05 Juni 2016
Sosok gahar BTR-4M pesanan Marinir TNI AL. (all photos : National Academy)
Untuk menggantikan ranpur BTR-80A yang sedang digunakan Korps Marinir dalam misi pasukan perdamaian PBB, Kementrian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada ranpur BTR-4 buatan Ukraina. Setelah sekian lama tak kedengaran kabar beritanya, sosok BTR-4 pesanan Indonesia tersebut akhirnya tampak jelas sudah. Walaupun sempat diterpa ketidakjelasan, toh wujudnya kini sudah mulai tampak di alam liar.
Dari sosoknya, pabrikan KMDB (Kharkiv-Morozov Design Bureau) rupa-rupanya menghadirkan kejutan. Berbeda dengan BTR-4 pesanan Irak atau untuk kebutuhan dalam negeri Ukraina, pesanan Indonesia tampil lebih berotot dan garang, dengan boks-boks buoyancy untuk menambah kemampuan apung sekaligus berfungsi sebagai perisai lapisan antipeluru tambahan. Walaupun ditambahi berbagai modul tersebut, BTR-4 tetap tampil seimbang dan garang, dengan sistem propeller asli bawaan, tidak seperti ranpur amfibi lokal yang harus menggunakan waterjet segede gaban untuk dapat mengapung dan berenang.
Informasinya, BTR-4M pesanan Korp Marinir ini tampil full spec alias mengadopsi kasta tertinggi dari keluarga BTR-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.
Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada produk Barat. Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, bandingkan dengan keluarga BTR-80 yang duduknya saja berpunggung-punggungan sempit. Pasukan bisa keluar dari dua pintu belakang, lagi-lagi unggul dari BTR-80 yang harus keluar dari pintu samping yang sempit dan rawan tembakan dari arah depan.
Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.
Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang. Kursi dapat dipasang berhadap-hadapan atau berpunggung-punggungan, dan dapat diubah oleh pengguna sesuka hati. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.
Sementara untuk sistem senjata, siapa yang tidak percaya pada ketangguhan sistem kubah tanpa awak buatan Ukraina? Republik Rakyat Tiongkok saja membeli kubah Skhval dari Ukraina untuk dipasang pada ranpur-ranpurnya. Untuk BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus! Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran.
Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.
Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.
(Angkasa)
Sosok gahar BTR-4M pesanan Marinir TNI AL. (all photos : National Academy)
Untuk menggantikan ranpur BTR-80A yang sedang digunakan Korps Marinir dalam misi pasukan perdamaian PBB, Kementrian Pertahanan menjatuhkan pilihan pada ranpur BTR-4 buatan Ukraina. Setelah sekian lama tak kedengaran kabar beritanya, sosok BTR-4 pesanan Indonesia tersebut akhirnya tampak jelas sudah. Walaupun sempat diterpa ketidakjelasan, toh wujudnya kini sudah mulai tampak di alam liar.
Dari sosoknya, pabrikan KMDB (Kharkiv-Morozov Design Bureau) rupa-rupanya menghadirkan kejutan. Berbeda dengan BTR-4 pesanan Irak atau untuk kebutuhan dalam negeri Ukraina, pesanan Indonesia tampil lebih berotot dan garang, dengan boks-boks buoyancy untuk menambah kemampuan apung sekaligus berfungsi sebagai perisai lapisan antipeluru tambahan. Walaupun ditambahi berbagai modul tersebut, BTR-4 tetap tampil seimbang dan garang, dengan sistem propeller asli bawaan, tidak seperti ranpur amfibi lokal yang harus menggunakan waterjet segede gaban untuk dapat mengapung dan berenang.
Informasinya, BTR-4M pesanan Korp Marinir ini tampil full spec alias mengadopsi kasta tertinggi dari keluarga BTR-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.
Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada produk Barat. Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, bandingkan dengan keluarga BTR-80 yang duduknya saja berpunggung-punggungan sempit. Pasukan bisa keluar dari dua pintu belakang, lagi-lagi unggul dari BTR-80 yang harus keluar dari pintu samping yang sempit dan rawan tembakan dari arah depan.
Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.
Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang. Kursi dapat dipasang berhadap-hadapan atau berpunggung-punggungan, dan dapat diubah oleh pengguna sesuka hati. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.
Sementara untuk sistem senjata, siapa yang tidak percaya pada ketangguhan sistem kubah tanpa awak buatan Ukraina? Republik Rakyat Tiongkok saja membeli kubah Skhval dari Ukraina untuk dipasang pada ranpur-ranpurnya. Untuk BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus! Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran.
Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.
Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.
(Angkasa)