21 September 2015
![]()
Pesawat N-219 (image : (PT DI)
BANDUNG, suaramerdeka.com – Roll out pesawat N-219 yang dijadwalkan dilakukan pada Agustus 2015 mengalami pemunduran. Pangkalnya, tim pengembang pesawat kerjasama Lapan dengan PT Dirgantara Indonesia ingin desain pesawat perintis tersebut disempurnakan terutama dalam menjawab keinginan pasar.
Hal tersebut dikatakan Direktur Produksi PT DI, Arie Wibowo di sela-sela gelaran Open House perseroran dalam rangka HUT Ke-70 Kemerdekaan di Bandung.
“Kita mempunyai problem, bahwa desain yang ada belum matang. Kita perbaiki. Langkah itu juga terkait kebutuhan koordinasi terlebih komponennya harus lokal. Lebih dari itu, perubahan ini sebagai upaya kita masuk ke pasar,” jelasnya.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa tahapan pengembangan pesawat baling-baling bermesin kembar itu tak mengalami perubahan. N-219 tetap akan melakukan penerbangan perdana pada 2016. Jadwal roll out, prototype pertama kalinya diluncurkan bakal digelar sebelumnya.
![]()
N-219 desain baru lebih smooth (photo : suaramerdeka)
“Untuk airframe-nya bisa selesai pada tahun ini juga, namun untuk pemasangan sistem, engine, dan pengetesan-pengetesan lainnya kita butuh waktu, tapi untuk first flight kita lakukan tahun depan,” jelasnya.
Menurut dia, perubahan tersebut akan membuat tampilan N-219 terutama di bagian depan lebih elegan dibanding desain awal. Tampilan baru itu memang membuat pesawat karya anak negeri berkapasitas 19 penumpang ini menjadi lebih segar.
Dengan perubahan yang dilakukan, Arie Wibowo juga menyatakan bahwa secara harga tidak berpengaruh. Harga yang dipatok tetap kompetitif. Karena itu, pesawat bermesin ganda buatan Pratt & Whitney itu diyakini bisa meraih pasar.
Pesaing N-219 di antaranya Viking DHC-6 Twin Otter (Kanada), Harbin Y-12 (China), dan Cessna Grand Caravan. “Kita masih lebih unggul. Di kokpit misalnya, dia tawarkan kebaruan, dengan 3 screen, plus teknologi yang semuanya digital,” katanya.
(Suara Merdeka)
BANDUNG, suaramerdeka.com – Roll out pesawat N-219 yang dijadwalkan dilakukan pada Agustus 2015 mengalami pemunduran. Pangkalnya, tim pengembang pesawat kerjasama Lapan dengan PT Dirgantara Indonesia ingin desain pesawat perintis tersebut disempurnakan terutama dalam menjawab keinginan pasar.
Hal tersebut dikatakan Direktur Produksi PT DI, Arie Wibowo di sela-sela gelaran Open House perseroran dalam rangka HUT Ke-70 Kemerdekaan di Bandung.
“Kita mempunyai problem, bahwa desain yang ada belum matang. Kita perbaiki. Langkah itu juga terkait kebutuhan koordinasi terlebih komponennya harus lokal. Lebih dari itu, perubahan ini sebagai upaya kita masuk ke pasar,” jelasnya.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa tahapan pengembangan pesawat baling-baling bermesin kembar itu tak mengalami perubahan. N-219 tetap akan melakukan penerbangan perdana pada 2016. Jadwal roll out, prototype pertama kalinya diluncurkan bakal digelar sebelumnya.
“Untuk airframe-nya bisa selesai pada tahun ini juga, namun untuk pemasangan sistem, engine, dan pengetesan-pengetesan lainnya kita butuh waktu, tapi untuk first flight kita lakukan tahun depan,” jelasnya.
Menurut dia, perubahan tersebut akan membuat tampilan N-219 terutama di bagian depan lebih elegan dibanding desain awal. Tampilan baru itu memang membuat pesawat karya anak negeri berkapasitas 19 penumpang ini menjadi lebih segar.
Dengan perubahan yang dilakukan, Arie Wibowo juga menyatakan bahwa secara harga tidak berpengaruh. Harga yang dipatok tetap kompetitif. Karena itu, pesawat bermesin ganda buatan Pratt & Whitney itu diyakini bisa meraih pasar.
Pesaing N-219 di antaranya Viking DHC-6 Twin Otter (Kanada), Harbin Y-12 (China), dan Cessna Grand Caravan. “Kita masih lebih unggul. Di kokpit misalnya, dia tawarkan kebaruan, dengan 3 screen, plus teknologi yang semuanya digital,” katanya.
(Suara Merdeka)