21 Januari 2016
Wakil Presiden Jusuf Kalla melihat proses produksi CN 235 di PT Dirgantara Indonesia, Wapres meminta PT DI fokus pada pesawat komersial dan angkut (photo : Kompas)
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta PT Dirgantara Indonesia fokus memproduksi pesawat komersial dan tak tergantung pada pesanan pemerintah.
"Pemerintah sendiri punya prinsip membeli produk dalam negeri tapi tidak banyak membeli pesawat kecuali tentara. Itu juga tidak terlalu banyak. Yang banyak membeli pesawat itu untuk komersial. Ini yang harus difokuskan," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Hanggar Fix Wing, komplek PT DI di Jalan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/1/2016).
JK optimistis bisnis pesawat komersial yang akan dijalankan PT DI bisa berjalan dan berkembang sambil memperhatikan beberapa hal.
Menurut dia bisnis pesawat komersial bisa berjalan selama hal pokok bisnis diperhatikan, di antaranya teknologi, maintenance service, dan soal fokus.
"Fokus kemudian perbaiki sistem baru bisa masuk ke komersial. Sebab pesawat pemerintah jam terbang kecil, kalau komersial jam terbang tinggi dan tiap hari terbang sehingga maintenance harus siap," imbuh JK.
Kedatangan JK ke PT DI di antaranya melihat pesawat pesanan Kementerian Pertahanan untuk digunakan TNI AU dan TNI AL, Thailand, dan Senegal.
Pemerintah, sambung JK, mendukungan PT DI memproduksi N 219 yang telah ditampilkan perdana kepada publik pada 10 Desember 2015.
Pesawat N 219 kini sedang memasuki tahapan sertifikasi kelaiakan udara dari Direktorat Kelaiakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementrian Perhubungan (TribunNews)
CN-235 220 untuk Senegal (photo : FokusJabar)
Wapres: PT DI Harus Produksi Pesawat Komersial
BANDUNG, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi kiprah PT Dirgantara Indonesia (DI) selama 40 tahun dalam bisnis pesawat terbang. Walaupun dalam perjalanannya, menemukan banyak tantangan.
“Walau banyak tantangan, tapi masih bisa berjalan. Banyak kemungkinan masih bisa berjalan (ke depannya) selama hal bisnis diperhatikan,” ujar Jusuf Kalla dalam kunjungan kerjanya ke PT DI Bandung, Rabu (20/1/2016).
Hal bisnis yang dimaksud, adalah sistem teknologi, maintenance, layanan purnajual dan fokus. Termasuk masalah efisiensi dan kecepatan produksi harus diperhatikan.
Kalla menambahkan, pemerintah memiliki prinsip memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri.
Namun, jumlah pesawat terbang yang dibeli pemerintah sangat sedikit, itupun sebagian besar adalah kebutuhan TNI.
Selain itu, pesawat yang digunakan pemerintah umumnya memiliki jam terbang pendek. Berbeda dengan pesawat terbang komersil.
“Pesawat untuk kebutuhan TNI pun tidak terlalu besar. Komersil yang paling besar,” imbuhnya.
Untuk mendapat pasar yang signifikan, tentunya PT DI harus masuk ke ranah komersil. Untuk itu, PT DI harus memperbaiki beberapa hal.
“Fokus, perbaiki sistem aftersales. Baru bisa masuk ke komersil,” Kalla menjelaskan.
PT DI merupakan perusahaan kedua yang disambangi Kalla dalam kunjungan kerjanya di Bandung hari ini.
Setelah tiba di PT DI dan menggelar rapat tertutup, Kalla berkeliling melihat proses produksi CN 235 dan NC 212i yang merupakan pesanan Filipina.
Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan N219, pesawat terbang komersil produksi PT DI.
Saat ini N219 sedang memasuki tahapan sertifikasi kelaikan udara dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU).
(Kompas)
Wakil Presiden Jusuf Kalla melihat proses produksi CN 235 di PT Dirgantara Indonesia, Wapres meminta PT DI fokus pada pesawat komersial dan angkut (photo : Kompas)
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta PT Dirgantara Indonesia fokus memproduksi pesawat komersial dan tak tergantung pada pesanan pemerintah.
"Pemerintah sendiri punya prinsip membeli produk dalam negeri tapi tidak banyak membeli pesawat kecuali tentara. Itu juga tidak terlalu banyak. Yang banyak membeli pesawat itu untuk komersial. Ini yang harus difokuskan," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Hanggar Fix Wing, komplek PT DI di Jalan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/1/2016).
JK optimistis bisnis pesawat komersial yang akan dijalankan PT DI bisa berjalan dan berkembang sambil memperhatikan beberapa hal.
Menurut dia bisnis pesawat komersial bisa berjalan selama hal pokok bisnis diperhatikan, di antaranya teknologi, maintenance service, dan soal fokus.
"Fokus kemudian perbaiki sistem baru bisa masuk ke komersial. Sebab pesawat pemerintah jam terbang kecil, kalau komersial jam terbang tinggi dan tiap hari terbang sehingga maintenance harus siap," imbuh JK.
Kedatangan JK ke PT DI di antaranya melihat pesawat pesanan Kementerian Pertahanan untuk digunakan TNI AU dan TNI AL, Thailand, dan Senegal.
Pemerintah, sambung JK, mendukungan PT DI memproduksi N 219 yang telah ditampilkan perdana kepada publik pada 10 Desember 2015.
Pesawat N 219 kini sedang memasuki tahapan sertifikasi kelaiakan udara dari Direktorat Kelaiakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementrian Perhubungan (TribunNews)
CN-235 220 untuk Senegal (photo : FokusJabar)
Wapres: PT DI Harus Produksi Pesawat Komersial
BANDUNG, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengapresiasi kiprah PT Dirgantara Indonesia (DI) selama 40 tahun dalam bisnis pesawat terbang. Walaupun dalam perjalanannya, menemukan banyak tantangan.
“Walau banyak tantangan, tapi masih bisa berjalan. Banyak kemungkinan masih bisa berjalan (ke depannya) selama hal bisnis diperhatikan,” ujar Jusuf Kalla dalam kunjungan kerjanya ke PT DI Bandung, Rabu (20/1/2016).
Hal bisnis yang dimaksud, adalah sistem teknologi, maintenance, layanan purnajual dan fokus. Termasuk masalah efisiensi dan kecepatan produksi harus diperhatikan.
Kalla menambahkan, pemerintah memiliki prinsip memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri.
Namun, jumlah pesawat terbang yang dibeli pemerintah sangat sedikit, itupun sebagian besar adalah kebutuhan TNI.
Selain itu, pesawat yang digunakan pemerintah umumnya memiliki jam terbang pendek. Berbeda dengan pesawat terbang komersil.
“Pesawat untuk kebutuhan TNI pun tidak terlalu besar. Komersil yang paling besar,” imbuhnya.
Untuk mendapat pasar yang signifikan, tentunya PT DI harus masuk ke ranah komersil. Untuk itu, PT DI harus memperbaiki beberapa hal.
“Fokus, perbaiki sistem aftersales. Baru bisa masuk ke komersil,” Kalla menjelaskan.
PT DI merupakan perusahaan kedua yang disambangi Kalla dalam kunjungan kerjanya di Bandung hari ini.
Setelah tiba di PT DI dan menggelar rapat tertutup, Kalla berkeliling melihat proses produksi CN 235 dan NC 212i yang merupakan pesanan Filipina.
Kunjungan kerja ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan N219, pesawat terbang komersil produksi PT DI.
Saat ini N219 sedang memasuki tahapan sertifikasi kelaikan udara dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU).
(Kompas)