27 Januari 2014
Tank amfibi BMP-3F akan menggantikan tank Marinir jenis PT-76 (photo : Armada Timur)
Sebanyak 37 unit kendaraan tempur amfibi Tank BMP-3F buatan Rusia kembali memperkuat Alutsista TNI AL. Puluhan kendaraan lapis baja itu masuk jajaran Resimen Kavaleri Marinir, setelah diserahkan secara remi oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro kepada jajaran Korps Marinir di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Minggu (27/01). Hadir dalam acara serah terima Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum, Dankorrmar Mayjend TNI (Mar) Faridz Washington, Duta Besar RI untuk Rusia Djauhari, Duta Besar Rusia untuk RI Mikhail Galuzin serta rombongan dari Komisi-1 DPR RI, pejabat teras Mabes TNI dan Kemhan.
Dalam acara serah terima dilaksanakan penandatanganan naskah penyerahan 37 unit BMP-3F dari pihak Rusia ke Dephan kemudian ke Mabes TNI dan terakhir ke pihak TNI AL. Dalam konferensi pers dengan media, Menhan didampingi Panglima TNI, Kasal, Dankormar serta anggota Komisi-1 DPR RI Mahfudz Sidiq.
Pada kesempatan itu Menhan mengatakan, selain kerjasama pembelian BMP-3F juga dilakukan transfer teknologi antara RI dan Rusia. Dalam hal ini untuk sistem dan senjata BMP-3F akan diproduksi di PT. Pindad. Menhan juga mengatakan Indonesia saat ini sedang menjajaki kerja sama untuk pembelian kapal selam Kelas Kilo. Jajaran Kemhan mengajukan spesifikasi untuk Alutsista tersebut diantaranya yaitu minimal Kapal selam tersebut mampu menembakkan misil pada saat menyelam. Selain itu spesifikasi lain yang menjadi perioritas yakni jangkauan misil dari kapal selam tersebut minimal 200 sampai 300 kilo meter.
Mengutip dari konferensi pers tersebut Panglima TNI mengatakan akan meng-upgrade Panser Amfibi AMX-10 yang ada di jajaran Korps Marinir. Selain itu secara bertahap AMX-10 akan diganti dengan Alutsista yang baru. Selanjutnya Kasal juga menambahkan bahwa Panser Amfibi BTR-50 akan diremajakan dengan Alutsista baru pada Rencana Setrategis dua periode tahun 2015 sampai dengan 2019. Saat ini menurut Kasal, ada sebanyak 70 unit Tank BTR-50 masih memperkuat jajaran Korps Marinir. Pada tahap awal sebagai pengganti BTR-50 akan didatangkan sebanyak 55 unit Tank BTR-4. Dengan demikian Korps Marinir akan memilki satu Batalyon Ranpur BTR-4. “Pada Renstra dua dan tiga akan ditambah lagi satu Batalyon BTR-4”, kata Kasal.
Dalam klausal kesepakatan kontrak di antaranya tertulis bahwa selama proses pembuatan Tank Amfibi BMP–3F dapat diawasi oleh empat personil Tim Techrep (tim pengawasan produksi) dari Korps Marinir. Selain itu Korps Marinir juga mengirimkan enam prajuritnya dari Resimen Kavaleri untuk dapat mengikuti pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan tank terebut.
BTR-4 akan menggantikan kendaraan amfibi pengangkut personil jenis BTR-50P (M) yang berjumlah 70 unit (photo : Morozov)
Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan selama lima bulan di Pusat Pelatihan Pabrik Kendaraan Tempur Kurganmashzavod, Kurgan, Rusia. Para prajurit Korps Marinir tiba pada pertengahan bulan Juni 2013 lalu dan selesai melaksanakan pelatihan pada bulan November 2013. Semua materi pelajaran diajarkan oleh para instruktur yang memiliki pengalaman yang cukup tinggi dalam hal perkembangan dan teknologi kendaran tempur Rusia. Materi pelajaran yang diterimakan dalam bentuk teori di kelas, praktek lapangan di pabrik, serta praktek uji coba senjata, mengemudi di darat, laut, serta praktek melaksanakan evakuasi tank di Ground Test Facility yang berjarak sekitar 30 km di luar kota Kurgan, Rusia.
Materi pelajaran yang diterima, antara lain, pengetahuan tentang pengoperasian tata tembak senjata dan pemeliharaan persenjataan canggih yang ada di tank. Pengetahuan tentang pengoperasian dan pemeliharaan sistem komunikasi. pengetahuan tentang pemeliharaan dan perbaikan sistem kelistrikan. pengetahuan tentang pemeliharaan dan perawatan mesin, serta sistem penggerak dan suspensi hidrolis tank. pengetahuan tentang pengawakan dan mengoperasikan kendaraan tempur BREM-L sebagai kendaraan recovery dan kendaraan pendukung (supporting vehicle) untuk Tank Amfibi BMP-3F, yang memiliki peralatan mulai dari crane kapasitas 11 Ton, peralatan las aluminium, potong plat, dan peralatan perbengkelan lainnya guna mendukung perbaikan dan pemeliharaan Tank Amfibi BMP-3F, sampai dengan bongkar pasang mesin, transmisi, dan senjata utama (100 mm beserta turret-nya).
BMP, dalam bahasa Rusia Boyevaya Mashina Pyekhota, Sebelumnya TNI AL sudah memperoleh Tank BMP-3F pada tahun 2010 sebanyak 17 unit, jadi total semuanya sebanyak 54 unit. BMP-3F akan menjadi kekuatan utama marinir sebagai bagian dari komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL. Kontrak pembeliannya 37 unit BMP-3F resmi ditandatangi oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo bersama Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport (Rusia), Jumat, 11Mei 2012, di Kantor Kementrian pertahanan (Kemhan) RI. Selain kontrak pembelian dilakukan juga penandatanganan kerjasama Transfers of Technology (ToT) yang memungkinkan kedepanya indonesia bisa memproduksi sendiri Tank BMP 3F.
Rencananya TNI AL, akan melengkapi BMP-3F menjadi satu batalion. Menhan merencanakan kebutuhan ranpur untuk AL sebanyak 95 unit terdiri dari 81 unit BMP-3F, 10 unit BMP-3FK (versi komando), dan 4 unit BREM-L (versi bengkel). Dengan kehadiran ranpur tersebut Indonesia memasuki masa baru kendaraan tempur invantri amfibi. Indonesia menandatangani kontrak dengan Rusia untuk pengadaan 37 unit kendaraan tempur amfibi untuk Marinir TNI AL senilai lebih dari $ 100 juta. Pengadaan 37 unit tank amfibi BMP-3F dari Rusia ini merupakan program pengadaan 2012.
Tank Amfibi BMP-3F
BMP-3 dirancang berkemampuan amfibi penuh, melaju di permukaan air memakai sistem hidrojet, bukan sistem penggerak rantai roda seperti pada BMP-1 dan BMP-2. Kecepatan berenang maksimal 10 km/jam, daya tahan berenang selama 7 jam. BMP-3F, varian BMP-3 yang dirancang untuk pendaratan amfibi Marinir AL terdapat tambahan snorkel di atas badan belakang dan alat pemecah ombak di depan badan kendaraan. Mampu berenang pada level sea state 3, akurasi tembakan sambil berenang masih akurat pada sea state level 2. Sea state adalah indikator kondisi gelombang laut menurut Badan Meteorologi Dunia, level 2 berarti tinggi gelombang berkisar hingga setengah meter, level 3 berarti tinggi gelombang berkisar hingga 1,25 meter. BMP-3F mempunyai kecepatan di medan berlumpur 45 km, 70 km di jalan raya, 10 km di air dan mampu berjalan mundur dengan kecepatan 20 km.
Kemampuan kendaraan tempur (ranpur) ini selain bisa beroperasi di darat, dia juga bisa memusnahkan musuh dari air. Oleh sebab itu, ranpur ini disebut sebagai tank amphibi yang tangguh. Ranpur BMP-3F mampu melaju dengan kecepatan 70 Km/jam di darat ini juga dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara (NBC) yang berguna untuk menanggulangi peperangan Nuklir, Biologi dan Kimia (Nubika). BMP 3F merupakan salah satu ranpur infanteri bersenjata berat yang disegani di seluruh dunia. Dilengkapi dengan alat komunikasi R 173 dengan jarak jangkau maksimum 12 km. Sementara Jika keluar malam, tank ini memiliki sinar inframerah dan teropong bidik sasaran. Sementara untuk sistem operasional persenjataan tank yang mampu menampung 10 orang personel yang terdiri dari 7 orang pasukan dan 3 orang awak ini menggunakan sistem manual dan elektrik.
Untuk pengerahan cepat, unit BMP-3 mudah diangkut dengan pesawat angkut taktis C-130 Hercules atau Antonov An-12. Pesawat kargo jumbo An-124 Ruslan mampu memuat 4 unit. Bahkan helikopter angkut berat Mi-26 bisa mendrop BMP-3 menggunakan platform parasut khusus. Fleksibilitas, ketangguhan di segala medan, kekuatan pemukulnya BMP-3 menjadikan senjata utama sebagai kendaraan tempur infantri andalan dalam angkatan bersenjata di berbagai negara termasuk Indonesia. Tercatat ada 10 negara yang menggunakan BMP-3 yaitu Rusia, UEA, Venezuela, Kuwait, Korsel, Sri Lanka, Cyprus, Indonesia, Ukraina, Azerbaijan, dan Yunani. Bahkan yang mengejutkan, Korea Selatan yang dikenal pengasup setia teknologi militer dari Amerika Serikat, nyatanya juga memiliki 70 unit BMP-3F.
BMP–3F yang diproduksi oleh Rusia adalah kendaraan tempur lapis baja yang bisa dikatakan sempurna dari segi teknologi dan kebutuhan pertempuran masa kini (Pertempuran Asimetris). Awalnya angkatan bersenjata Rusia mulai menggunakan Ranpur jenis BMP sejak tahun 1980 dengan type BMP–2 (sekelas BVP-2 Slovakia, seperti yang dimiliki Marinir TNI AL), pada akhir dasa warsa 1980-an. Hasil uji coba dalam iklim yang berbeda, baik di darat maupun di laut menegaskan efisiensi dan efektifitas yang tinggi pada BMP–3 F.
BMP–3F memiliki beberapa fitur khusus antara lain Kontruksi (chasis) BMP–3F memungkinkan untuk dimodernisasi, mudah perawatannya dan minim pemeliharaan. Dengan adanya beberapa penyempurnaan BMP–3F menjadi ranpur segala medan yang cukup berat, namun hal ini bisa diimbangi dengan manuver dan pertahanan diri yang lebih baik. BMP–3F mengaplikasi persenjataan baru (SKS Arteleri – Roket – Meriam) dengan sistem kontrol penembakan secara otomatis.
BMP-3F mampu menembak tepat dari segala jenis senjata saat bergerak karena BMP-3F sudah menggunkan skema balok pengontrol penembakan otomatis yang baru (pola stabilizer sistem baru). Kunstruksi persenjataan BMP–3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet) yakni Meriam, peluncur roket berkaliber 100mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan Mitraliur berkaliber 7,62 mm. Penggabungan ini memungkinkan awak ranpur dapat memilih dengan cepat keperluan penggunaan senjata dalam situasi tempur tergantung dari sasaran yang diinginkan baik darat, laut maupun udara.
Sistim pengontrol penembakan otomatis yang terdiri dari stabilisator senjata alat pembidik, kombinasi dengan stabilisasi pembidikan dalam 2 bidang : Azimut dan Elevasi (tinggi di atas permukaan laut) alat pengukur jarak/ lasser, alat pembidik komandan kendaraan, alat perhitungan lintasan tembakan, alat pengumpul data. Sistem pengontrol penembakan otomatis itu memberi kesempatan kepada satuan infantry melaksanakan tugas taktis yang mereka hadapi (KSIT), penggunaan senjata secara efisien dan memperlihatkan keunggulannya dibandingkan dengan system pengontrol penembakan yang tidak otomatis. Alat sistem pengontrol penembakan otomatis BMP–3F mampu mempertimbangkan berbagai data (diturunkannya atau dinaikannya alat pengontrol BMP-3F) untuk bidikan tepat, oleh karena itu penembakan dari segala jenis senjata akan selalu tepat.
Hasil penembakan yang tepat sama ketika BMP–3 digunakan di pegunungan atau menembaki sasaran udara seperti helikopter yang terbang hover/terbang diam. Untuk menembak dengan roket kendali atau peluru berkaliber 100 mm dan peluru berkaliber 30 mm hanya perlu ditekan satu kenop, fungsi pembidik tidak berubah sambil menembak dari segala jenis senjata, amunisi bagi meriam mesin berkaliber 30 mm dan mitaliur (kal 76,2mm) dimasukkan ke dalam "pitaban" peluru yang tidak putus-putusnya dan dapat digunakan lagi tanpa diisi kembali, peluru fragmentation/ asap dan brisan/pecah berkaliber 100 mm terletak di dalam otomat pengisian yang memungkinkan menembak 10 peluru/menit.
Jika dibandingkan dengan kendaraan berlapis baja, baik buatan Rusia maupun buatan negara Barat, maka bisa dilihat kekhususan prinsipil yang utama BMP–3 F, yaitu bahwa seksi motor transmisi ditempatkan di bagian belakang badan BMP – 3 F dan di bagian depan badan BMP–3 F dipasang tiga mitraliur PKT dan PKTM serta ditempatkan seksi pasukan infantri pendarat karena itu efisiensi tembakan sepanjang arah gerakan BMP – 3 F jadi meningkat. Jika pasukan pendarat berada diluar BMP–3 F pengemudi sendiri mampu menembak dari mitraliur–mitraliur itu, persediaan amunisi untuk mitraliur berkaliber 7,62 mm berjumlah 6.000 peluru.
Berkat mitraliur itu kekuatan gempur BMP–3F meningkat, untuk dapat menghancurkan musuh yang berjarak dekat sedang. Data dari “Jane’s Soviet Intelligence Review” menyatakan bahwa spesialis militer dari Negara-negara barat menilai tinggi kemampuan BMP–3F.
Sebagai perbandingan antara BMP–3 F dengan ranpur lain yakni Ranpur ini memungkinkan melaksanakan berbagai tugas yang dihadapi dan dapat digunakan sebagai bantuan tembak jarak jauh/ dekat dan sebagai Ranpur pengangkut personil berlapis baja penghancur Tank (Ranpur lain) dengan Roket. BMP–3 F dapat digunakan bersama Infanteri untuk meningkatkan kemampuan anti Tank dengan bantuan tembak jarak jauh atau dekat ketika jumlah Tank dikurangi. Pada saat ini di negara barat belum ada panser tempur yang mempunyai kekuatan menyerupai seperti BMP–3 F. Hasil perbandingan Ranpur BMP–3 F dengan Ranpur USA M2 "Bradley" menunjukkan bahwa BMP–3 F mengungguli M2 dalam daya gerak dan daya tembak.
BMP-3, tipe 3F dirancang dengan kemampuan tambahan untuk bisa berenang dengan lebih baik, yakni mampu menantang ombak laut di level 2, dan bisa beroperasi di laut selama 7 jam. Untuk menunjang kemampuan amfibinya, BMP-3F dapat dilengkapi snorkel.
Senjata andalan BMP-3F adalah kanon kaliber 100 mm. Kanon ini dirancang untuk menembakkan peluru/ roket non-kendali (shell). Kanon jenis ini masuk dalam kategori balistik sedang, dengan kecepatan tembak berkisar 250m/detik. Selain itu terdapat platform peluncur rudal kendali anti tank (ATGM), baik yang diluncurkan langsung melalui laras meriam (laser guided system) maupun yang terpasang pada badan panser. diri dari dua bidang stabilisator dari pembidik kaca utama dan sebuah sensor gyroscope.
Konstruksi persenjataan BMP-3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet): meriam, peluncur roket berkaliber 100 mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan mitraliur berkaliber 7,62 mm. Dengan penggabungan ini memungkinkan awak tank dapat memilih model keperluan penggunaan senjata yang tersedia dikaitkan dengan situasi, kondisi serta medan tempur, tergantung sasaran yang dipilih untuk dihancurkan baik sasaran di darat, laut maupun udara.
BMP-3F memiliki bobot kurang lebih 18,7 ton, panjang 8 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 2,5 meter, kapasitas awak 3 orang serta 7 personel pasukan bersenjata lengkap. Bila dipandang dari segi bobot, BMP-3F kini menduduki kendaraan tempur kavaleri terberat yang dimiliki Korps Marinir, bahkan menjadi arsenal ranpur kelas berat nomer satu dibanding beragam jenis tank yang dimiliki Marinir.
(Armada Timur)
Tank amfibi BMP-3F akan menggantikan tank Marinir jenis PT-76 (photo : Armada Timur)
Sebanyak 37 unit kendaraan tempur amfibi Tank BMP-3F buatan Rusia kembali memperkuat Alutsista TNI AL. Puluhan kendaraan lapis baja itu masuk jajaran Resimen Kavaleri Marinir, setelah diserahkan secara remi oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro kepada jajaran Korps Marinir di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Minggu (27/01). Hadir dalam acara serah terima Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum, Dankorrmar Mayjend TNI (Mar) Faridz Washington, Duta Besar RI untuk Rusia Djauhari, Duta Besar Rusia untuk RI Mikhail Galuzin serta rombongan dari Komisi-1 DPR RI, pejabat teras Mabes TNI dan Kemhan.
Dalam acara serah terima dilaksanakan penandatanganan naskah penyerahan 37 unit BMP-3F dari pihak Rusia ke Dephan kemudian ke Mabes TNI dan terakhir ke pihak TNI AL. Dalam konferensi pers dengan media, Menhan didampingi Panglima TNI, Kasal, Dankormar serta anggota Komisi-1 DPR RI Mahfudz Sidiq.
Pada kesempatan itu Menhan mengatakan, selain kerjasama pembelian BMP-3F juga dilakukan transfer teknologi antara RI dan Rusia. Dalam hal ini untuk sistem dan senjata BMP-3F akan diproduksi di PT. Pindad. Menhan juga mengatakan Indonesia saat ini sedang menjajaki kerja sama untuk pembelian kapal selam Kelas Kilo. Jajaran Kemhan mengajukan spesifikasi untuk Alutsista tersebut diantaranya yaitu minimal Kapal selam tersebut mampu menembakkan misil pada saat menyelam. Selain itu spesifikasi lain yang menjadi perioritas yakni jangkauan misil dari kapal selam tersebut minimal 200 sampai 300 kilo meter.
Mengutip dari konferensi pers tersebut Panglima TNI mengatakan akan meng-upgrade Panser Amfibi AMX-10 yang ada di jajaran Korps Marinir. Selain itu secara bertahap AMX-10 akan diganti dengan Alutsista yang baru. Selanjutnya Kasal juga menambahkan bahwa Panser Amfibi BTR-50 akan diremajakan dengan Alutsista baru pada Rencana Setrategis dua periode tahun 2015 sampai dengan 2019. Saat ini menurut Kasal, ada sebanyak 70 unit Tank BTR-50 masih memperkuat jajaran Korps Marinir. Pada tahap awal sebagai pengganti BTR-50 akan didatangkan sebanyak 55 unit Tank BTR-4. Dengan demikian Korps Marinir akan memilki satu Batalyon Ranpur BTR-4. “Pada Renstra dua dan tiga akan ditambah lagi satu Batalyon BTR-4”, kata Kasal.
Dalam klausal kesepakatan kontrak di antaranya tertulis bahwa selama proses pembuatan Tank Amfibi BMP–3F dapat diawasi oleh empat personil Tim Techrep (tim pengawasan produksi) dari Korps Marinir. Selain itu Korps Marinir juga mengirimkan enam prajuritnya dari Resimen Kavaleri untuk dapat mengikuti pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan tank terebut.
BTR-4 akan menggantikan kendaraan amfibi pengangkut personil jenis BTR-50P (M) yang berjumlah 70 unit (photo : Morozov)
Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan selama lima bulan di Pusat Pelatihan Pabrik Kendaraan Tempur Kurganmashzavod, Kurgan, Rusia. Para prajurit Korps Marinir tiba pada pertengahan bulan Juni 2013 lalu dan selesai melaksanakan pelatihan pada bulan November 2013. Semua materi pelajaran diajarkan oleh para instruktur yang memiliki pengalaman yang cukup tinggi dalam hal perkembangan dan teknologi kendaran tempur Rusia. Materi pelajaran yang diterimakan dalam bentuk teori di kelas, praktek lapangan di pabrik, serta praktek uji coba senjata, mengemudi di darat, laut, serta praktek melaksanakan evakuasi tank di Ground Test Facility yang berjarak sekitar 30 km di luar kota Kurgan, Rusia.
Materi pelajaran yang diterima, antara lain, pengetahuan tentang pengoperasian tata tembak senjata dan pemeliharaan persenjataan canggih yang ada di tank. Pengetahuan tentang pengoperasian dan pemeliharaan sistem komunikasi. pengetahuan tentang pemeliharaan dan perbaikan sistem kelistrikan. pengetahuan tentang pemeliharaan dan perawatan mesin, serta sistem penggerak dan suspensi hidrolis tank. pengetahuan tentang pengawakan dan mengoperasikan kendaraan tempur BREM-L sebagai kendaraan recovery dan kendaraan pendukung (supporting vehicle) untuk Tank Amfibi BMP-3F, yang memiliki peralatan mulai dari crane kapasitas 11 Ton, peralatan las aluminium, potong plat, dan peralatan perbengkelan lainnya guna mendukung perbaikan dan pemeliharaan Tank Amfibi BMP-3F, sampai dengan bongkar pasang mesin, transmisi, dan senjata utama (100 mm beserta turret-nya).
BMP, dalam bahasa Rusia Boyevaya Mashina Pyekhota, Sebelumnya TNI AL sudah memperoleh Tank BMP-3F pada tahun 2010 sebanyak 17 unit, jadi total semuanya sebanyak 54 unit. BMP-3F akan menjadi kekuatan utama marinir sebagai bagian dari komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL. Kontrak pembeliannya 37 unit BMP-3F resmi ditandatangi oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo bersama Kepala Perwakilan JSC Rosoboronexport (Rusia), Jumat, 11Mei 2012, di Kantor Kementrian pertahanan (Kemhan) RI. Selain kontrak pembelian dilakukan juga penandatanganan kerjasama Transfers of Technology (ToT) yang memungkinkan kedepanya indonesia bisa memproduksi sendiri Tank BMP 3F.
Rencananya TNI AL, akan melengkapi BMP-3F menjadi satu batalion. Menhan merencanakan kebutuhan ranpur untuk AL sebanyak 95 unit terdiri dari 81 unit BMP-3F, 10 unit BMP-3FK (versi komando), dan 4 unit BREM-L (versi bengkel). Dengan kehadiran ranpur tersebut Indonesia memasuki masa baru kendaraan tempur invantri amfibi. Indonesia menandatangani kontrak dengan Rusia untuk pengadaan 37 unit kendaraan tempur amfibi untuk Marinir TNI AL senilai lebih dari $ 100 juta. Pengadaan 37 unit tank amfibi BMP-3F dari Rusia ini merupakan program pengadaan 2012.
Tank Amfibi BMP-3F
BMP-3 dirancang berkemampuan amfibi penuh, melaju di permukaan air memakai sistem hidrojet, bukan sistem penggerak rantai roda seperti pada BMP-1 dan BMP-2. Kecepatan berenang maksimal 10 km/jam, daya tahan berenang selama 7 jam. BMP-3F, varian BMP-3 yang dirancang untuk pendaratan amfibi Marinir AL terdapat tambahan snorkel di atas badan belakang dan alat pemecah ombak di depan badan kendaraan. Mampu berenang pada level sea state 3, akurasi tembakan sambil berenang masih akurat pada sea state level 2. Sea state adalah indikator kondisi gelombang laut menurut Badan Meteorologi Dunia, level 2 berarti tinggi gelombang berkisar hingga setengah meter, level 3 berarti tinggi gelombang berkisar hingga 1,25 meter. BMP-3F mempunyai kecepatan di medan berlumpur 45 km, 70 km di jalan raya, 10 km di air dan mampu berjalan mundur dengan kecepatan 20 km.
Kemampuan kendaraan tempur (ranpur) ini selain bisa beroperasi di darat, dia juga bisa memusnahkan musuh dari air. Oleh sebab itu, ranpur ini disebut sebagai tank amphibi yang tangguh. Ranpur BMP-3F mampu melaju dengan kecepatan 70 Km/jam di darat ini juga dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara (NBC) yang berguna untuk menanggulangi peperangan Nuklir, Biologi dan Kimia (Nubika). BMP 3F merupakan salah satu ranpur infanteri bersenjata berat yang disegani di seluruh dunia. Dilengkapi dengan alat komunikasi R 173 dengan jarak jangkau maksimum 12 km. Sementara Jika keluar malam, tank ini memiliki sinar inframerah dan teropong bidik sasaran. Sementara untuk sistem operasional persenjataan tank yang mampu menampung 10 orang personel yang terdiri dari 7 orang pasukan dan 3 orang awak ini menggunakan sistem manual dan elektrik.
Untuk pengerahan cepat, unit BMP-3 mudah diangkut dengan pesawat angkut taktis C-130 Hercules atau Antonov An-12. Pesawat kargo jumbo An-124 Ruslan mampu memuat 4 unit. Bahkan helikopter angkut berat Mi-26 bisa mendrop BMP-3 menggunakan platform parasut khusus. Fleksibilitas, ketangguhan di segala medan, kekuatan pemukulnya BMP-3 menjadikan senjata utama sebagai kendaraan tempur infantri andalan dalam angkatan bersenjata di berbagai negara termasuk Indonesia. Tercatat ada 10 negara yang menggunakan BMP-3 yaitu Rusia, UEA, Venezuela, Kuwait, Korsel, Sri Lanka, Cyprus, Indonesia, Ukraina, Azerbaijan, dan Yunani. Bahkan yang mengejutkan, Korea Selatan yang dikenal pengasup setia teknologi militer dari Amerika Serikat, nyatanya juga memiliki 70 unit BMP-3F.
BMP–3F yang diproduksi oleh Rusia adalah kendaraan tempur lapis baja yang bisa dikatakan sempurna dari segi teknologi dan kebutuhan pertempuran masa kini (Pertempuran Asimetris). Awalnya angkatan bersenjata Rusia mulai menggunakan Ranpur jenis BMP sejak tahun 1980 dengan type BMP–2 (sekelas BVP-2 Slovakia, seperti yang dimiliki Marinir TNI AL), pada akhir dasa warsa 1980-an. Hasil uji coba dalam iklim yang berbeda, baik di darat maupun di laut menegaskan efisiensi dan efektifitas yang tinggi pada BMP–3 F.
BMP–3F memiliki beberapa fitur khusus antara lain Kontruksi (chasis) BMP–3F memungkinkan untuk dimodernisasi, mudah perawatannya dan minim pemeliharaan. Dengan adanya beberapa penyempurnaan BMP–3F menjadi ranpur segala medan yang cukup berat, namun hal ini bisa diimbangi dengan manuver dan pertahanan diri yang lebih baik. BMP–3F mengaplikasi persenjataan baru (SKS Arteleri – Roket – Meriam) dengan sistem kontrol penembakan secara otomatis.
BMP-3F mampu menembak tepat dari segala jenis senjata saat bergerak karena BMP-3F sudah menggunkan skema balok pengontrol penembakan otomatis yang baru (pola stabilizer sistem baru). Kunstruksi persenjataan BMP–3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet) yakni Meriam, peluncur roket berkaliber 100mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan Mitraliur berkaliber 7,62 mm. Penggabungan ini memungkinkan awak ranpur dapat memilih dengan cepat keperluan penggunaan senjata dalam situasi tempur tergantung dari sasaran yang diinginkan baik darat, laut maupun udara.
Sistim pengontrol penembakan otomatis yang terdiri dari stabilisator senjata alat pembidik, kombinasi dengan stabilisasi pembidikan dalam 2 bidang : Azimut dan Elevasi (tinggi di atas permukaan laut) alat pengukur jarak/ lasser, alat pembidik komandan kendaraan, alat perhitungan lintasan tembakan, alat pengumpul data. Sistem pengontrol penembakan otomatis itu memberi kesempatan kepada satuan infantry melaksanakan tugas taktis yang mereka hadapi (KSIT), penggunaan senjata secara efisien dan memperlihatkan keunggulannya dibandingkan dengan system pengontrol penembakan yang tidak otomatis. Alat sistem pengontrol penembakan otomatis BMP–3F mampu mempertimbangkan berbagai data (diturunkannya atau dinaikannya alat pengontrol BMP-3F) untuk bidikan tepat, oleh karena itu penembakan dari segala jenis senjata akan selalu tepat.
Hasil penembakan yang tepat sama ketika BMP–3 digunakan di pegunungan atau menembaki sasaran udara seperti helikopter yang terbang hover/terbang diam. Untuk menembak dengan roket kendali atau peluru berkaliber 100 mm dan peluru berkaliber 30 mm hanya perlu ditekan satu kenop, fungsi pembidik tidak berubah sambil menembak dari segala jenis senjata, amunisi bagi meriam mesin berkaliber 30 mm dan mitaliur (kal 76,2mm) dimasukkan ke dalam "pitaban" peluru yang tidak putus-putusnya dan dapat digunakan lagi tanpa diisi kembali, peluru fragmentation/ asap dan brisan/pecah berkaliber 100 mm terletak di dalam otomat pengisian yang memungkinkan menembak 10 peluru/menit.
Jika dibandingkan dengan kendaraan berlapis baja, baik buatan Rusia maupun buatan negara Barat, maka bisa dilihat kekhususan prinsipil yang utama BMP–3 F, yaitu bahwa seksi motor transmisi ditempatkan di bagian belakang badan BMP – 3 F dan di bagian depan badan BMP–3 F dipasang tiga mitraliur PKT dan PKTM serta ditempatkan seksi pasukan infantri pendarat karena itu efisiensi tembakan sepanjang arah gerakan BMP – 3 F jadi meningkat. Jika pasukan pendarat berada diluar BMP–3 F pengemudi sendiri mampu menembak dari mitraliur–mitraliur itu, persediaan amunisi untuk mitraliur berkaliber 7,62 mm berjumlah 6.000 peluru.
Berkat mitraliur itu kekuatan gempur BMP–3F meningkat, untuk dapat menghancurkan musuh yang berjarak dekat sedang. Data dari “Jane’s Soviet Intelligence Review” menyatakan bahwa spesialis militer dari Negara-negara barat menilai tinggi kemampuan BMP–3F.
Sebagai perbandingan antara BMP–3 F dengan ranpur lain yakni Ranpur ini memungkinkan melaksanakan berbagai tugas yang dihadapi dan dapat digunakan sebagai bantuan tembak jarak jauh/ dekat dan sebagai Ranpur pengangkut personil berlapis baja penghancur Tank (Ranpur lain) dengan Roket. BMP–3 F dapat digunakan bersama Infanteri untuk meningkatkan kemampuan anti Tank dengan bantuan tembak jarak jauh atau dekat ketika jumlah Tank dikurangi. Pada saat ini di negara barat belum ada panser tempur yang mempunyai kekuatan menyerupai seperti BMP–3 F. Hasil perbandingan Ranpur BMP–3 F dengan Ranpur USA M2 "Bradley" menunjukkan bahwa BMP–3 F mengungguli M2 dalam daya gerak dan daya tembak.
BMP-3, tipe 3F dirancang dengan kemampuan tambahan untuk bisa berenang dengan lebih baik, yakni mampu menantang ombak laut di level 2, dan bisa beroperasi di laut selama 7 jam. Untuk menunjang kemampuan amfibinya, BMP-3F dapat dilengkapi snorkel.
Senjata andalan BMP-3F adalah kanon kaliber 100 mm. Kanon ini dirancang untuk menembakkan peluru/ roket non-kendali (shell). Kanon jenis ini masuk dalam kategori balistik sedang, dengan kecepatan tembak berkisar 250m/detik. Selain itu terdapat platform peluncur rudal kendali anti tank (ATGM), baik yang diluncurkan langsung melalui laras meriam (laser guided system) maupun yang terpasang pada badan panser. diri dari dua bidang stabilisator dari pembidik kaca utama dan sebuah sensor gyroscope.
Konstruksi persenjataan BMP-3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet): meriam, peluncur roket berkaliber 100 mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan mitraliur berkaliber 7,62 mm. Dengan penggabungan ini memungkinkan awak tank dapat memilih model keperluan penggunaan senjata yang tersedia dikaitkan dengan situasi, kondisi serta medan tempur, tergantung sasaran yang dipilih untuk dihancurkan baik sasaran di darat, laut maupun udara.
BMP-3F memiliki bobot kurang lebih 18,7 ton, panjang 8 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 2,5 meter, kapasitas awak 3 orang serta 7 personel pasukan bersenjata lengkap. Bila dipandang dari segi bobot, BMP-3F kini menduduki kendaraan tempur kavaleri terberat yang dimiliki Korps Marinir, bahkan menjadi arsenal ranpur kelas berat nomer satu dibanding beragam jenis tank yang dimiliki Marinir.
(Armada Timur)