Italy. Cannon AK-630 and short range surface-to-air missile from Russia. Anti-surface ship missile C-802A and anti submarine warfare from China. This ship also equipped with a helipad, no helicopter hangar on the ship.

(AAG)

Second New Japan-Made Patrol Vessel Ready for Voyage Home

$
0
0
14 November 2016


BRP Malabrigo (MRRV-4402) (photo : PCG)

BRP Malabrigo (MRRV-4402) was inspected, November 12, by Philippine Coast Guard team led by Commodore Elson Hermigino, Fleet Commander, and Lieutenant Commander Geronimo Tuvilla, the incoming Commanding Officer of the ship, Coast Guard said November 13. The vessel is now ready to sail and will be arriving in the Philippines on December 8.

BRP Malabrigo is the second of ten ordered Parola-class patrol vessel. Parola-class patrol vessels are 44-meter Multi-Role Response Vessels (MRRV) being built by Japan Marine United under the Maritime Safety Capability Improvement Project for the Philippine Coast Guard Phase 1 (MSCIP).

MSCIP I was awarded to Japan Marine United last year. BRP Tubbataha, the first Parola-class patrol vessel was delivered in August 2016, deliveries are expected every quarter until completion of 10 units in 2018.

The said project was funded through Japan International Cooperation Agency (JICA) Official Development Assistance (ODA) Loan signed in 2013.

Meanwhile, MSCIP II was approved by President Rodrigo R. Duterte in September. MSCIP II funding will also be through Japan ODA loan. President Duterte and Japanese Prime Minister Shinzo Abe witnessed the signing and exchanging of notes for the said loan last October 26.

The project will provide the PCG with 2 heavy weather, high endurance 94-meter MRRVs.

(Update)

Lantamal IV Tanjungpinang Resmi Mendapat Tambahan Kapal Patroli Cepat KAL

$
0
0
14 November 2016

Kapal Angkatan Laut Tipe 28 M Propeller (photo : Tesco Indomaritim)

Kabar24.com, TANJUNGPINANG - Mulai hari ini, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang mendapat penambahan armada kapal patroli cepat.

Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut IV/Tanjungpinang Laksma TNI S Irawan meresmikan Kapal Angkatan Laut (KAL) Marapas II-4-65 yang dapat bergerak lincah di perairan dangkal.

"Kapal itu akan memperkuat Satuan Keamanan Laut Lantamal IV Tanjungpinang sehingga daya tempur semakin kuat," kata Irawan saat upacara militer di Dermaga Yos Sudarso Batu Hitam, Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, Jumat (11/11/2016).

KAL Marapas II-4-65 dikomandani Kapten Laut (P) Yose Rizal.

Kapal ini hasil karya anak bangsa, diproduksi di PT Tesco Indomaritim Bekasi pada 10 Agustus 2015, dan diluncurkan dari galangan pada 24 Juni 2016.

Berdasarkan keputusan Kasal Nomor Kep/752/IV/2016 tanggal 7 April 2016, kapal itu diserahkan ke Lantamal IV sebagai kapal patroli cepat berbahan alumunium.

"Nama KAL Marapas diambil dari nama satu pulau di wilayah kerja Lantamal IV yaitu Pulau Marapas yang berada di Kabupaten Bintan," ujarnya.

Kapal Marapas dirancang sebagai kapal patroli cepat yang dapat memasuki perairan dangkal dan dapat bergerak cepat, lincah, serta berkecepatan 28 knot.

"Kapal ini sangat sesuai dengan karakteristik wilayah perairan Kepri," ucapnya.

Irawan menjelaskan KAL Marapas II-4-65 akan meningkatkan pelaksanaan operasi, dan kinerja Lantamal IV dalam rangka mendukung kebijakan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Danlantamal menyatakan Komandan KAL Marapas dan anak buah kapal produk karya putra-putri terbaik bangsa ini berbangga hati karena terpilih untuk memelihara dan mengoperasikan sesuai fungsi asasinya.

"Kapal ini dibeli dari uang rakyat. Oleh karena itu saya perintahkan untuk dapat merawat kapal ini dengan sebaik-baiknya," katanya.

(Kabar24)

Thales Delivers First Hawkei Vehicles to Australian Army

$
0
0
15 November 2016


Final two Hawkei pilot vehicles handed over to Australian Army (photo : Thales Australia)

Minister Welcomes New Hawkei

A major milestone has been reached in the military’s next generation Hawkei protected vehicle project as Minister for Defence Industry, the Hon Christopher Pyne MP, today witnessed the handover to Defence of two new Hawkeis.

They are the last in an initial run of ten vehicles to roll off the Thales production line in Bendigo, the same facility that produces the life-saving Bushmaster.

Mr Pyne said the new Hawkei represented a triumph both of defence capability and also the country’s burgeoning defence industry.

“The Hawkei, built right here in Australia, is another triumph of the capability of our defence industry, which is able to compete with the world’s best,” Mr Pyne said.

“Hawkei production will involve about 170 jobs in the Bendigo region. It’s expected approximately 60 additional jobs will be created in Thales’ supply chain to support the production of the Hawkei vehicle.

“On top of that around 35 jobs, primarily in Queensland, will be created to sustain the vehicles.

“The vehicle represents an entirely new capability for the Army, providing a similar level of protection to a Bushmaster at about half the weight.

“The Hawkei is a smaller vehicle that carries up to four troops and can be lifted by a Chinook helicopter.

“It will provide significantly improved protection for soldiers against blast and ballistic threats, with a high level of mobility that will allow it to operate in high-risk areas,” he said.

The vehicles will perform reconnaissance, liaison, command and utility functions.

Defence signed a $1.3 billion contract with Thales Australia in October last year to produce 1100 Hawkei vehicles and more than 1000 companion trailers.

The pilot Hawkei vehicles pave the way for full-rate production in 2018.

All Hawkei vehicles and trailers will be delivered to the ADF by the end of 2021.

(Aus DoD)

AM General Unveils 105 mm Howitzer Mounted on 4x4 Vehicle

$
0
0
15 November 2016


More details have reached armadainternational.com regarding the new Mandus/AM General Hawkeye 105mm self-propelled howitzer unveiled at the October Association of the United States Army exhibition held in Washington DC (all photos : Arma International)

Hawkeye Specifics

The Hawkeye is a 2200-pound (1000-kilogram) self-propelled howitzer that: “thanks to its reduced weight, well below the maximum capacity of a Boeing CH-47 Chinook or a Lockheed C-130J Hercules heavylift helicopter and turboprop freighter, can be airlifted and deployed in the field quickly,” says Jeff Adams, head of global communications and marketing for AM General: “Currently the Hawkeye has not gone through air drop testing yet, but it is scheduled to do so in the next couple of months”, continues Mr. Adams.



The new system uses the MG 9000 digital fire control system which incorporates Northrop Grumman’s LN-270 Inertial Navigation System, Weibel Scientific’s MVR-700C Muzzle Velocity Radar System, Sekai Electronics’ DFS-02 Direct Fire Camera System, Sensor Systems’ S67- 1575-76 Global Positioning System antenna and Mandus’ DK 10 Gunner’s Display Unit.

While neither Mandus nor AM General can comment on potential customers, Mr. Adams told armadainternational.com that the companies are monitoring a number of markets, including the UK, to target sales.

(Armada International)

Burdensome Requirements Delay Philippine Aviation Procurements

$
0
0
15 November 2016


Long-range patrol aircraft and close-air support aircraft have both been delays (photo : Airbus DS)

Two Philippine Air Force (PAF) programmes to procure long-range patrol aircraft (LRPA) and close-air support (CAS) aircraft have both been hit by delays but are expected to progress soon, an official from the Department of National Defense (DND) has confirmed to IHS Jane's .

The DND public affairs official confirmed that factors causing delays include the recent change in the Philippines government, funding issues, and foreign bidders failing to meet the technical and financial requirements of the DND. The two latter factors are regarded as major causes of delays in the ongoing Armed Forces of the Philippines (AFP) modernisation programme.

(Jane's)

PTDI Serahkan Lagi 2 Helikopter Dauphin Pesanan Basarnas

$
0
0
15 November 2016

Helikopter medium class AS365N3 Dauphin buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) khusus Search and Rescue pesanan Badan SAR Nasional (Basarnas). (photo : Kompas)

Diserahkan, Dua Heli Buatan PTDI yang Dipesan Basarnas

BANDUNG, KOMPAS.com - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan dua helikopter medium class AS365N3+Dauphin khusus Search and Rescue pesanan dari Badan SAR Nasional (Basarnas).

Serah terima dilakukan di Hanggar Rotary Wing KP II PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Selasa (15/11/2016).

Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, helikopter AS365N3+Dauphin ini dilengkapi dengan fitur-fitur yang sangat memudahkan rescuer dan pilot dalam proses evakuasi SAR, baik untuk evakuasi korban bencana alam ataupun mencari korban kecelakaan pesawat terbang.

"Pesawat ini kami pakaikan hoist. Selain itu, kami juga pakai fitur autopilot empat exsist agar proses hoisting lebih stabil. Dengan dibantu autopilot empat exsist, untuk rescue lebih mudah. Jadi untuk rescue yang paling penting adalah stabilitas waktu covering," ujar Budi seusai serah terima, Selasa siang.

Budi menambahkan, secara konstruksi, helikopter AS365N3+Dauphin merupakan produk kerjasama PTDI dengan perusahaan Airbus Helicopters, Perancis.

Meski bukan produk asli PTDI, teknologi dan fitur-fitur SAR yang disematkan pada helikopter ini sah menjadi produk asli buatan PTDI.

"Belum banyak (unsur) lokalnya. Nanti kami targetkan (produk) berikutnya lebih banyak lokalnya. Properti right untuk sistemnya milik PTDI. Meskipun helikopter milik Airbus, kalau ada yang perlu tipe sama dengan peralatan sama Airbus harus bayar royalti ke PTDI untuk sistemnya, karena kita yang mengembangkan teknologi pesawat ini," ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala Basarnas FH Bambang Sulistyo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk kembali memesan kembali helikopter buatan PTDI sebagai bentuk dukungan terhadap industri lokal.

"Basarnas punya komitmen untuk mendorong kekuatan industri strategis agar bisa berkembang bersama-sama menjadi kebanggaan bangsa," tuturnya.

Bambang menambahkan, dua helikopter AS365N3+Dauphin yang sebelumnya telah diserahkan oleh PTDI kepada Basarnas pada tanggal 18 Februari 2014 silam sudah banyak membantu kinerja Basarnas.

"Harapan ke depan mudah-mudahan bisa menggunakan kembali hasil produk buatan PTDI. Kalau sesuai spesifikasi kita akan manfaatkan hasil produk dari PTDI," (Kompas)

Tampilan kokpit AS365 Dauphin Basarnas. (photo : Angkasa)

Basarnas Akan Beli 13 Heli Dauphin Lagi dari DI

Basarnas akan beli 13 unit helikopter AS365 Dauphin lewat PT Dirgantara Indonesia. Heli jenis ini dipilih untuk melengkapi tiga helikopter yang kini sudah dimiliki sehingga jumlahnya akan genap jadi satu skadron. Komitmen ini diambil sebagai upaya untuk ikut mendukung pengembangan industri strategis dalam negeri. Demikian ungkap Kepala Basarnas Marsdya TNI F.H. Bambang Soelistyo dalam jumpa pers usai Serah Terima Dua Helikopter AS365N3+ Dauphin, Selasa (15/11) di Hanggar DI, Bandung.

“Bagaimana pun dari hitungan kebutuhan operasional selama ini, minimal kami memang butuh satu skadron, yang mana jumlahnya adalah 16 unit. Hingga saat ini kami baru memiliki tiga unit, yakni dua AS365 dan satu AW 139. Heli-heli ini akan ditempatkan di wilayah operasi Indonesia Barat, Tengah-Barat, Tengah-Timur, dan Timur. Heli AW139 sendiri dipilih karena performanya dinilai tepat untuk misi SAR di Papua, dan heli ini memang akan ditempatkan di sana,” ungkap Bambang Soelistyo.


Hadir dalam acara Serah Terima Helikopter Dauphin hari Selasa ini, Dirut DI Budi Santoso serta jajaran pimpinan Basarnas dan DI. Pada kesempatan sama, Bambang Soelistyo menyatakan pula kehadiran pesawat terbang dan kapal dengan teknologi modern adalah suatu keharusan bagi Basarnas demi mempermudah dan mempermudah misi dan tugas SAR di dalam negeri. Di lain pihak, untuk keperluan yang sama, Basarnas juga tengah membangun Flight Monitoring System untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam operasi percarian dan pertolongan kecelakaan serta musibah.

Bagi DI, seperti diungkap Budi Santoso, menyiapkan Dauphin sendiri adalah hal baru. Selain mampu merakit pesawat jenis baru, enjinir pabrikan pesawat yang terletak di Bandung, Jawa Barat ini, ini selanjutnya beroleh kemampuan merancang sistem yang diperlukan untuk tugas-tugas SAR. Pengetahuan dan pengalaman serupa juga akan diperoleh lewat perancangan sistem internal untuk 11 heli AS565 Panther pesanan TNI AL yang sebentar lagi akan dikerjakan.

Panther dan Dauphin sendiri sosoknya serupa, namun Airbus Helicopters merancangnya untuk kebutuhan berbeda. Jika Panther untuk keperluan militer, Dauphin untuk sipil. “Selanjutnya property right dari sistem internal Dauphin dan Panther akan jadi milik PT DI. Dengan demikian jika Airbus Helicopters (Perancis) dapat pesanan lagi untuk helikopter dengan sistem yang sama, DI berhak atas royaltinya. Kami pikir, heli-heli dengan sistem serupa akan banyak dibutuhkan banyak negara, karena telah disesuaikan dengan trend kapal-kapal perang yang kian mengecil,” ujar Budi Santoso.

Bagi TNI AL, Panther selanjutnya memang akan kerap “disiagakan” di kapal-kapal perang terbarunya yang berasal dari klas Sigma yang bersosok kecil dibandingkan kapal-kapal perang dari era terdahulu. Selain mampu merakit/membuat Dauphin dan Panther, DI juga telah fasih merakit/membuat helikopter jenis BO105, Bell 412, AS 332 Super Puma, EC 725 Cougar, serta AS350 Ecureuil dan AS 550/5 Fennec. Kedua tipe heli terakhir, sementara ini sedang digarap DI untuk kebutuhan Dinas Penerbangan TNI AD. (Angkasa)

Denzipur Kodam II Dibangun di 2017

$
0
0
16 November 2016


Pembangunan Denzipur akan dimulai pada tahun 2017 (photo : Indomiliter)

Denzipur Dibangun di Taba Penanjung

KARANG TINGGI-Pemerintah Daerah Bengkulu Tengah (Benteng) tidak setengah hati menindaklanjuti rencana pembangunan Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) di Desa Karang Tengah, Kecamatan Taba Penanjung. Setelah mengajak utusan Mabes TNI ke lokasi lahan. Kemarin Senin (14/11), secara resmi menyurati Kantor Wilayah BPN Provinsi Bengkulu, untuk melanjutkan proses pengadaan.

Asisten I Pemda Benteng, Drs. Hendri Donald, mengatakan Pemerintah Daerah hanya menyiapkan anggaran senilai Rp 2,5 miliar. Surat untuk kanwil BPN merupakan pelimpahan pengadaan kepada pihak teknis, untuk melaksanakan proses pembebasan lahan sesuai dengan aturan. “Melalui kanwil BPN, kami mengirim surat pelimpahan pengadaan, seterusnya urusan BPN,” jelasnya.

Menurut Hendri, hasil pengecekan lokasi dari Mabes TNI, gambarannya ada kecocokan, lahan yang disiapkan 49 hektare dengan hamparan yang datar 40 hektare memenuhi untuk pembangunan Denzipur. “Lahan ini juga sudah dicek

Pangdam II Sriwijaya, Mayor Jenderal TNI Sudirman, SH, MH. Cocok, jadi akan dialihkan kepada pihak BPN, target 2017 dibangun,” terang Hendri.

Mengingat proses pembebasan diambilalih pihak BPN, urusan dengan warga dan termasuk nego dikembalikan kepada BPN. Sementara Pemda Benteng akan menjadi fasilitator apabila ada pertemuan atau sejenisnya. “Insyallah tidak ada masalah. Masyarakat pada dasarnya sudah setuju dengan rencana pendirian ini. Mudah-mudahan prosesnya lancar dan aman,” tutur Hendri.

Sementara kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Tengah yg diterima oleh Kepala Kantor Pertanahan Kab. Bengkulu Tengah Hesekiel Sijabat, S.T, melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Euis Yeni Syarifah, SH, menyatakan surat pelimpahan belum diterima. “Target kami 2 minggu selesai, asalkan surat pelimpahan pengadaan dari Kanwil sudah kami terima,” tutupnya.

(Rakyat Bengkulu)

Viewing all 14804 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>