12 Agustus 2016
Yellow Juku UUV di Ritech Expo Hakteknas 2016. (photo : Liputan6)
Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-21 digelar di Stadion Manahan Surakarta, Rabu (10/8/2016).
Acara yang dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir serta Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko ini menampilkan hasil riset serta inovasi karya peneliti Indonesia dari berbagai instansi.
Salah satu yang menjadi unggulan adalah kapal selam nirawak yang siap melindungi perairan laut Indonesia. Kapal selam ini merupakan hasil kerja sama antara PT Hidrolab Naval Indonesia dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Ada tiga jenis kapal selam nirawak yang dihasilkan dari kerja sama tersebut, namun yang dipamerkan adalah sebuah kapal nirawak bernama Yellow Juku.
Petugas Sistem Kontrol Juku PT Hidrolab Naval Indonesia Priyo Sasoko mengatakan, penamaan 'Juku' diambil dari bahasa Makassar yang berarti ikan. Dinamakan seperti itu sebab alat ini memang dirancang untuk memperoleh data-data yang ada di dalam laut.
"Sea glider ini dirancang untuk memperoleh data-data apa pun yang ada di dalam laut, bisa data tentang populasi ikan di suatu perairan untuk mengetahui jika ada illegal fishing, dan lain-lain," kata Priyo kepada Tekno Liputan6.com di Surakarta.
Ia mengatakan, kapal selam ini bisa menyelam hingga kedalaman maksimal satu kilometer di bawah laut.
"Prinsipnya, Yellow Juku ini mengambil air, sehingga bisa menyelam. Kemudian Yellow Juku mengeluarkan kembali air tersebut, sehingga bisa kembali ke permukaan. Selama berjalan, (Yellow Juku, red.) selalu memasukkan dan mengeluarkan air, sehingga pergerakannya seperti glider (peluncur) yang turun naik ke permukaan laut," ujar Priyo menambahkan.
Ia memaparkan, Yellow Juku dilengkapi dengan baterai yang mampu membuatnya bertahan hingga satu tahun di bawah permukaan laut. Kapal ini dilengkapi dengan artificial inteligent atau kecerdasan buatan yang membuat Yellow Juku mampu bermanuver ke laut lepas untuk melakukan pengawasan di permukaan laut.
Selain itu, kapal selam ini juga dilengkapi dengan berbagai sensor yang disesuaikan dengan kebutuhan. Juku memiliki berbagai sensor untuk mengenali bagaimana kondisi laut.
Jika penggunanya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sensor yang dihadirkan adalah untuk membaca kandungan plankton. "Kalau banyak plankton, artinya laut tersebut banyak ikannya," ujar Priyo.
Selain itu Yellow Juku juga dibekali sensor kecerdasan buatan untuk mengenali suhu, kadar garam, dan parameter lainnya yang ada di dalam lautan, yang selama ini belum bisa dijangkau.
"Jika Juku memiliki informasi atau data tentang kondisi laut di suatu lokasi, Juku bisa mengirimkannya ke satelit dan mengirim data tersebut kepada pengontrol," kata Priyo. Tetapi, proses pengiriman data ke satelit hanya bisa dilakukan, jika Juku sedang muncul ke permukaan, bukan saat di bawah permukaan laut.
Sayangnya, hingga kini belum ada pihak swasta maupun institusi negara yang menggunakan Juku untuk mempermudah pekerjaannya. Padahal, institusi seperti KKP bisa memanfaatkan Juku untuk mengetahui potensi perikanan di suatu wilayah laut.
Dengan mengetahui data potensi perikanan, nelayan pun dapat terbantu dalam mengumpulkan ikan. Selain itu, KKP juga akan mempunyai data demografis nelayan, sehingga, Juku akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Untuk Kementerian Pertahanan, Juku mampu mendeteksi kondisi bawah laut Indonesia.
Juku rencananya bakal diluncurkan pada akhir tahun 2016. Bahkan, perusahaan rencananya akan mengujicobakan 10 unit Juku di perairan Indonesia. Hebat, bukan?
(Liputan6)
Yellow Juku UUV di Ritech Expo Hakteknas 2016. (photo : Liputan6)
Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-21 digelar di Stadion Manahan Surakarta, Rabu (10/8/2016).
Acara yang dibuka oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir serta Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko ini menampilkan hasil riset serta inovasi karya peneliti Indonesia dari berbagai instansi.
Salah satu yang menjadi unggulan adalah kapal selam nirawak yang siap melindungi perairan laut Indonesia. Kapal selam ini merupakan hasil kerja sama antara PT Hidrolab Naval Indonesia dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Ada tiga jenis kapal selam nirawak yang dihasilkan dari kerja sama tersebut, namun yang dipamerkan adalah sebuah kapal nirawak bernama Yellow Juku.
Petugas Sistem Kontrol Juku PT Hidrolab Naval Indonesia Priyo Sasoko mengatakan, penamaan 'Juku' diambil dari bahasa Makassar yang berarti ikan. Dinamakan seperti itu sebab alat ini memang dirancang untuk memperoleh data-data yang ada di dalam laut.
"Sea glider ini dirancang untuk memperoleh data-data apa pun yang ada di dalam laut, bisa data tentang populasi ikan di suatu perairan untuk mengetahui jika ada illegal fishing, dan lain-lain," kata Priyo kepada Tekno Liputan6.com di Surakarta.
Ia mengatakan, kapal selam ini bisa menyelam hingga kedalaman maksimal satu kilometer di bawah laut.
"Prinsipnya, Yellow Juku ini mengambil air, sehingga bisa menyelam. Kemudian Yellow Juku mengeluarkan kembali air tersebut, sehingga bisa kembali ke permukaan. Selama berjalan, (Yellow Juku, red.) selalu memasukkan dan mengeluarkan air, sehingga pergerakannya seperti glider (peluncur) yang turun naik ke permukaan laut," ujar Priyo menambahkan.
Ia memaparkan, Yellow Juku dilengkapi dengan baterai yang mampu membuatnya bertahan hingga satu tahun di bawah permukaan laut. Kapal ini dilengkapi dengan artificial inteligent atau kecerdasan buatan yang membuat Yellow Juku mampu bermanuver ke laut lepas untuk melakukan pengawasan di permukaan laut.
Selain itu, kapal selam ini juga dilengkapi dengan berbagai sensor yang disesuaikan dengan kebutuhan. Juku memiliki berbagai sensor untuk mengenali bagaimana kondisi laut.
Jika penggunanya adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sensor yang dihadirkan adalah untuk membaca kandungan plankton. "Kalau banyak plankton, artinya laut tersebut banyak ikannya," ujar Priyo.
Selain itu Yellow Juku juga dibekali sensor kecerdasan buatan untuk mengenali suhu, kadar garam, dan parameter lainnya yang ada di dalam lautan, yang selama ini belum bisa dijangkau.
"Jika Juku memiliki informasi atau data tentang kondisi laut di suatu lokasi, Juku bisa mengirimkannya ke satelit dan mengirim data tersebut kepada pengontrol," kata Priyo. Tetapi, proses pengiriman data ke satelit hanya bisa dilakukan, jika Juku sedang muncul ke permukaan, bukan saat di bawah permukaan laut.
Sayangnya, hingga kini belum ada pihak swasta maupun institusi negara yang menggunakan Juku untuk mempermudah pekerjaannya. Padahal, institusi seperti KKP bisa memanfaatkan Juku untuk mengetahui potensi perikanan di suatu wilayah laut.
Dengan mengetahui data potensi perikanan, nelayan pun dapat terbantu dalam mengumpulkan ikan. Selain itu, KKP juga akan mempunyai data demografis nelayan, sehingga, Juku akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Untuk Kementerian Pertahanan, Juku mampu mendeteksi kondisi bawah laut Indonesia.
Juku rencananya bakal diluncurkan pada akhir tahun 2016. Bahkan, perusahaan rencananya akan mengujicobakan 10 unit Juku di perairan Indonesia. Hebat, bukan?
(Liputan6)