24 September 2016
Uji statik sayap N-219 di PT DI (photo : Angkasa)
Meski tahapan produksi mundur dari jadwal yang ditentukan, fase Engineering Manufacturing Development N219 masih terus berjalan. Seperti dipantau Angkasa, dalam minggu-minggu terakhir ini enjinir PT Dirgantara Indonesia tengah serius mempersiapkan uji statik untuk sayap komuter 100 persen karya Anak Bangsa tersebut.
“Saat ini masih melakukan preparation test, menuju wing static test. Butuh waktu karena semua harus dipersiapkan secara matang dan cermat. Agar tak ada kesalahan di tengah jalan. Semua sensor, hidrolik dan rig harus kami cek dulu. Tak boleh ada yang kelebihan beban,” ujar Ir. Palmana Banandhi, Chief Engineer N219 kepada Angkasa, Jum’at (23/9/2016).
Bagi industri pesawat terbang manapun di dunia, wing static test adalah salah satu tahapan terpenting. Dari sini, rancangan yang semula ada di atas kertas akan dinyatakan valid memenuhi semua persyaratan. Uji tekanan terhadap sayap akan memberi jaminan, bahwa sayap akan mampu menahan semua beban yang bertumpu padanya. Mulai dari badan pesawat dan isinya, juga dua mesin yang bergantung di kedua sisi sayap.
Dalam waktu bersamaan, dikatakan, DI juga tengah menyiapkan semua keperluan yang harus dipenuhi untuk pembuatan sertifikat terbang pesawat (N219 type certificate) bersama otoritas terkait, yakni Ditjen Perhubungan Udara.
“Penyelesaiannya memang mundur dari jadwal yang telah ditentukan, karena memang banyak hal harus dipersiapkan dengan kekuatan sendiri. Insya Allah, jika sertifikat terbang selesai Oktober 2017, tahun berikutnya N219 akan masuk tahapan produksi,” pungkas Palmana.
(Angkasa)
Uji statik sayap N-219 di PT DI (photo : Angkasa)
Meski tahapan produksi mundur dari jadwal yang ditentukan, fase Engineering Manufacturing Development N219 masih terus berjalan. Seperti dipantau Angkasa, dalam minggu-minggu terakhir ini enjinir PT Dirgantara Indonesia tengah serius mempersiapkan uji statik untuk sayap komuter 100 persen karya Anak Bangsa tersebut.
“Saat ini masih melakukan preparation test, menuju wing static test. Butuh waktu karena semua harus dipersiapkan secara matang dan cermat. Agar tak ada kesalahan di tengah jalan. Semua sensor, hidrolik dan rig harus kami cek dulu. Tak boleh ada yang kelebihan beban,” ujar Ir. Palmana Banandhi, Chief Engineer N219 kepada Angkasa, Jum’at (23/9/2016).
Bagi industri pesawat terbang manapun di dunia, wing static test adalah salah satu tahapan terpenting. Dari sini, rancangan yang semula ada di atas kertas akan dinyatakan valid memenuhi semua persyaratan. Uji tekanan terhadap sayap akan memberi jaminan, bahwa sayap akan mampu menahan semua beban yang bertumpu padanya. Mulai dari badan pesawat dan isinya, juga dua mesin yang bergantung di kedua sisi sayap.
Dalam waktu bersamaan, dikatakan, DI juga tengah menyiapkan semua keperluan yang harus dipenuhi untuk pembuatan sertifikat terbang pesawat (N219 type certificate) bersama otoritas terkait, yakni Ditjen Perhubungan Udara.
“Penyelesaiannya memang mundur dari jadwal yang telah ditentukan, karena memang banyak hal harus dipersiapkan dengan kekuatan sendiri. Insya Allah, jika sertifikat terbang selesai Oktober 2017, tahun berikutnya N219 akan masuk tahapan produksi,” pungkas Palmana.
(Angkasa)