12 April 2014
Pesawat latih lanjut dan serang ringan T-50i (photo : SH Yang)
SOLO – Komandan Lanud Iswahyudi Marsekal Pertama Yuyu Sutisna mengakui, pesawat latih lanjut dan serang ringan T-50i Golden Eagle yang baru dibeli dari Korea Selatan, belum lengkap. Beberapa persenjataan dan perangkat radar belum terpasang. Bahkan jumlah penerbang pun belum mencukupi kebutuhan operasi.
“Itu wajar untuk tahap awal pengadaan pesawat baru. Ada rencana strategis dari Mabes TNI untuk terus melengkapi secara bertahap, dalam waktu kurang dari lima tahun semua kekurangan itu akan digenapi. Seperti halnya pesawat Sukhoi buatan Rusia, juga seperti itu dulunya,” tutur Yuyu Sutisna di Lanud Adi Soemarmo, Solo, Jumat (11/4/2014).
Dari sisi kebutuhan penerbang saja, TNI AU baru memiliki enam pilot yang memegang lisensi terbang dengan T-50i, hasil pendidikan di Korea Selatan. Saat ini TNI AU terus mengembangkan jumlah itu dengan melatih sejumlah penerbang untuk berkonversi dari pesawat tempur jenis lain.
“Kebutuhan minimal, satu setengah kali jumlah unit pesawat. Kita punya 16 unit, jadi butuh 24 penerbang. Bahkan seharusnya lebih dari itu, karena pasti dalam skuadron itu ada saja penerbang yang sekolah, dan sebagainya,” ujar Yuyu (SoloBlitz)
T-50i Hebat dan Irit, Sayang Masih “Rabun Jauh”
SOLO – Seperti apa gambaran kemampuan pesawat tempur T-50i Golden Eagle yang baru dibeli Indonesia dari Korea Selatan? Letkol Penerbang Wastun, Komandan Skuadron 15 yang mengoperasikan pesawat tersebut mengakui, T-50i sangat andal dan efisien, tapi saat ini masih belum bisa dioperasikan optimal karena sejumlah kelengkapannya belum terpasang.
“Ini kan buatan Korea. Mereka sangat maju dalam mengembangkan perangkat pintar. Persenjataan, avionik, tergolong bagus. Tapi memang, masih ada beberapa senjata dan perangkat yang belum terpasang. Seperti radar untuk menjejak pesawat lawan belum terpasang, gantinya kita pasang ballast (pemberat) untuk penyeimbang,” tutur Wastun beberapa waktu lalu di Lanud Adi Soemarmo, Solo.
Radar yang belum terpasang itu membuat T-50i “rabun jauh” tidak bisa optimal digunakan untuk mengejar dan menyergap pesawat lawan. “Bisa sih dipaksakan, dengan memanfaatkan kendali dari darat. Tetapi itu pasti tidak sebagus kalau bawa radar sendiri,” imbuhnya.
T-50i sebagai pesawat serang ringan (selain latih lanjut) mampu terbang dengan kecepatan 1,4 mach (kecepatan suara) dan dilengkapi dengan senjata kanon 20 mm yang memuat 205 peluru, peluncur roket, peluru kendali udara ke udara AIM-9 Sidewinder (sepasang), peluru kendali udara ke darat AGM-65 Maverick (6 unit) serta lima unit bom permukaan (cluster) CBU-58, Sembilan unit bom MK 82, tiga unit bom MK-83/84 serta Sembilan bom MK-20.
(Solo Blitz)
Pesawat latih lanjut dan serang ringan T-50i (photo : SH Yang)
SOLO – Komandan Lanud Iswahyudi Marsekal Pertama Yuyu Sutisna mengakui, pesawat latih lanjut dan serang ringan T-50i Golden Eagle yang baru dibeli dari Korea Selatan, belum lengkap. Beberapa persenjataan dan perangkat radar belum terpasang. Bahkan jumlah penerbang pun belum mencukupi kebutuhan operasi.
“Itu wajar untuk tahap awal pengadaan pesawat baru. Ada rencana strategis dari Mabes TNI untuk terus melengkapi secara bertahap, dalam waktu kurang dari lima tahun semua kekurangan itu akan digenapi. Seperti halnya pesawat Sukhoi buatan Rusia, juga seperti itu dulunya,” tutur Yuyu Sutisna di Lanud Adi Soemarmo, Solo, Jumat (11/4/2014).
Dari sisi kebutuhan penerbang saja, TNI AU baru memiliki enam pilot yang memegang lisensi terbang dengan T-50i, hasil pendidikan di Korea Selatan. Saat ini TNI AU terus mengembangkan jumlah itu dengan melatih sejumlah penerbang untuk berkonversi dari pesawat tempur jenis lain.
“Kebutuhan minimal, satu setengah kali jumlah unit pesawat. Kita punya 16 unit, jadi butuh 24 penerbang. Bahkan seharusnya lebih dari itu, karena pasti dalam skuadron itu ada saja penerbang yang sekolah, dan sebagainya,” ujar Yuyu (SoloBlitz)
T-50i Hebat dan Irit, Sayang Masih “Rabun Jauh”
SOLO – Seperti apa gambaran kemampuan pesawat tempur T-50i Golden Eagle yang baru dibeli Indonesia dari Korea Selatan? Letkol Penerbang Wastun, Komandan Skuadron 15 yang mengoperasikan pesawat tersebut mengakui, T-50i sangat andal dan efisien, tapi saat ini masih belum bisa dioperasikan optimal karena sejumlah kelengkapannya belum terpasang.
“Ini kan buatan Korea. Mereka sangat maju dalam mengembangkan perangkat pintar. Persenjataan, avionik, tergolong bagus. Tapi memang, masih ada beberapa senjata dan perangkat yang belum terpasang. Seperti radar untuk menjejak pesawat lawan belum terpasang, gantinya kita pasang ballast (pemberat) untuk penyeimbang,” tutur Wastun beberapa waktu lalu di Lanud Adi Soemarmo, Solo.
Radar yang belum terpasang itu membuat T-50i “rabun jauh” tidak bisa optimal digunakan untuk mengejar dan menyergap pesawat lawan. “Bisa sih dipaksakan, dengan memanfaatkan kendali dari darat. Tetapi itu pasti tidak sebagus kalau bawa radar sendiri,” imbuhnya.
T-50i sebagai pesawat serang ringan (selain latih lanjut) mampu terbang dengan kecepatan 1,4 mach (kecepatan suara) dan dilengkapi dengan senjata kanon 20 mm yang memuat 205 peluru, peluncur roket, peluru kendali udara ke udara AIM-9 Sidewinder (sepasang), peluru kendali udara ke darat AGM-65 Maverick (6 unit) serta lima unit bom permukaan (cluster) CBU-58, Sembilan unit bom MK 82, tiga unit bom MK-83/84 serta Sembilan bom MK-20.
(Solo Blitz)