08 September 2015
Pesawat tempur multiperan Su-35 (photo : wall pix)
16 Sukhoi SU-35 Amankan Kedaulatan Udara RI
Indonesia memperkuat kekuatan armada tempur udara. Dalam bulan ini pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) memutuskan membeli satu skuadron (16 unit) pesawat Sukhoi Su-35 buatan Rusia menggantikan pesawat F-5 Tiger untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia.
Sukhoi SU-35 yang mendapat julukan Super Flanker baru saja memasuki masa operasional di Angkatan Udara Rusia namun beberapa negara sahabat Rusia sudah kepincut untuk segera memilikinya juga.
Sukhoi SU-35 bisa dikatakan sebagai Jet Tempur Rusia paling canggih yang sudah Full Operasional, kemunculannya seolah mengisi kekosongan sekaligus penjembatan utama menuju generasi ke 5 yang masih dalam tahap uji coba yakni Sukhoi T-50 PAKFA (Perspektivny Aviatsionny Kompleks Frontovoy Aviatsii/Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation).
Sukhoi SU-35 merupakan pesawat generasi 4++ dimana secara teknikal kemampuan SU-35S secara berada diatas pesawat generasi 4 seperti Rafale, F18, F16 -Sukhoi SU-35 tak mudah untuk di endus radar lawan, meski SU-35 bukan pesawat siluman atau stealth seutuhnya layaknya generasi ke 5 seperti F22 Raptor atau F35 Lightning II.
Jangkauan radar milik Super Flanker yang 2 lebih jauh ketimbang pesawatpesawat generasi 4 atau 4+ memungkinkan SU-35S melakukan aksi First Look-First Shoot-First Kill sebelum pilot lawan melihat super flanker, pilot SU-35S bisa lebih dulu menjatuhkan pesawat lawan tersebut.
Di sektor mesin milik SU-35S jauh lebih bertenaga, mesin ganda 117S sangat superior dan irit setrum ketimbang Jet tempur lain, F16 misalnya.
Keunggulan Su-35
-Pesawat multiperan dengan kemampuan manuver tinggi
-Memiliki sistem avionik dan elektronik paling canggih
-Jangkauan radar lebih jauh dengan pengenalan multitarget
-Mesin ganda 117S dengan system vectoring
-Sulit diendus radar (semi stealth)
-Mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang)
-Daya angkut senjata (tonase dan jumlah) tergolong tinggi dengan 12 hard point
-Mesin punya usia pakai yang lebih panjang ketimbang Flanker sebelumnya
-Paling rendah kerawanan terhadap adanya embargo
-Bisa memanfaatkan/membawa bekal senjata Flanker generasi sebelumnya
-Mampu beroperasi dari landasan pendek berkat mesin yang dilengkapi TVC (thrust vectoring control)
Kekurangan Su-35
Hanya tersedia dalam varian kursi tunggal, alhasil proses latih tempur atau konversi hanya bisa dilakukan di simulator.
Biaya operasional per jam terbilang paling tinggi, ada yang menyebut Sukhoi sebagai ‘ATM terbang.’ Mengutip informasi dari defence.pk, biaya operasional per jam (cost of flying per hours) SU-27/SU-30 mencapai USD7.000, sementara untuk Su-35 biaya operasi per jam bisa mencapai USD14.000. Sebagai perbandingan biaya operasional per jam F-16 hanya USD3.600
Belum ada kejelasan untuk detail skema ToT (Transfer of Technology) yang ditawarkan kepada pihak PT Dirgantara Indonesia.
Program Pengadaan Alutsista Renstra II 2015-2019 TNI AU
Pembelian satu skuadron Su-35 sebagai pengganti pesawat F-5 Tiger II merupakan salah satu program Renstra II 2015-2019, berikut ini adalah rencana program pengadaan alutsista TNI AU dalam kurun 2015-2019 :
1. Melaksanakan program perpanjangan usia struktur ”Falcon Star” dan peningkatan kemampuan avionik ”Mid-Life Upgrade” untuk armada pesawat F16 A/B Block 15 Skadron Udara 3 lanud Iswahjudi.
2.Pengadaan peralatan kamera dan radar surveillance untuk pesawat B-737 MPA (Patroli Intai Maritim).
3.Mengajukan pengadaan pesawat Tanker kelas MRTT (Multi Role Tanker Transport)
4.Pengadaan pesawat Airborne Early Warning & Control (radar terbang),
5.Pengadaan pesawat Pengintai Maritim Strategis.
6.Pengadaan 1 unit radar rudal MLAAD (Medium and Low Altitude Air Defense),
7.Pengadaan 2 unit Radar Weibel
8.Melakukan proses refurbisment dan pengadaan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder baru, serta berbagai pengadaan alutsista modern lainnya
9.Pengadaan pesawat pengganti F-5.
10.Usulan pengadaan pesawat intai Amfibi
(Koran Sindo)
Pesawat tempur multiperan Su-35 (photo : wall pix)
16 Sukhoi SU-35 Amankan Kedaulatan Udara RI
Indonesia memperkuat kekuatan armada tempur udara. Dalam bulan ini pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) memutuskan membeli satu skuadron (16 unit) pesawat Sukhoi Su-35 buatan Rusia menggantikan pesawat F-5 Tiger untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia.
Sukhoi SU-35 yang mendapat julukan Super Flanker baru saja memasuki masa operasional di Angkatan Udara Rusia namun beberapa negara sahabat Rusia sudah kepincut untuk segera memilikinya juga.
Sukhoi SU-35 bisa dikatakan sebagai Jet Tempur Rusia paling canggih yang sudah Full Operasional, kemunculannya seolah mengisi kekosongan sekaligus penjembatan utama menuju generasi ke 5 yang masih dalam tahap uji coba yakni Sukhoi T-50 PAKFA (Perspektivny Aviatsionny Kompleks Frontovoy Aviatsii/Prospective Airborne Complex of Frontline Aviation).
Sukhoi SU-35 merupakan pesawat generasi 4++ dimana secara teknikal kemampuan SU-35S secara berada diatas pesawat generasi 4 seperti Rafale, F18, F16 -Sukhoi SU-35 tak mudah untuk di endus radar lawan, meski SU-35 bukan pesawat siluman atau stealth seutuhnya layaknya generasi ke 5 seperti F22 Raptor atau F35 Lightning II.
Jangkauan radar milik Super Flanker yang 2 lebih jauh ketimbang pesawatpesawat generasi 4 atau 4+ memungkinkan SU-35S melakukan aksi First Look-First Shoot-First Kill sebelum pilot lawan melihat super flanker, pilot SU-35S bisa lebih dulu menjatuhkan pesawat lawan tersebut.
Di sektor mesin milik SU-35S jauh lebih bertenaga, mesin ganda 117S sangat superior dan irit setrum ketimbang Jet tempur lain, F16 misalnya.
Keunggulan Su-35
-Pesawat multiperan dengan kemampuan manuver tinggi
-Memiliki sistem avionik dan elektronik paling canggih
-Jangkauan radar lebih jauh dengan pengenalan multitarget
-Mesin ganda 117S dengan system vectoring
-Sulit diendus radar (semi stealth)
-Mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang)
-Daya angkut senjata (tonase dan jumlah) tergolong tinggi dengan 12 hard point
-Mesin punya usia pakai yang lebih panjang ketimbang Flanker sebelumnya
-Paling rendah kerawanan terhadap adanya embargo
-Bisa memanfaatkan/membawa bekal senjata Flanker generasi sebelumnya
-Mampu beroperasi dari landasan pendek berkat mesin yang dilengkapi TVC (thrust vectoring control)
Kekurangan Su-35
Hanya tersedia dalam varian kursi tunggal, alhasil proses latih tempur atau konversi hanya bisa dilakukan di simulator.
Biaya operasional per jam terbilang paling tinggi, ada yang menyebut Sukhoi sebagai ‘ATM terbang.’ Mengutip informasi dari defence.pk, biaya operasional per jam (cost of flying per hours) SU-27/SU-30 mencapai USD7.000, sementara untuk Su-35 biaya operasi per jam bisa mencapai USD14.000. Sebagai perbandingan biaya operasional per jam F-16 hanya USD3.600
Belum ada kejelasan untuk detail skema ToT (Transfer of Technology) yang ditawarkan kepada pihak PT Dirgantara Indonesia.
Program Pengadaan Alutsista Renstra II 2015-2019 TNI AU
Pembelian satu skuadron Su-35 sebagai pengganti pesawat F-5 Tiger II merupakan salah satu program Renstra II 2015-2019, berikut ini adalah rencana program pengadaan alutsista TNI AU dalam kurun 2015-2019 :
1. Melaksanakan program perpanjangan usia struktur ”Falcon Star” dan peningkatan kemampuan avionik ”Mid-Life Upgrade” untuk armada pesawat F16 A/B Block 15 Skadron Udara 3 lanud Iswahjudi.
2.Pengadaan peralatan kamera dan radar surveillance untuk pesawat B-737 MPA (Patroli Intai Maritim).
3.Mengajukan pengadaan pesawat Tanker kelas MRTT (Multi Role Tanker Transport)
4.Pengadaan pesawat Airborne Early Warning & Control (radar terbang),
5.Pengadaan pesawat Pengintai Maritim Strategis.
6.Pengadaan 1 unit radar rudal MLAAD (Medium and Low Altitude Air Defense),
7.Pengadaan 2 unit Radar Weibel
8.Melakukan proses refurbisment dan pengadaan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder baru, serta berbagai pengadaan alutsista modern lainnya
9.Pengadaan pesawat pengganti F-5.
10.Usulan pengadaan pesawat intai Amfibi
(Koran Sindo)