05 Desember 2016
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Tentu kita tahu, sudah sejak 2012 Indonesia diperkuat oleh salah satu pesawat tempur taktis T-50i Golden Eagle. Pesawat yang bermarkas di Skadron Udara 15 ini hadir sebagai pengganti Hawk MK.53 yang sudah mengabdi lebih dari 30 tahun.
Pesawat buatan Korea Selatan (Korsel) ini terbang perdana pada tahun 2002 dan mulai diproduksi pada tahun 2005. Awalnya, program Golden Eagle di Korsel merupakan program untuk menggantikan pesawat-pesawat latih yang dipakai oleh AU Korea dan sebagai pesawat serang ringan. Dalam pembangunannya, Korean Aerospace Industries menjalin kerjasama dengan Lokheed Martin. Isu yang banyak beredar, kode penamaan T50i juga berasal dari Amerika Serikat untuk menghindari konflik dikemudian hari.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Saat ini tercatat ada empat negara pengguna T-50 Golden Eagle dengan varian yang berbeda-beda. Pesanan Indonesia sendiri merupakan T-50 versi latih lanjut (advance trainer). Dengan panjang badan mencapai 13 m dan diawaki oleh dua penerbang, pesawat ini ditenagai oleh mesin General Electric F404-FE-102.
Soal sistem terbangnya, sebagai pesawat abad 21 tentu Golden Eagle juga dibekali sistem fly by wire dengan kontrol terbang yang digital secara penuh. Desain pesawat sendiri sekilas mirip F-16, namun dengan ukuran lebih kecil dan dilengkapi dua buah air-intake disamping badan mungilnya.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Golden Eagle semakin mirip dengan F-16 dengan sistem kontrol yang menggunakan sistem HOTAS (Hand-On Throttle and Stick), sama seperti yang digunakan ‘kakaknya’ itu. Selain itu, pesawat ini juga dibekali perekam video yang berguna untuk merekam aktivitas penerbangan. Pada beberapa varian, T-50i juga mampu dijejali beberapa armament yang mendukung operasional tempur dan dilengkapi dengan radar multinode.
Di tanah kelahirannya sendiri, Golden Eagle menjadi salah satu produk kebanggaan. Untuk membuktikan keandalan T-50, AU Korsel juga mempercayakan tunggangan tim aerobatiknya kepada pesawat itu.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : Alex Sidharta)
Indonesia sendiri saat ini telah diperkuat oleh 16 unit T-50i. Terdapat dua variasi warna yang digunakan, yaitu cammo dan warna biru-kuning khas tim aerobatik F-16 Fighting Falcon yang pernah berjaya di era 1990-an Elang Biru.
Satu unit T-50i Golden Eagle mengalami kecelakaan saat melakukan atraksi udara di Yogyakarta tanggal 21 Desember 2015 lalu. Kecelakaan itu mengakibatkan gugurnya dua penerbang TNI AU Letkol Marda Sarjono dan Kapten Dwi Cahyadi.
Pesawat yang masuk jajaran keluarga besar TNI-AU ini dikirim dengan ferry flight dari Sacheon, Korsel ke Lanud Iswahyudi, Madiun dengan tiga kali transit di beberapa kota. Total jarak yang ditempuh sekitar 5484 km.
(Angkasa)
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Tentu kita tahu, sudah sejak 2012 Indonesia diperkuat oleh salah satu pesawat tempur taktis T-50i Golden Eagle. Pesawat yang bermarkas di Skadron Udara 15 ini hadir sebagai pengganti Hawk MK.53 yang sudah mengabdi lebih dari 30 tahun.
Pesawat buatan Korea Selatan (Korsel) ini terbang perdana pada tahun 2002 dan mulai diproduksi pada tahun 2005. Awalnya, program Golden Eagle di Korsel merupakan program untuk menggantikan pesawat-pesawat latih yang dipakai oleh AU Korea dan sebagai pesawat serang ringan. Dalam pembangunannya, Korean Aerospace Industries menjalin kerjasama dengan Lokheed Martin. Isu yang banyak beredar, kode penamaan T50i juga berasal dari Amerika Serikat untuk menghindari konflik dikemudian hari.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Saat ini tercatat ada empat negara pengguna T-50 Golden Eagle dengan varian yang berbeda-beda. Pesanan Indonesia sendiri merupakan T-50 versi latih lanjut (advance trainer). Dengan panjang badan mencapai 13 m dan diawaki oleh dua penerbang, pesawat ini ditenagai oleh mesin General Electric F404-FE-102.
Soal sistem terbangnya, sebagai pesawat abad 21 tentu Golden Eagle juga dibekali sistem fly by wire dengan kontrol terbang yang digital secara penuh. Desain pesawat sendiri sekilas mirip F-16, namun dengan ukuran lebih kecil dan dilengkapi dua buah air-intake disamping badan mungilnya.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : SH Yang)
Golden Eagle semakin mirip dengan F-16 dengan sistem kontrol yang menggunakan sistem HOTAS (Hand-On Throttle and Stick), sama seperti yang digunakan ‘kakaknya’ itu. Selain itu, pesawat ini juga dibekali perekam video yang berguna untuk merekam aktivitas penerbangan. Pada beberapa varian, T-50i juga mampu dijejali beberapa armament yang mendukung operasional tempur dan dilengkapi dengan radar multinode.
Di tanah kelahirannya sendiri, Golden Eagle menjadi salah satu produk kebanggaan. Untuk membuktikan keandalan T-50, AU Korsel juga mempercayakan tunggangan tim aerobatiknya kepada pesawat itu.
Pesawat latih T-50i TNI AU (photo : Alex Sidharta)
Indonesia sendiri saat ini telah diperkuat oleh 16 unit T-50i. Terdapat dua variasi warna yang digunakan, yaitu cammo dan warna biru-kuning khas tim aerobatik F-16 Fighting Falcon yang pernah berjaya di era 1990-an Elang Biru.
Satu unit T-50i Golden Eagle mengalami kecelakaan saat melakukan atraksi udara di Yogyakarta tanggal 21 Desember 2015 lalu. Kecelakaan itu mengakibatkan gugurnya dua penerbang TNI AU Letkol Marda Sarjono dan Kapten Dwi Cahyadi.
Pesawat yang masuk jajaran keluarga besar TNI-AU ini dikirim dengan ferry flight dari Sacheon, Korsel ke Lanud Iswahyudi, Madiun dengan tiga kali transit di beberapa kota. Total jarak yang ditempuh sekitar 5484 km.
(Angkasa)