22 November 2016
Heli EC-725 Cougar TNI AU (photo : Angkasa)
Dalam waktu dekat, Skadron Udara 8 yang bermarkas di Lanud Atang Senjaya, Bogor, akan resmi menerima enam heli SAR Tempur baru untuk mengembangkan kekuatannya.
Keenam heli EC725 Cougar warna hijau kinclong ini sudah standby di hanggar perakitan PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, menunggu jadwal serah-terima. Dibanding aset Skadron Udara 8 sebelumnya, heli-heli yang diabadikan Angkasa pada Selasa, 15 November 2016 ini, memiliki kokpit canggih, berwajah sangar, dan bermata jeli.
Senapan mesin 7,62mm pada Heli EC-725 Cougar TNI AU (photo : Angkasa)
Kesan sangar bisa disimak dari sepasang machine gun kaliber 7,62 x 51 mm buatan FN Herstal, Belgia, yang terpasang menyembul di jendela kabin kiri dan kanan. Kedua senjata dipasang terlipat, sehingga bisa ditekuk ke dalam manakala tak diperlukan.
Beranjak ke depan, jendela penerbang telah dilengkapi plat baja antipeluru (armor-plate). Sementara, untuk dukung bidik malam di bawah kondisi cuaca yang tak menguntungkan, heli buatan Airbus Helicopters ini juga sudah dilengkapi search radar dan Forward Looking Infra Red (FLIR).
Heli AS-332 Super Puma TNI AU (photo : mbahman)
Karena memiliki “pertalian saudara”, sepintas sosok EC725 Cougar memang mirip dengan AS-330 Puma yang telah memperkuat Skadron Udara 8 selama ini. Namun, jika disimak lebih dalam, sesungguhnya ada banyak perbedaan yang diusung.
Format paling mencolok, di antaranya, tampak pada kokpit yang telah ditaburi panel-panel digital. Menurut Airbus Helicopters, dengan active matrix liquid crystal display yang terintegrasi ini, penerbang di antaranya bisa mengakses peta digital.
Heli SA-330 Puma TNI AU (photo : skadron udara 8)
“Sejak awal, TNI AU memang butuh heli SAR Tempur yang seperti ini. Dilengkapi machine gun dan FLIR, selain kemampuan untuk evakuasi korban,” demikian ungkap Kepala Dinas Operasi Lanud Atang Senjaya, Kolonel Pnb. Hendro Arief H., kepada Angkasa.
TNI AU juga mengoperasikan varian lain yang jauh lebih mirip dengan EC725, yakni NAS332 Super Puma, yang sejauh ini jadi tulang punggung Skadron Udara 6. Begitu pun, di banding “kakaknya” ini, EC725 masih jauh lebih unggul. Khususnya dalam hal kekuatan mesin, kapasitas angkut pasukan, dan jarak jangkau. EC725 yang ditenagai mesin ganda Turbomeca Makila 2A1 mampu mengangkut 29 awak (bandingkan dengan AS332: 15 awak), bisa terbang sejauh 723 mil laut (AS332: 346 mil laut), kecepatan jelajah 141 knot (AS332: 140 knot), dengan tingkat efisiensi bahan bakar 5,57 dollar/mil laut (AS-332: 7,13 dollar/mil laut).
(Angkasa)
Heli EC-725 Cougar TNI AU (photo : Angkasa)
Dalam waktu dekat, Skadron Udara 8 yang bermarkas di Lanud Atang Senjaya, Bogor, akan resmi menerima enam heli SAR Tempur baru untuk mengembangkan kekuatannya.
Keenam heli EC725 Cougar warna hijau kinclong ini sudah standby di hanggar perakitan PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, menunggu jadwal serah-terima. Dibanding aset Skadron Udara 8 sebelumnya, heli-heli yang diabadikan Angkasa pada Selasa, 15 November 2016 ini, memiliki kokpit canggih, berwajah sangar, dan bermata jeli.
Senapan mesin 7,62mm pada Heli EC-725 Cougar TNI AU (photo : Angkasa)
Kesan sangar bisa disimak dari sepasang machine gun kaliber 7,62 x 51 mm buatan FN Herstal, Belgia, yang terpasang menyembul di jendela kabin kiri dan kanan. Kedua senjata dipasang terlipat, sehingga bisa ditekuk ke dalam manakala tak diperlukan.
Beranjak ke depan, jendela penerbang telah dilengkapi plat baja antipeluru (armor-plate). Sementara, untuk dukung bidik malam di bawah kondisi cuaca yang tak menguntungkan, heli buatan Airbus Helicopters ini juga sudah dilengkapi search radar dan Forward Looking Infra Red (FLIR).
Heli AS-332 Super Puma TNI AU (photo : mbahman)
Karena memiliki “pertalian saudara”, sepintas sosok EC725 Cougar memang mirip dengan AS-330 Puma yang telah memperkuat Skadron Udara 8 selama ini. Namun, jika disimak lebih dalam, sesungguhnya ada banyak perbedaan yang diusung.
Format paling mencolok, di antaranya, tampak pada kokpit yang telah ditaburi panel-panel digital. Menurut Airbus Helicopters, dengan active matrix liquid crystal display yang terintegrasi ini, penerbang di antaranya bisa mengakses peta digital.
Heli SA-330 Puma TNI AU (photo : skadron udara 8)
“Sejak awal, TNI AU memang butuh heli SAR Tempur yang seperti ini. Dilengkapi machine gun dan FLIR, selain kemampuan untuk evakuasi korban,” demikian ungkap Kepala Dinas Operasi Lanud Atang Senjaya, Kolonel Pnb. Hendro Arief H., kepada Angkasa.
TNI AU juga mengoperasikan varian lain yang jauh lebih mirip dengan EC725, yakni NAS332 Super Puma, yang sejauh ini jadi tulang punggung Skadron Udara 6. Begitu pun, di banding “kakaknya” ini, EC725 masih jauh lebih unggul. Khususnya dalam hal kekuatan mesin, kapasitas angkut pasukan, dan jarak jangkau. EC725 yang ditenagai mesin ganda Turbomeca Makila 2A1 mampu mengangkut 29 awak (bandingkan dengan AS332: 15 awak), bisa terbang sejauh 723 mil laut (AS332: 346 mil laut), kecepatan jelajah 141 knot (AS332: 140 knot), dengan tingkat efisiensi bahan bakar 5,57 dollar/mil laut (AS-332: 7,13 dollar/mil laut).
(Angkasa)