12 Juni 2013
Doosan DST Tarantula 6x6 (all photos : viggen, knnews, koreaarms)
Doosan DST Telah Mengekspor Kendaraan Tempur Tarantula 6x6 ke Indonesia
Kendaraan tempur beroda pertama yang dikembangkan sendiri oleh Doosan DST Korea telah diekspor ke Indonesia.
Pada tanggal 2 Mei lalu, Doosan DST mengirimkan kendaraan lapis baja beroda jenis kendaraan bantuan tembakan kepada Tentara Indonesia (oleh Angkatan Darat Indonesia dinamakan Tarantula 6x6 - Armoured Fire Support Vehicle/AFSV).
Doosan DST telah menerima pesanan kendaraan 6x6 dari Indonesia pada tahun 2009, dengan berbasis pada kendaraan APC lapis baja Black Fox 6×6, produksi dimulai pada November 2010. Mulai awal 2012 prototipe telah menjalani serangkaian penilaian, baik untuk operasional maupun uji penembakan serta tes lapangan dan pada Mei tahun ini produksi telah diselesaikan.
Kendaraan lapis baja beroda yang diekspor ini mempunyai berat 18 ton dengan kru berjumlah 3 orang (pengemudi, penembak, dan komandan), dan dapat memenuhi persyaratan medan di Indonesia. Kecepatan di darat mencapai 100 km/jam, sedangkan di air dapat melaju dengan kecepatan 8 km/jam. Senjata utama berupa kanon 90mm dan senapan mesin 7.62mm untuk fungsi serbuan, kombinasi senjata tersebut dapat digunakan untuk melawan tank dan operasi melawan gerilyawan.
Pejabat Doosan mengatakan "Kendaraan lapis baja beroda saat ini dibutuhkan oleh negara-negara berkembang, produk ini dapat bersaing dengan produk serupa yang dibuat oleh Turki maupun Rusia, dan kompetitif dalam hal kinerja dan harga, pasar ekspor masa depan yang akan dibidik adalah dari Asia Tenggara, Timur Tengah dan Amerika Selatan," katanya.
Pada tahun 1993 Doosan DST untuk pertama kalinya bagi Korea berhasil mengekspor kendaraan lapis baja roda rantai K200A1 ke Malaysia.
Kendaraan lapis baja beroda 6X6 yang diekspor ke Indonesia ini dikembangkan dari disain kendaraan lapis baja untuk pasar global.
Kali ini, untuk Angkatan Darat Indonesia dikirimkan 11 unit kendaraan lapis baja beroda dari total 22 pesanan, Doosan DST memproduksi 11 kendaraan lapis baja dan juga melakukan perakitan dengan kubah meriamnya. Kubah meriam 90mm dipasok oleh CMI Defense Belgia dari seri CSE-90 Cockerill Mk3.
Sisanya sebanyak 11 unit akan dikirimkan dalam bentuk semi-rakitan (Semi Knock Down) ke gudang perusahaan pertahanan PT.PINDAD Indonesia untuk dilakukan perakitan. Kendaraan lapis baja Tarantula 6x6 yang dirakit di Indonesia adalah bagian dari kontrak untuk menyediakan 22 Tarantula senilai total $ 70 juta.
Perusahaan pertahanan Indonesia yang disebutkan di atas telah dapat membuat kendaraan lapis baja APC 6x6 dengan berat 11-ton hingga 14-ton, mirip dengan VAB Prancis, dan dikenal sebagai PINDAD APS-3 Anoa. Desain kendaraan tersebut dibuat awal tahun 2006, dan dikembangkan pada tahun 2008. Kendaraan ini bermula dari APS-2 namun setalah dilakukan evaluasi maka dilakukan peningkatan terhadap struktur kendaraan dan kinerjanya sehingga banyak perubahan yang dilakukan.
Indonesia pada tahun 2011, juga melakukan perjanjian dengan FNSS perusahaan Turki yang mengembangkan kendaraan lapis baja Pars 6X6. Melalui perjanjian ini Indonesia mempunyai kesempatan untuk belajar dan melihat teknologi kendaraan lapis baja roda rantai.
PINDAD telah memasok lebih dari 200 kendaraan lapis baja APS-3 Anoa kepada Indonesia dan sekarang tengah diupayakan untuk melakukan ekspor ke Malaysia. Namun, menurut Angkatan Darat Malaysia, rencana modernisasi kendaraan lapis baja Radpanzer Condor 4 × 4 APC dan Sibmas 6 × 6 AFSV (kendaraan lapis baja yang dilengkapi dengan kanon Cockerill 90mm) akan diganti dengan kendaraan lapis baja dari DEFTECH AV-8 8×8 hasil kerjasama teknis dengan Turki.
Dari perjanjian tahun 2010, 2011,2012 disebutkan juga adanya pasokan 54 meriam artileri 105mm seri KH-178 kepada Indonesia.
Doosan DST Tarantula 6x6 (all photos : viggen, knnews, koreaarms)
Doosan DST Telah Mengekspor Kendaraan Tempur Tarantula 6x6 ke Indonesia
Kendaraan tempur beroda pertama yang dikembangkan sendiri oleh Doosan DST Korea telah diekspor ke Indonesia.
Pada tanggal 2 Mei lalu, Doosan DST mengirimkan kendaraan lapis baja beroda jenis kendaraan bantuan tembakan kepada Tentara Indonesia (oleh Angkatan Darat Indonesia dinamakan Tarantula 6x6 - Armoured Fire Support Vehicle/AFSV).
Doosan DST telah menerima pesanan kendaraan 6x6 dari Indonesia pada tahun 2009, dengan berbasis pada kendaraan APC lapis baja Black Fox 6×6, produksi dimulai pada November 2010. Mulai awal 2012 prototipe telah menjalani serangkaian penilaian, baik untuk operasional maupun uji penembakan serta tes lapangan dan pada Mei tahun ini produksi telah diselesaikan.
Kendaraan lapis baja beroda yang diekspor ini mempunyai berat 18 ton dengan kru berjumlah 3 orang (pengemudi, penembak, dan komandan), dan dapat memenuhi persyaratan medan di Indonesia. Kecepatan di darat mencapai 100 km/jam, sedangkan di air dapat melaju dengan kecepatan 8 km/jam. Senjata utama berupa kanon 90mm dan senapan mesin 7.62mm untuk fungsi serbuan, kombinasi senjata tersebut dapat digunakan untuk melawan tank dan operasi melawan gerilyawan.
Pejabat Doosan mengatakan "Kendaraan lapis baja beroda saat ini dibutuhkan oleh negara-negara berkembang, produk ini dapat bersaing dengan produk serupa yang dibuat oleh Turki maupun Rusia, dan kompetitif dalam hal kinerja dan harga, pasar ekspor masa depan yang akan dibidik adalah dari Asia Tenggara, Timur Tengah dan Amerika Selatan," katanya.
Pada tahun 1993 Doosan DST untuk pertama kalinya bagi Korea berhasil mengekspor kendaraan lapis baja roda rantai K200A1 ke Malaysia.
Kali ini, untuk Angkatan Darat Indonesia dikirimkan 11 unit kendaraan lapis baja beroda dari total 22 pesanan, Doosan DST memproduksi 11 kendaraan lapis baja dan juga melakukan perakitan dengan kubah meriamnya. Kubah meriam 90mm dipasok oleh CMI Defense Belgia dari seri CSE-90 Cockerill Mk3.
Sisanya sebanyak 11 unit akan dikirimkan dalam bentuk semi-rakitan (Semi Knock Down) ke gudang perusahaan pertahanan PT.PINDAD Indonesia untuk dilakukan perakitan. Kendaraan lapis baja Tarantula 6x6 yang dirakit di Indonesia adalah bagian dari kontrak untuk menyediakan 22 Tarantula senilai total $ 70 juta.
Perusahaan pertahanan Indonesia yang disebutkan di atas telah dapat membuat kendaraan lapis baja APC 6x6 dengan berat 11-ton hingga 14-ton, mirip dengan VAB Prancis, dan dikenal sebagai PINDAD APS-3 Anoa. Desain kendaraan tersebut dibuat awal tahun 2006, dan dikembangkan pada tahun 2008. Kendaraan ini bermula dari APS-2 namun setalah dilakukan evaluasi maka dilakukan peningkatan terhadap struktur kendaraan dan kinerjanya sehingga banyak perubahan yang dilakukan.
Indonesia pada tahun 2011, juga melakukan perjanjian dengan FNSS perusahaan Turki yang mengembangkan kendaraan lapis baja Pars 6X6. Melalui perjanjian ini Indonesia mempunyai kesempatan untuk belajar dan melihat teknologi kendaraan lapis baja roda rantai.
PINDAD telah memasok lebih dari 200 kendaraan lapis baja APS-3 Anoa kepada Indonesia dan sekarang tengah diupayakan untuk melakukan ekspor ke Malaysia. Namun, menurut Angkatan Darat Malaysia, rencana modernisasi kendaraan lapis baja Radpanzer Condor 4 × 4 APC dan Sibmas 6 × 6 AFSV (kendaraan lapis baja yang dilengkapi dengan kanon Cockerill 90mm) akan diganti dengan kendaraan lapis baja dari DEFTECH AV-8 8×8 hasil kerjasama teknis dengan Turki.
Dari perjanjian tahun 2010, 2011,2012 disebutkan juga adanya pasokan 54 meriam artileri 105mm seri KH-178 kepada Indonesia.