07 April 2018
Eurofighter Typhoon (photo : AIN)
ANGKASAREVIEW.COM – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, masih banyak pesawat baru yang akan dibeli pemerintah guna melengkapi kebutuhan TNI AU.
Menurut perwira tinggi bintang empat ini, ada tiga konsep dalam peremajaan atau pembaruan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di TNI AU.
Pertama, untuk alutsista yang sudah “tidak ekonomis” lagi maka TNI AU akan melakukan phase out atau grounded. “Akan kita pensiunkan, kita berhentikan,” ujar KSAU menjawab pertanyaan wartawan di Lanud Halim perdanakusuma, Sabtu (7/4/2018).
Kedua, adalah alutsista yang sudah dimiliki dan masih bisa ditingkatkan lagi kemampuannya (proses upgrade). “Yang masih bisa kita tingkatkan kemampuannya, ya kita akan upgrade,” ujarnya.
Yang ketiga, adalah dengan cara pengadaan baru. Pengadaan baru dilaksanakan sesuai pertimbangan dan kajian yang matang serta untuk memenuhi kebutuhan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan tentunya, alutsista yang diganti dinilai sudah tidak ekonomis lagi.
“Untuk saat ini TNI AU lebih banyak pada pengadaan yang baru,” ujar KSAU.
Ia mencontohkan, pesawat F-5E/F Tiger II karena sudah tidak ekonomis lagi maka kemudian di-grounded oleh TNI AU.
“Kita berhentikan dan kita adakan penggantian dengan pesawat tempur yang lebih canggih. Yaitu yang sesuai dengan tuntutan generasi empat setengah,” imbuhnya.
Pesawat-pesawat baru lainnya yang akan melengkapi TNI AU, jabar Yuyu, adalah lima unit pesawat angkut berat yang kemungkinannya adalah C-130J Super Hercules.
F-16V Viper (photo : cool jet)
“Untuk helikopter, kita juga menambah enam unit. Sedang proses. Kemudian CASA 212 sembilan pesawat, lalu pesawat tanpa awak, pesawat amfibi (amphibious aircraft), persenjataan rudal, dan sebagainya. Ini sedang proses semua,” ungkapnya.
Misi saya, tandas Yuyu, adalah mempercepat pengadaan ini. “Khususnya yang anggarannya sudah ada, sehingga bisa cepat memperkuat kekuatan negara (TNI AU).”
Diterangkan lebih lanjut, TNI AU dalam membangun kekuatannya dihadapkan pada kemungkinan ancaman yang berkembang. Pembangunan kekuatan ditempuh dengan perencanaan yang sudah dibuat mulai dari postur, renstra, dan kekuatan pokok minimal (MEF).
“Pembangunan kekuatan kita mengarah ke situ, baik alutsista maupun sumber daya manusianya,” kata KSAU.
Yuyu mengakui, terkait dengan alutsista yang dimiliki, bila dihadapkan pada luas geografi wilayah Indonesia maka jumlahnya masih sangat terbatas.
Saat kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin pada 29 Maret lalu, KSAU ke-22 ini juga mengatakan, pesawat Hawk 100/200 yang dimiliki TNI AU harus sudah memiliki calon pengganti karena pesawat tersebut akan berusia 30 tahun pada 2025.
Proses penggantian akan dilaksanakan pada Renstra IV periode 2020-2024. Yuyu mengatakan, pesawat pengganti harus dari generasi 4,5 atau di atasnya.
Terkait calon pengganti Hawk 100/200, sumber-sumber Angkasa Review di tempat lain menyebut, beberapa pihak pabrikan mulai menawarkan kembali produknya. Antara lain Lockheed Martin dengan F-16V dan Eurofighter dengan Typhoon.
(Angkasa Review)
Eurofighter Typhoon (photo : AIN)
ANGKASAREVIEW.COM – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna mengatakan, masih banyak pesawat baru yang akan dibeli pemerintah guna melengkapi kebutuhan TNI AU.
Menurut perwira tinggi bintang empat ini, ada tiga konsep dalam peremajaan atau pembaruan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di TNI AU.
Pertama, untuk alutsista yang sudah “tidak ekonomis” lagi maka TNI AU akan melakukan phase out atau grounded. “Akan kita pensiunkan, kita berhentikan,” ujar KSAU menjawab pertanyaan wartawan di Lanud Halim perdanakusuma, Sabtu (7/4/2018).
Kedua, adalah alutsista yang sudah dimiliki dan masih bisa ditingkatkan lagi kemampuannya (proses upgrade). “Yang masih bisa kita tingkatkan kemampuannya, ya kita akan upgrade,” ujarnya.
Yang ketiga, adalah dengan cara pengadaan baru. Pengadaan baru dilaksanakan sesuai pertimbangan dan kajian yang matang serta untuk memenuhi kebutuhan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan tentunya, alutsista yang diganti dinilai sudah tidak ekonomis lagi.
“Untuk saat ini TNI AU lebih banyak pada pengadaan yang baru,” ujar KSAU.
Ia mencontohkan, pesawat F-5E/F Tiger II karena sudah tidak ekonomis lagi maka kemudian di-grounded oleh TNI AU.
“Kita berhentikan dan kita adakan penggantian dengan pesawat tempur yang lebih canggih. Yaitu yang sesuai dengan tuntutan generasi empat setengah,” imbuhnya.
Pesawat-pesawat baru lainnya yang akan melengkapi TNI AU, jabar Yuyu, adalah lima unit pesawat angkut berat yang kemungkinannya adalah C-130J Super Hercules.
F-16V Viper (photo : cool jet)
“Untuk helikopter, kita juga menambah enam unit. Sedang proses. Kemudian CASA 212 sembilan pesawat, lalu pesawat tanpa awak, pesawat amfibi (amphibious aircraft), persenjataan rudal, dan sebagainya. Ini sedang proses semua,” ungkapnya.
Misi saya, tandas Yuyu, adalah mempercepat pengadaan ini. “Khususnya yang anggarannya sudah ada, sehingga bisa cepat memperkuat kekuatan negara (TNI AU).”
Diterangkan lebih lanjut, TNI AU dalam membangun kekuatannya dihadapkan pada kemungkinan ancaman yang berkembang. Pembangunan kekuatan ditempuh dengan perencanaan yang sudah dibuat mulai dari postur, renstra, dan kekuatan pokok minimal (MEF).
“Pembangunan kekuatan kita mengarah ke situ, baik alutsista maupun sumber daya manusianya,” kata KSAU.
Yuyu mengakui, terkait dengan alutsista yang dimiliki, bila dihadapkan pada luas geografi wilayah Indonesia maka jumlahnya masih sangat terbatas.
Saat kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin pada 29 Maret lalu, KSAU ke-22 ini juga mengatakan, pesawat Hawk 100/200 yang dimiliki TNI AU harus sudah memiliki calon pengganti karena pesawat tersebut akan berusia 30 tahun pada 2025.
Proses penggantian akan dilaksanakan pada Renstra IV periode 2020-2024. Yuyu mengatakan, pesawat pengganti harus dari generasi 4,5 atau di atasnya.
Terkait calon pengganti Hawk 100/200, sumber-sumber Angkasa Review di tempat lain menyebut, beberapa pihak pabrikan mulai menawarkan kembali produknya. Antara lain Lockheed Martin dengan F-16V dan Eurofighter dengan Typhoon.
(Angkasa Review)