28 Agustus 2015
Pesawat C-130B Hercules TNI AU (photo : Zian Zulfikar Rahman)
JAKARTA - Usai melakukan peremajaan, Mabes TNI Angkatan Udara (AU) memastikan pesawat angkut jenis C-130 Hercules tipe B sudah bisa beroperasi kembali pada 2016 mendatang.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, pihaknya terus melakukan peremajaan (retrofit) terhadap pesawat Hercules tipe B dengan mengganti beberapa komponen.
"Sekarang sudah lima pesawat. Mudah-mudahan tipe B tidak lama, tahun depan bisa lagi dipakai tapi dengan engine (mesin) baru. Outer wing-nya juga baru," ujar Agus usai melepas Satuan Tugas Maritim Task Force (Satgas MTF) TNI Konga XXVIII-H Unifil Lebanon, di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (27/8/2015).
Pesawat C-130 Hercules tipe B dengan nomor registrasi A-1310 jatuh di Jalan Djamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, akhir Juni lalu. Pesawat yang jatuh di permukiman warga ini menewaskan 122 penumpang, termasuk para kru.
Setelah insiden tersebut, KSAU langsung menghentikan sementara operasional pesawat buatan Amerika Serikat yang diproduksi pada 1964 untuk diperiksa. Menurut Agus, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap pesawat Hercules yang mengalami kecelakaan, ternyata mesin yang digunakan masih tipe Dash 7.
"Padahal ini (pesawat) perlu di retrofit. Tapi waktu retrofitnya lamban dan terus mundur, makanya saya stop untuk dilaksanakan retrofit," jelasnya.
Agus mengaku, sekarang seluruh pesawat Hercules tersebut tidak lagi menggunakan mesin tipe Dash 7 melainkan mesin tipe Dash 15. Dalam proses peremajaan pesawat tersebut, kata Agus, pihaknya menggandeng Malaysia dan Singapura. Namun, proses pengerjaan itu sepenuhnya dilakukan di Indonesia.
"Retrovit ini sekarang Alhamdullilah sudah berjalan jadi semua enginenya baru lagi," terangnya.
Dia menambahkan, dalam upaya peremajaan pesawat Hercules C-130 tipe B itu, pihaknya terlebih dahulu melakukan analisa terhadap kondisi masing-masing pesawat. Maka, proses perbaikan dan peremajaan pesawat disesuaikan dengan tingkat kerusakan pesawat.
"Tergantung dilihat kerusakannya seperti apa. Ada yang cepat. Ada yang bisa tiga bulan, bisa enam bulan. Alhamdulillah, pemerintah juga sudah mendukung anggaran untuk itu," tukasnya.
Sementara itu, disinggung soal hasil investigasi penyebab jatuhnya pesawat C-130 Hercules di Medan, Agus mengakui, hasil investigasi secara keseluruhan seperti, penyebab, hasil rekaman memang belum selesai karena harus dilakukan secara teliti.
"Tapi hasilnya sesuai dengan apa yang pernah disampaikan. Engine nomor empat mati. Kalau engine empat mati, dia (pesawat) harus cari kecepatan, kalau tingkatkan kecepatan, pesawat harus berada di level tertentu, tidak menaikan ketinggian. Ternyata level itu pun tidak cukup, sudah ada antena, bangunan dan segala macam," ucapnya.
(SindoNews)
Pesawat C-130B Hercules TNI AU (photo : Zian Zulfikar Rahman)
JAKARTA - Usai melakukan peremajaan, Mabes TNI Angkatan Udara (AU) memastikan pesawat angkut jenis C-130 Hercules tipe B sudah bisa beroperasi kembali pada 2016 mendatang.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, pihaknya terus melakukan peremajaan (retrofit) terhadap pesawat Hercules tipe B dengan mengganti beberapa komponen.
"Sekarang sudah lima pesawat. Mudah-mudahan tipe B tidak lama, tahun depan bisa lagi dipakai tapi dengan engine (mesin) baru. Outer wing-nya juga baru," ujar Agus usai melepas Satuan Tugas Maritim Task Force (Satgas MTF) TNI Konga XXVIII-H Unifil Lebanon, di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (27/8/2015).
Pesawat C-130 Hercules tipe B dengan nomor registrasi A-1310 jatuh di Jalan Djamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, akhir Juni lalu. Pesawat yang jatuh di permukiman warga ini menewaskan 122 penumpang, termasuk para kru.
Setelah insiden tersebut, KSAU langsung menghentikan sementara operasional pesawat buatan Amerika Serikat yang diproduksi pada 1964 untuk diperiksa. Menurut Agus, setelah dilakukan pemeriksaan terhadap pesawat Hercules yang mengalami kecelakaan, ternyata mesin yang digunakan masih tipe Dash 7.
"Padahal ini (pesawat) perlu di retrofit. Tapi waktu retrofitnya lamban dan terus mundur, makanya saya stop untuk dilaksanakan retrofit," jelasnya.
Agus mengaku, sekarang seluruh pesawat Hercules tersebut tidak lagi menggunakan mesin tipe Dash 7 melainkan mesin tipe Dash 15. Dalam proses peremajaan pesawat tersebut, kata Agus, pihaknya menggandeng Malaysia dan Singapura. Namun, proses pengerjaan itu sepenuhnya dilakukan di Indonesia.
"Retrovit ini sekarang Alhamdullilah sudah berjalan jadi semua enginenya baru lagi," terangnya.
Dia menambahkan, dalam upaya peremajaan pesawat Hercules C-130 tipe B itu, pihaknya terlebih dahulu melakukan analisa terhadap kondisi masing-masing pesawat. Maka, proses perbaikan dan peremajaan pesawat disesuaikan dengan tingkat kerusakan pesawat.
"Tergantung dilihat kerusakannya seperti apa. Ada yang cepat. Ada yang bisa tiga bulan, bisa enam bulan. Alhamdulillah, pemerintah juga sudah mendukung anggaran untuk itu," tukasnya.
Sementara itu, disinggung soal hasil investigasi penyebab jatuhnya pesawat C-130 Hercules di Medan, Agus mengakui, hasil investigasi secara keseluruhan seperti, penyebab, hasil rekaman memang belum selesai karena harus dilakukan secara teliti.
"Tapi hasilnya sesuai dengan apa yang pernah disampaikan. Engine nomor empat mati. Kalau engine empat mati, dia (pesawat) harus cari kecepatan, kalau tingkatkan kecepatan, pesawat harus berada di level tertentu, tidak menaikan ketinggian. Ternyata level itu pun tidak cukup, sudah ada antena, bangunan dan segala macam," ucapnya.
(SindoNews)